PRAKTIKUM PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
“Menghitung Tingkat Luka
Ekonomi Oleh Hama Helopeltis Pada Kakao”

DISUSUN OLEH :
PETRUS SIMATUPANG
E1J009094
LABORATORIUM PROTEKSI
TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Hama penghisap buah Helopeltis (Hemiptera; Miridae) merupakan salah satu kendala utama
pada budidaya kakao di Indonesia. Hama ini menimbulkan kerusakan dengan cara
menusuk dan menghisap menghisap cairan buah ataupun tunas-tunas muda. Serangan
pada buah muda menyebabkan matinya buah tersebut, sedangkan serangan pada buah
berumur sedang mengakibatkan
terbentuknya buah abnormal. Akibatnya, daya hasil dan mutu kakao menurun.
Selain menyerang buah, Helopeltis juga menyerang tunas-tunas muda atau pucuk. Serangan
berat dan berulang-ulang pada pucuk dapat menekan produksi kakao sekitar
36-75%. Usaha untuk melindungi buah kakao dari serangan Helopeltis dapat dilakukan dengan mengembangkan poulasi semut pada
buah kakao. Namun penanggulangan serangan Helopeltis
pada tanaman
kakao saat ini masih menggunakan insektisida sebagai pilihan utama. Di beberapa
kebun di Sumatera, penanggulangan hama tersebut dilakukan dengan insektisida
yang dikombinasikan dengan semut hitam.
Helopeltis Signoret
juga merupakan salah satu hama yang sering menimbulkan kerugian di beberapa
kebun teh. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh Helopeltis dapat mencapai 40% bahkan lebih. Serangan yang berat
dapat menimbulkan kerugian sekitar 50-100%. Untuk menanggulangi serangan Helopeltis pada tanaman the dan menekan
populasinya dapat dilakukan dengan pemangkasan tanaman, pengaturan daur petik
pucuk teh, penggunaan klon unggul, penggunaan insektisida sintetis, tanaman
inang dan musuh alami.
B. Tujuan Praktikum
·
Mengamati hama penting yang ada
pada tanaman kakao
·
Menghitung jumlah populasi dan
intensitas kerusakan yang disebabkan oleh helopeltis
·
Menghitung TLE ( Tingkat
Kerusakan Ekonomi )
·
Dapat menerapkan cara pengendalian
helopeltis yang efektif.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanaman
Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor
tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan
hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta
faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan
kualitas akan rendah.
Usaha
pengembangan kakao sering mengalami berbagai hambatan terutama oleh hama dan
penyakit. Salah satu kendala utamanya adalah adanya beberapa jenis hama
/penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Jenis hama/penyakit yang sering
menyerang tanaman kakao antara lain: (a) hama penggerek buah kakao; (b) kepik
penghisap buah kakao, Helopeltis antonii Sign; dan (c) penyakit busuk buah,
Phytophthora palmivora.
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang disebabkan oleh
Hama dan Penyakit pada tanaman kakao merupakan salah satu kendala dalam
budidaya tanaman kakao di daerah – daerah pengembangan tanaman kakao. Helopeltis sp. Merupakan salah satu hama
utama dari golongan serangga yang dapat menurunkan produksi jambu mete sampai
dengan 60%. Hama ini paling dominan ditemukan pada tanaman tanaman kakao dan
penyebarannya hampir merata disemua pertanaman daya intensitas yang berbeda
beda. Beberapa komponen sudah dapat diketahui untuk dapat dimasukkan kedalam
komponen pengendalian secara terpadu, yaitu : a) kegiatan kultur teknis, b)
mekanis, c) dinamika populasi helopeltis sp. Untuk menentukan waktu monitoring
yang tepat, d) penggunaan Beavveria bassiana (agentia hayati) untuk menurunkan
populasi, e) pemanfaatan semut rangrang dan semut hitam sebagai perdator, f)
pengurangan alternatif dan g) pemanffaatan seresah dan gulma pada musim kemarau
pada tempat – tempat tertentu untuk mempertahankan kelembaban dan sebagai
tempat berlindungnya musuh alami serta menggunakan cara - cara kimiawi apabila
deadaan populasi hama sudah mencapai ambang ekonomi ( intensitas surya sudah
mencapai 20%).
Pengendalian helopeltis sp. Lebih di arahkan kepada upaya
pencegahan dengan memadukan cara – cara pengendalian kultur teknis, mekanis dan
biologis. Seiring dengan peningkatan perkembangan luas areal dan pertumbuhan
tanaman kakao maka permasalahan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang di
sebabkan oleh hama dan penyakit juga
semakin meningkat dan konmpleks sehingga menyebabkan penurunan produksi dari
kualitas.
Helopeltis sp. Merupakan salah satu hama utama dari golongan
serangga yang paling dominan dijumpai pada pertanaman tanaman kakao.
Penyebarannya hampir merata pada semua daerah pertanaman, hanya saja
intensitasnya yang berbeda. Serangga muda (nimpha) dan serangga dewasa (imago)
mengisap cairan pada daun pucuk muda dan tunas bunga, gelondong muda dan buah
sunu. Air liurnya sangat bercaun, akibat serangan Helopeltis sp. Dapat
menurunkan produksi 60% ( elna karnawati dkk, Th 2003).
Untuk mencegah dan mengurangi serangan Helopeltis sp. Agar
tidak menimbulkan kerugian ekonomi dan penyebarannya telah di upayakan berbagai
langkah pengendalian yaitu dengan merancang paket teknologi secara terpadu
kemudian di sesuaikan dengan kondisi agroekosistem setempat.
GEJALA
SERANGAN
Nimfa (serangga muda) dan imago (serangga dewasa) menyerap
bagian tanaman seperti buah kakao . Bagian tanaman terserang menjadi cokelat
ditempat tusukan. Buah akan berbintik – bintik hitan dan akhirnya rusak didaalam buah sehingga buah tidak
berproduksi.
Cara
Hidup Helopeltis sp
Bentuk serangga dewasa berupa kupile berwarna cokelat sampa
cokelat kehitaman, panjang tubuh 4,5 – 6 mm. pada bagian thorax terdapat
tonjolan seperti jarum pentul. Antena terdiri dari 4 ruas, panjangnya dua kali
panjang tubuhnya. Lama hidup imago (serangga dewasa) 24 hari. Seekor betina
mampu meletakkan telur rata rata 93 butir selama hidupnya.
Telur berbentuk lonjong berwarna keputihan diselipkan pada
jaringan tanaman yang lunak secara berkelompok antara 2 – 3 butir. Telur di
cirikan dengan adanya 2 (dua) helai benang berwarna putih, panjang tidak sama
dan terlihat diatas permukaan bagian tanaman tempat telur diletakkan. Stadia
telur ± 7 hari. Nimfa (serangga nuda) tidak bersayap dan tubuh berwarna
cokelat. Stadia nimfa kurang lebih 2 minggu dan mengalami 4 kali ganti kulit
sebelum menjadi dewasa.
Serangan di tandai dengan adanya bercak coklat kehidupan
yang mengering. Akibat serangan yakni tanaman salah bentuk, pucuk mati, bunga
atau buah gugur sebelum waktunya atau produksi menurun.
Helopeeltis sp. Menyukai tempat/lingkungan yang gelap dan
lembab serta menghindari sinar matahari secara langsung. Pertanaman yang rimbun
sangat disukai hama ini. Populai meningkat pada musim penghujan dan mencapai
puncak pada akhir musim penghujan, karena tingkat populasi berkorelasi dengan
kelembabn ( karmawati et.al, 1999) kebun yang kotor mendukung perkembangan hama
ini karena banyak gulma yang menjadi inang alternatifnya.
Curah
hujan di beberapa daerah pengembangan jambu mete biasanya dimulai pada bulan
Desember / Januari dan berakhir pada bulan April / Mei bahkan kadang kadang
Juni. Artinya Helopeltis sp mulai ada pada bulan Desember / Januari dan
mencapai puncak pada bulan April / Mei bahkan sampai juni, kemudian menurun
kembali pada bulan berikutnya. Terkait dengan hal tersebut maka kegiatan
pengamatan / monitoring sebaiknya mulai dilaksanakan pada bulan Desember /
Januari.
Suatu
kelompok hama umumnya mempunyai ciri morfologi utama yang sama yang bisa
membedakan dari kelompok hama lain. Demikian juga dengan gejala serangan yang
ditimbulkannya. Hama dengan tipe mulut tertentu akan menimbulkan gejala
serangan yang khas (Tania, 2006).
Serangan
hama pada suatu tanaman biasanya terjadi sejak tanaman mulai tumbuh hingga
menjelang panen. Besarnya kehilangan hasil tanaman karena serangan hama
ditentukan oleh berbagai faktor antara lain tinggi rendahnya populasi hama,
bagian tanaman yang dirusak, respon tanaman terhadapgangguan hama, fase
pertumbuhan tanaman dan varietas tanaman (Matnawy, 1992).
Penyakit
pada tanaman adalah penyebab kerusakan pada tanaman selain yang disebabkan oleh
hama. Penyakit disebabkan oleh suatu patogen. Patogen merupakan penyebab
penyakit yang menyebabkan kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh jamur,
bakteri, virus, nematoda ataupun tumbuhan tingkat tinggi yang bersifat parasit.
Sedangkan sakit adalah situasi dimana proses hidup suatu tanaman menyimpang
dari keadaan normal danmenimbulakan kerusakan, sehingga tanaman itu tidak dapat
tumbuh danberkembang biak seperti biasa, bahkan dapat menimbulakn kematian
padatanaman tersebut (Jones, 1999).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
a. Waktu
dan tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari sabtu 29 oktober
2011 di pondok kelapa, pada jam 15.30
WIB.
b. Bahan
dan alat
-
Lahan
kako
-
Buku
tulis dan pulpen
c. Metode
pelaksanaan
-
Mendatangi
lokasi praktikum
-
Menentukan teknik sampling dan sampel pengamatan
-
Mengamati
tingkat populasi hama dan persentasi kerusakan hama
-
Tanya
jawab dengan petani tentang budidaya kakao yang dilakukan serta menanyakan
biaya pengeluaran pada saat budidaya
tanaman kakao.
BAB IV
HASIL
-
Umur
tanam kakao : 8 tahun
-
Jumlah : 100 batang
-
Produksi
buah per batang per panen : 2 kg
-
Harga
jual pe kilo : Rp 20.000
-
Harga
beli racun : Rp 30.000
-
Benih
dari perkebunan
-
Hama
terjadi pada 1,5 tahun terakhir
-
Pupuk yang digunakan b: pupuk kndang
-
Penyemprotan
terakhir : 4 bulan yang lalu
-
Jarak
tanam : 3m x 3m
-
Luas
lahan : 3000 m2
a. Pengamatan
jumlah populasi hama
SAMPEL TANAMAN
|
POPULASI HAMA PADA BUAH KE
|
JUMLAH
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
3
|
2
|
1
|
2
|
0
|
0
|
0
|
2
|
3
|
0
|
1
|
1
|
2
|
0
|
4
|
4
|
0
|
2
|
2
|
0
|
0
|
4
|
5
|
0
|
0
|
1
|
2
|
0
|
3
|
6
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
3
|
7
|
0
|
1
|
1
|
2
|
1
|
5
|
8
|
1
|
0
|
0
|
2
|
0
|
3
|
9
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
4
|
10
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
4
|
JUMLAH
POPULASI HAMA
|
35
|
populasi hama =
jumlah populasi hama/ jumlah sampel tanaman
= 35/ 10 =
3,5 ekor /tanaman
b. Pengamatan
persentase kerusakan
Nilai scoring : 0=0-5 % (tidak
ada kerusakan/ tidak ada serangan)
1= 5 % - 10 % kerusakan
2= 10 % - 15 %
kerusakan
3= 15 % - 20 %
kerusakan
4= 20 % - 40 % kerusakan
5= ≥ 40 % kerusakan
Sampel tanaman
|
Nilai scoring
|
1
|
3
|
2
|
2
|
3
|
3
|
4
|
4
|
5
|
1
|
6
|
2
|
7
|
3
|
8
|
2
|
9
|
5
|
10
|
4
|
Jumlah scoring (x)
|
29
|
Persentase
kerusakan = (x /jumlh sampel . scoring
tertinggi ) x 100 %
= (29 /
10 . 5 ) x 100 %
= 58 %
c.
Tingkat luka
Ekonomi (TLE)
TLE = C x N / V x
I
Dimana
: TLE = Tingkat
luka ekonomi
C = biaya
pengendalian (Rp)
N =
Jumlah OPT
V = Nilai
produksi komoditas / unit
I = %
tingkat kerusakan
Dik : C = Rp. 30.000
N = 4 ekor
V = 2 x Rp. 20.000 =Rp. 40. 000
I = 58 %
Dit : TLE = ....?
Jawab : TLE = ( Rp. 30.000 x 4 ekor)
/ (Rp. 40.000 x 0, 58 )
= 120.000 / 23. 200
= 5, 17 ekor
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan kami
dilapangan , ditemukan kerusakan yang disebabkan oleh helopeltis. Hampir setiap
tanaman ini terserang oleh hama helopeltis. Pada saat pengamatan populasi nya,
hanya terdapat sedikit populasi pada hama helopeltisnya. Hal ini mungkin
disebabkan karena pada saat pengamatan dilakukan pada sore hari. Dari data yang
didapat, dapat dihitung TLE yang disebabkan oleh helopelis, yaitu sebesar 5
ekor per buah. Ini merupakan angka yang cukup besar . maka dari itu perlu dilakukan pengendalian sebelum mencapai TLE
tersebut. Banyak cara yang digunakan untuk mengndalikan hama tersebut tanpa harus
menggunakan bahan kimia ( pestisida kimia). Berikut beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mengendalikan hama helopeltis pada tanaman kakao tanpa
menggunakan pestisida kimia.
- Pengendalian scara mekanis meliputi penangkapan dan penyelubungan buah dengan kantong plastic. Dengan cara ini dapat menurunkan intensitas serangan yang disebabkan oleh helopeltis.
- Kultur teknis
a.
Pemberian pupuk secara teratur akan
menjadikan tanaman tumbuh dengan baik serta memiliki daya tahan tubuh yang
baikserta memiliki daya tahan tinggi terhadap gangguan hama.
b.
Pemangkasan pada tanaman kakao
dilakukan dengan cara membuang tunasair yang tumbuh di sekitar prapatan dan
cabang-cabang utama. Tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman karenadapat
menjadi pesaing tanaman dalam pengambilan zat hara dan air.
- Pengendalian secara hayati
Pengendalian
H. antonii pada tanaman jambu mete dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami
khususnya B. bassiana telah
dilaksanakan di Yogyakarta (DIY)tetapi belum membri hasil yang memuaskan.
Sedangkan pengendalian pada tanaman kakao dengan menggunakan semut hitam dan semut rang-rang cukup prospektif.
1. Musuh
alami semut hitam (Dolichoderus
bituberculatus) yang bersimbiose dengan Planococcus
lilanicus (kutu putih)
2. Fungi
Entomopatogen Beauveria bassiana
BAB VI
KESIMPULAN
- Perhitungan TLE perlu dilakukan untuk dapat melakukan apakah perlu dilakukan pengendalian dan dapat memnentukan pengendalian mana yang perlu dilakukan.
- Untuk mengendalikan hama/ untuk menekan populasi dari helopeltis pada kakao dapat dilakukan berbagai cara yaitu, dengan cara pngendalian secara mekanis ( penyarungan dengan plastik), sanitasi, dan penggunaan Musuh alami ( semut hitam ,semut rangrang dan Beuveria bassiana.
DAFTAR PUSTAKA
Harjaka,
T., dan S. Sudjono. 2005. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman.
Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
http://blogs.unpad.ac.id/aidaghaissani/hamapenyakit-utama-pada-tanaman-kakao-dan-teknik-pengendaliannya/. Download
14 november 2011
http://buletinagraris.blogspot.com/2008/01/hamapenyakit-utama-pada-tanaman-kakao.html. Download
14 november 2011
http://aciar.gov.au/system/files/node/11093/MN131a.pdf. Download
14 november 2011
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3222033.pdf. Download
14 november 2011
Matnawy,
H. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.