Selasa, 23 Juli 2013

Menghitung Tingkat Luka Ekonomi Oleh Hama Helopeltis Pada Kakao



PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU
Menghitung Tingkat Luka Ekonomi Oleh Hama Helopeltis Pada  Kakao
unib warna
DISUSUN OLEH :
PETRUS SIMATUPANG
E1J009094




LABORATORIUM PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Hama penghisap buah Helopeltis (Hemiptera; Miridae) merupakan salah satu kendala utama pada budidaya kakao di Indonesia. Hama ini menimbulkan kerusakan dengan cara menusuk dan menghisap menghisap cairan buah ataupun tunas-tunas muda. Serangan pada buah muda menyebabkan matinya buah tersebut, sedangkan serangan pada buah berumur  sedang mengakibatkan terbentuknya buah abnormal. Akibatnya, daya hasil dan mutu kakao menurun.
Selain menyerang buah, Helopeltis juga menyerang tunas-tunas muda atau pucuk. Serangan berat dan berulang-ulang pada pucuk dapat menekan produksi kakao sekitar 36-75%. Usaha untuk melindungi buah kakao dari serangan Helopeltis dapat dilakukan dengan mengembangkan poulasi semut pada buah kakao. Namun penanggulangan serangan Helopeltis  pada tanaman kakao saat ini masih menggunakan insektisida sebagai pilihan utama. Di beberapa kebun di Sumatera, penanggulangan hama tersebut dilakukan dengan insektisida yang dikombinasikan dengan semut hitam.
Helopeltis Signoret juga merupakan salah satu hama yang sering menimbulkan kerugian di beberapa kebun teh. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh Helopeltis dapat mencapai 40% bahkan lebih. Serangan yang berat dapat menimbulkan kerugian sekitar 50-100%. Untuk menanggulangi serangan Helopeltis pada tanaman the dan menekan populasinya dapat dilakukan dengan pemangkasan tanaman, pengaturan daur petik pucuk teh, penggunaan klon unggul, penggunaan insektisida sintetis, tanaman inang dan musuh alami.
B. Tujuan Praktikum
·         Mengamati hama penting yang ada pada tanaman kakao
·         Menghitung jumlah populasi dan intensitas kerusakan yang disebabkan oleh helopeltis
·         Menghitung TLE ( Tingkat Kerusakan Ekonomi )
·         Dapat menerapkan cara  pengendalian  helopeltis yang efektif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.
Usaha pengembangan kakao sering mengalami berbagai hambatan terutama oleh hama dan penyakit. Salah satu kendala utamanya adalah adanya beberapa jenis hama /penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Jenis hama/penyakit yang sering menyerang tanaman kakao antara lain: (a) hama penggerek buah kakao; (b) kepik penghisap buah kakao, Helopeltis antonii Sign; dan (c) penyakit busuk buah, Phytophthora palmivora. 
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang disebabkan oleh Hama dan Penyakit pada tanaman kakao merupakan salah satu kendala dalam budidaya tanaman kakao di daerah – daerah pengembangan tanaman kakao. Helopeltis sp. Merupakan salah satu hama utama dari golongan serangga yang dapat menurunkan produksi jambu mete sampai dengan 60%. Hama ini paling dominan ditemukan pada tanaman tanaman kakao dan penyebarannya hampir merata disemua pertanaman daya intensitas yang berbeda beda. Beberapa komponen sudah dapat diketahui untuk dapat dimasukkan kedalam komponen pengendalian secara terpadu, yaitu : a) kegiatan kultur teknis, b) mekanis, c) dinamika populasi helopeltis sp. Untuk menentukan waktu monitoring yang tepat, d) penggunaan Beavveria bassiana (agentia hayati) untuk menurunkan populasi, e) pemanfaatan semut rangrang dan semut hitam sebagai perdator, f) pengurangan alternatif dan g) pemanffaatan seresah dan gulma pada musim kemarau pada tempat – tempat tertentu untuk mempertahankan kelembaban dan sebagai tempat berlindungnya musuh alami serta menggunakan cara - cara kimiawi apabila deadaan populasi hama sudah mencapai ambang ekonomi ( intensitas surya sudah mencapai 20%).

Pengendalian helopeltis sp. Lebih di arahkan kepada upaya pencegahan dengan memadukan cara – cara pengendalian kultur teknis, mekanis dan biologis. Seiring dengan peningkatan perkembangan luas areal dan pertumbuhan tanaman kakao maka permasalahan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang di sebabkan oleh hama dan   penyakit juga semakin meningkat dan konmpleks sehingga menyebabkan penurunan produksi dari kualitas.
Helopeltis sp. Merupakan salah satu hama utama dari golongan serangga yang paling dominan dijumpai pada pertanaman tanaman kakao. Penyebarannya hampir merata pada semua daerah pertanaman, hanya saja intensitasnya yang berbeda. Serangga muda (nimpha) dan serangga dewasa (imago) mengisap cairan pada daun pucuk muda dan tunas bunga, gelondong muda dan buah sunu. Air liurnya sangat bercaun, akibat serangan Helopeltis sp. Dapat menurunkan produksi 60% ( elna karnawati dkk, Th 2003).
Untuk mencegah dan mengurangi serangan Helopeltis sp. Agar tidak menimbulkan kerugian ekonomi dan penyebarannya telah di upayakan berbagai langkah pengendalian yaitu dengan merancang paket teknologi secara terpadu kemudian di sesuaikan dengan kondisi agroekosistem setempat.

GEJALA SERANGAN
Nimfa (serangga muda) dan imago (serangga dewasa) menyerap bagian tanaman seperti buah kakao . Bagian tanaman terserang menjadi cokelat ditempat tusukan. Buah akan berbintik – bintik hitan dan akhirnya  rusak didaalam buah sehingga buah tidak berproduksi.

Cara Hidup Helopeltis sp
Bentuk serangga dewasa berupa kupile berwarna cokelat sampa cokelat kehitaman, panjang tubuh 4,5 – 6 mm. pada bagian thorax terdapat tonjolan seperti jarum pentul. Antena terdiri dari 4 ruas, panjangnya dua kali panjang tubuhnya. Lama hidup imago (serangga dewasa) 24 hari. Seekor betina mampu meletakkan telur rata rata 93 butir selama hidupnya.
Telur berbentuk lonjong berwarna keputihan diselipkan pada jaringan tanaman yang lunak secara berkelompok antara 2 – 3 butir. Telur di cirikan dengan adanya 2 (dua) helai benang berwarna putih, panjang tidak sama dan terlihat diatas permukaan bagian tanaman tempat telur diletakkan. Stadia telur ± 7 hari. Nimfa (serangga nuda) tidak bersayap dan tubuh berwarna cokelat. Stadia nimfa kurang lebih 2 minggu dan mengalami 4 kali ganti kulit sebelum menjadi dewasa.
Serangan di tandai dengan adanya bercak coklat kehidupan yang mengering. Akibat serangan yakni tanaman salah bentuk, pucuk mati, bunga atau buah gugur sebelum waktunya atau produksi menurun.
Helopeeltis sp. Menyukai tempat/lingkungan yang gelap dan lembab serta menghindari sinar matahari secara langsung. Pertanaman yang rimbun sangat disukai hama ini. Populai meningkat pada musim penghujan dan mencapai puncak pada akhir musim penghujan, karena tingkat populasi berkorelasi dengan kelembabn ( karmawati et.al, 1999) kebun yang kotor mendukung perkembangan hama ini karena banyak gulma yang menjadi inang alternatifnya.
Curah hujan di beberapa daerah pengembangan jambu mete biasanya dimulai pada bulan Desember / Januari dan berakhir pada bulan April / Mei bahkan kadang kadang Juni. Artinya Helopeltis sp mulai ada pada bulan Desember / Januari dan mencapai puncak pada bulan April / Mei bahkan sampai juni, kemudian menurun kembali pada bulan berikutnya. Terkait dengan hal tersebut maka kegiatan pengamatan / monitoring sebaiknya mulai dilaksanakan pada bulan Desember / Januari.
Suatu kelompok hama umumnya mempunyai ciri morfologi utama yang sama yang bisa membedakan dari kelompok hama lain. Demikian juga dengan gejala serangan yang ditimbulkannya. Hama dengan tipe mulut tertentu akan menimbulkan gejala serangan yang khas (Tania, 2006).
Serangan hama pada suatu tanaman biasanya terjadi sejak tanaman mulai tumbuh hingga menjelang panen. Besarnya kehilangan hasil tanaman karena serangan hama ditentukan oleh berbagai faktor antara lain tinggi rendahnya populasi hama, bagian tanaman yang dirusak, respon tanaman terhadapgangguan hama, fase pertumbuhan tanaman dan varietas tanaman (Matnawy, 1992).
Penyakit pada tanaman adalah penyebab kerusakan pada tanaman selain yang disebabkan oleh hama. Penyakit disebabkan oleh suatu patogen. Patogen merupakan penyebab penyakit yang menyebabkan kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, nematoda ataupun tumbuhan tingkat tinggi yang bersifat parasit. Sedangkan sakit adalah situasi dimana proses hidup suatu tanaman menyimpang dari keadaan normal danmenimbulakan kerusakan, sehingga tanaman itu tidak dapat tumbuh danberkembang biak seperti biasa, bahkan dapat menimbulakn kematian padatanaman tersebut (Jones, 1999).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
a.      Waktu dan tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu  29 oktober 2011  di pondok kelapa, pada jam 15.30 WIB.
b.      Bahan dan alat
-          Lahan kako
-          Buku tulis dan pulpen
c.       Metode pelaksanaan
-          Mendatangi lokasi praktikum
-          Menentukan  teknik sampling dan sampel pengamatan
-          Mengamati tingkat populasi hama dan persentasi kerusakan hama
-          Tanya jawab dengan petani tentang budidaya kakao yang dilakukan serta menanyakan biaya pengeluaran  pada saat budidaya tanaman kakao.


BAB IV
HASIL

-          Umur tanam kakao :  8 tahun
-           Jumlah : 100 batang
-          Produksi buah per  batang per panen  : 2 kg
-          Harga jual pe kilo : Rp 20.000
-          Harga beli racun : Rp 30.000
-          Benih dari perkebunan
-          Hama terjadi pada 1,5 tahun terakhir
-           Pupuk yang digunakan b: pupuk kndang
-          Penyemprotan terakhir : 4 bulan yang lalu
-          Jarak tanam : 3m x 3m
-          Luas lahan : 3000 m2
a.      Pengamatan jumlah populasi hama
SAMPEL TANAMAN
POPULASI HAMA PADA BUAH KE
JUMLAH
1
2
3
4
5
1
0
0
1
1
0
3
2
1
2
0
0
0
2
3
0
1
1
2
0
4
4
0
2
2
0
0
4
5
0
0
1
2
0
3
6
1
1
0
0
1
3
7
0
1
1
2
1
5
8
1
0
0
2
0
3
9
1
1
1
0
1
4
10
0
1
0
1
0
4
JUMLAH POPULASI HAMA
35

populasi hama =  jumlah populasi hama/ jumlah sampel tanaman
= 35/ 10 = 3,5 ekor  /tanaman
b.      Pengamatan persentase kerusakan
Nilai scoring :   0=0-5 % (tidak ada kerusakan/ tidak ada serangan)
                          1= 5 % - 10 %  kerusakan
                          2= 10 % - 15 % kerusakan
                          3= 15 % - 20 % kerusakan
                          4= 20 % -  40 % kerusakan
                          5=  ≥ 40 % kerusakan

Sampel tanaman
Nilai scoring
1
3
2
2
3
3
4
4
5
1
6
2
7
3
8
2
9
5
10
4
Jumlah scoring (x)
29

Persentase kerusakan =   (x /jumlh sampel . scoring tertinggi ) x 100 %
                                 =   (29 / 10 . 5 ) x 100 %
                                 =   58 %
c.       Tingkat luka  Ekonomi (TLE)
                          TLE  = C x N / V x  I
Dimana : TLE    =   Tingkat luka ekonomi
                C       =   biaya pengendalian (Rp)
                N       =   Jumlah OPT
                V       =   Nilai produksi komoditas / unit
                I        =   % tingkat kerusakan

Dik  : C = Rp. 30.000
         N            =  4 ekor
          V = 2 x   Rp. 20.000 =Rp.  40. 000
         I = 58 %
Dit : TLE  =  ....?
Jawab  :    TLE = ( Rp. 30.000 x 4 ekor)  /  (Rp. 40.000 x 0, 58 )

         = 120.000  / 23. 200
          = 5, 17 ekor
BAB V
PEMBAHASAN

            Dari hasil pengamatan kami dilapangan , ditemukan kerusakan yang disebabkan oleh helopeltis. Hampir setiap tanaman ini terserang oleh hama helopeltis. Pada saat pengamatan populasi nya, hanya terdapat sedikit populasi pada hama helopeltisnya. Hal ini mungkin disebabkan karena pada saat pengamatan dilakukan pada sore hari. Dari data yang didapat, dapat dihitung TLE yang disebabkan oleh helopelis, yaitu sebesar 5 ekor per buah. Ini merupakan angka yang cukup besar . maka  dari itu perlu  dilakukan pengendalian sebelum mencapai TLE tersebut. Banyak cara yang digunakan untuk mengndalikan hama tersebut tanpa harus menggunakan bahan kimia ( pestisida kimia). Berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama helopeltis pada tanaman kakao tanpa menggunakan  pestisida kimia.
  1. Pengendalian scara mekanis meliputi penangkapan dan penyelubungan buah dengan kantong plastic. Dengan cara ini  dapat menurunkan intensitas serangan yang disebabkan oleh helopeltis. 
  2. Kultur teknis
a.       Pemberian pupuk secara teratur akan menjadikan tanaman tumbuh dengan baik serta memiliki daya tahan tubuh yang baikserta memiliki daya tahan tinggi terhadap gangguan hama.
b.      Pemangkasan pada tanaman kakao dilakukan dengan cara membuang tunasair yang tumbuh di sekitar prapatan dan cabang-cabang utama. Tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman karenadapat menjadi pesaing tanaman dalam pengambilan zat hara dan air.
  1. Pengendalian secara hayati
Pengendalian H. antonii pada tanaman jambu mete dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami khususnya B. bassiana telah dilaksanakan di Yogyakarta (DIY)tetapi belum membri hasil yang memuaskan. Sedangkan pengendalian pada tanaman kakao dengan menggunakan semut hitam dan semut rang-rang cukup prospektif.

1.      Musuh alami semut hitam (Dolichoderus bituberculatus) yang bersimbiose dengan Planococcus lilanicus (kutu putih)
2.      Fungi Entomopatogen Beauveria bassiana

BAB VI
KESIMPULAN

  • Perhitungan TLE perlu dilakukan untuk dapat melakukan apakah  perlu dilakukan pengendalian dan dapat memnentukan  pengendalian mana yang perlu dilakukan.
  • Untuk mengendalikan hama/ untuk menekan populasi dari helopeltis  pada kakao dapat dilakukan berbagai cara  yaitu, dengan cara pngendalian  secara mekanis ( penyarungan dengan plastik), sanitasi,  dan penggunaan Musuh alami  ( semut hitam ,semut rangrang dan Beuveria  bassiana.



DAFTAR PUSTAKA
Harjaka, T., dan S. Sudjono. 2005. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Matnawy, H. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar