LAPORAN PRAKTIKUM
TEHNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN
“AKLIMATISASI
TANAMAN ANGGREK”

Oleh
NAMA :
PETRUS SIMATUPANG
NPM :
E1J009094
CO.ASS : RUTH SIREGAR
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2012
AKLIMATISASI TANAMAN
ANGGREK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah.
Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai
dibudidayakan secara luas di Indonesia. Jenis anggrek yang terdapat di
Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda tricolor terdapat di
Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-bintik
berasal dari Sumatera, anggrek larat / Dendrobium phalaenopis, anggrek
bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun
praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun
glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah
Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek
mempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai
campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut. Bila mendengar
kata anggrek, seorang penduduk daerah beriklim sedang akan membayangkan bunga
indah yang aneh dan bermekaran di hutan hujan tropik yang basah, atau bunga
yang dipamerkan di dalam kotak kaca dingin oleh para perangkai bunga, atau
bunga yang disuntingkan seorang pemuda pada pakaian pacarnya dalam suatu acara
pesta dansa.
Namun dunia anggrek (orchidaceae) lebih daripada itu. Bila kita makan es krim vanili, sebetulnya kita makan sebagian dari salah satu anggrek, sebab vanili dihasilkan oleh suatu jenis anggrek. Jenis suku anggrek-anggrekkan berjumlah 15.000 buah, sehingga suku tersebut merupakan salah satu suku tumbuhan berbunga yang terbesar.
Namun dunia anggrek (orchidaceae) lebih daripada itu. Bila kita makan es krim vanili, sebetulnya kita makan sebagian dari salah satu anggrek, sebab vanili dihasilkan oleh suatu jenis anggrek. Jenis suku anggrek-anggrekkan berjumlah 15.000 buah, sehingga suku tersebut merupakan salah satu suku tumbuhan berbunga yang terbesar.
Kebanyakan anggrek tumbuh di daerah tropis dan tumbuh sebagai tumbuhan
epifit. Jenis anggrek tropik menghasilkan bunga yang sangat indah, berwarna
warni, dan tetap tidak rontok lama seseudah dipetik. Tetatpi anggrek dari
daerah beriklim sedang tumbuh di tanah dan tidak begitu indah. Tumbuhannya yang
berdaun tebal dan keras tampak tidak sangat beraneka ragam, tidak seperti
bunganya. Memang sebenarnya variasi bunga anggrek adalah lebih banyak daripada
bunga tumbuhan lainnya. Namun yang menjadi ciri umum bunga anggrek ialah bahwa
anggrek memiliki tiga lembar daun bunga dan tiga lembar kelopak bunga yang
mirip dengan daun bunga. Satu diantara daun bunga itu disebut bibir dan lebih
lebar daripada daun bunga selebihnya, terletak paling bawah pada bunga bibir
ini berfungsi sebagai landasan bagi serangga penyerbuk.
Karena ukuran, bentuk, warna, bau dan musim berbunga warga suku
anggrek-anggrekan itu berbeda-beda maka serangga penyerbuknya pun berbeda-beda
pula. Dari sebab itu pulalah tak ada jenis anggrek yang terkena penyerbukan
secara sialng, namun penyerbukan silang dapat terjadi secara buatan seperti
yang dilakukan para pekebun. Penyerbukan silang antara dua jenis anggrek yang
berbeda terbukti menghasilkan anggrek yang indah.
Pada pembudidayaan tanaman anggrek, yang menjadi kendala utama adalah
sulitnya melakukan perbanyakan tanaman anggrek karena hampir semua jenis
tanaman anggrek tidak dapat berkembangbiak secara generatif meskipun bunga
menghasilkan polong. Hal ini disebabkan karena adanya polong yang dihasilkan
berisi biji berupa serbuk serperti tepung yang sangat mudah melayang.
Perkembangan tanaman anggrek secara vegetatif juga sulit dilakukan karena
kemungkinan hidup tunas tanaman sangat rendah. Oleh karena itu, untuk mengatasi
kendala tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah perbanyakan
tanaman anggrek melalui kultur jaringan dengan bahan tanam berupa polong
anggrek yang sudah matang dan dilakukan di dalam laboratorium.
I.2
TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah :
- Mengetahui cara mempersiapkan tanaman untuk di
aklimatisasikan.
- Mengetahui
cara mengaklimatisasikan tanaman hasil kultur dalam media aklimatisasi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Dendrobium
adalah anggrek yang paling banyak dibudidayakan. Dendrobium memiliki organ yang
dapat menyimpan air dengan baik, yang disebut "canes" untuk dapat
tumbuh dan subur. Ada
banyak Jenis Dendrobium yang dikembangkan. Namun, silangan Dendrobium
Phalaenopsis adalah yang paling banyak ditemui. Untuk setiap jenis yang
berbeda, Dendrobium dibudidayakan secara berbeda pula. Beberapa memiliki fase
perdumbuhan dan kemudian berhenti dalam satu tahun, dan harus tetap disiram dan
dijaga suhu udaranya untuk menyeimbangkan periode antara pertumbuhan dan
istirahatnya. Bunga dapat bertahan selama satu hari sampai beberapa minggu
tergantung dari jenisnya. Tanaman Anggrek Denrobium
merupakan salah satu jenis tanaman anggrek yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Selain dijadikan tanaman hias, anggrek juga dibudidayakan pada usaha bunga
potong atau bunga rangkai dengan harga jual yang relatif mahal.
Anggek Denrobium merupakan salah satu jenis
tanaman yang sulit berkembangbiak secara vegetatif maupun secara generatif.
Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan untuk perbanyakan tanaman anggrek Denrobium adalah dengan melalui tekhnik
kultur jaringan. Pada kultur jaringan anggrek Denrobium pengambilan eksplan dapat dilakukan dengan tiga cara. Menurut
Soeryowinoto, S.M dan M. Soeryowinoto (1995) ketiga cara tersebut adalah :
[ Pengambilan
eksplan dari tunas anggrek Denrobium.
[ Pengambilan
tunas dari kelki Denrobium. Kelki
adalah tunas dari tanaman anggrek yang keluar pada bagian bulm (cane) yaitu
pseudobulm tanaman anggrek memanjang yang bentuknya seperti tebu.
[ Ekplan
dari protocorn. Ekplan dari penyebaran biji yang kemudian melambung hijau dan
mulai bertunas daun, tumbuh protocorn like body (Plb) dan kemudian berkembang.
Langkah
yang biasa diterapkan pada kultur jaringan anggrek Denrobium menurut Gunawan, W.L (1985) adalah sebagai berikut :
Y Media tumbuh.
Penyiapan
media tumbuh dilakukan seminggu sebelum dilakukan penanaman. Media terdiri dari
komposisi vacin dan went cair dengan penambahan air kelapa sebanyak 150 cc.
Y Menyediakan alat-alat
tanaman dan aaquades steril.
Alat-alat
tanam yang harus disiapkan dalah petridish, pinset, scapel, gunting.
Y Penyediaan bahan
tanam (ekplan) dan sterilisasi ekplan.
Tunas
baru atau kelki dapat dijadikan sebagai ekplan. Tunas dipotong kemudian
disterilisasi.
Y Penanaman eksplan
Menanam
potongan ekplan yang memiliki mata tunas ke dalam media dengan menggunakan
pinset, lalu ditutup dengan aluminium foil dan disemprot dengan menggunakan
alcohol 70 %.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
BAHAN DAN
ALAT
Bahan yang digunakan pada kegiatan
ini adalah planlet Anggrek Denrobium hasil
kultur pada media MS, pakis, aquades steril dan pupuk daun.
Sedangkan
alat yang dipakai antara lain : gelas plastic aqua, spet, pinset, hand spayer.
3.2
CARA
KERJA
Untuk
mensubkulturkan anggrek Dendrobium
yang telah dikulturkan maka langkah-langkah yang kami kerjakan adalah sebagai
berikut:
3.3 Mempersiapkan planlet
anggrek, keluarkan planlet dari botol kultur secara hati-hati dengan
manggunakan pinset.
3.4 Mencuci planlet pada
air yang mengalir sehingga tidak ada lagi agar yang menempel di akarnya.
3.5 Menamkan planlet
pada media pakis yang telah dimasukkan dalam gelas plastic aqua dan tutup
kembali dengan gela
aqua lainnya.
3.6 Meletakkan
gelas-gelas aqua yang berisi planlet tersebut pada rak-rak yang telah
dipersiapkan.
3.7 Mengamati
pertumbuhannya (jumlah daun, tunas, tinggi tunas, warna daun, jumlah cabangdan
anakan).
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL
PENGAMATAN
Data
Tabel Hasil Pengamatan Anggrek Dendrobium
Setelah di Aklimatisasi
Peubah
|
Minggu Setelah
Tanam (MST)
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
Jumlah tunas
Jumlah daun
Tinggi tanaman
|
2
3
5 cm
|
1
2
5 cm
|
-
-
-
|
-
-
-
|
Ø Tanggal penanaman : 14 Desember 2009
Waktu pengamatan :
Pengamatan dilakukan selama empat minggu
setelah tanam (4 mst).
4.2
PEMBAHASAN
Aklimatisasi
adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng.
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat
rentan terhadap serangan hama
penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan
barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Aklimatisasi
marupakan tahapan yang paling akhir dari suatu suatu kultur jaringan tanaman.
Tahapan ini memang sebenarnya sangat sulit dilakukan karena tanaman hasil
kultur di upayakan agar bisa beradaptasi pada lingkungan baru di luar botol
kultur. Hal ini tentu akan sangat menyulitkan karena selama ini tanaman
terbiasa dengan keondisi di dalam botol kultur yaitu hara dan nutrisi tersedia,
suhu relative konstan, tidak terdapat sumber penyakit/kontaminan dan lain
sebagainya. Namun setelah tanaman diaklimatisasikan maka tanaman baru ini akan
sanagt stress karena perubahan yang sangat ekstrim dan tiba-tiba.
Berdasarkan hal diatas maka aklimatisasi tanaman dalam hal ini tanaman
anggrek sangat riskan pada kontaminan dan perubahan yang terjadi selama di
aklimatisasi. Selain itu banyak hal yang sangat mempengaruhi dalam mengaklimatisasi
suatu tanaman yaitu kondisi lingkungan yang berbeda dapat membuat suatu tanaman
akan mati bila kita tidak benar-benar menjaga kondisi yang diinginkan bagi
tanaman kentang. Factor media tanam juga sangat berpengaruh karena dengan media
yang sesuai maka tanaman hasil kultur kita akan mudah beradaptasi dan dapat
menyerap nutrisi yang di berikan tetapi jika media yang kita gunakan tidak
mendukung pertumbuhan tanaman maka kemungkinan besar tanaman yang kita
aklimatisasi akan kesulitan dalam menyerap hara sehingga tanaman kita akan
mati.
Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak
lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu
mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan
dan relatif murah harganya. Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua
persyaratan untuk pertumbuhan tanaman anggrek.
Untuk pertumbuhan tanaman anggrek, kemasaman media (pH) yang baik berkisar
antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga
optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai.
Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara lain : moss, pakis,
serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.
Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot anggrek, karena
dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan dengan pecahan genting. Media
pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot, karena mempunyai kemampuan
drainase dan aerasi yang baik Moss yang mengandung 2–3% unsur N sudah lama
digunakan untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air
yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula. Pakis sesuai
untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang
baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang
dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya. Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah
busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan airnya sangat
baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah didapat dan
murah harganya. Dalam menggunakan serabut kelapa sebagai media tumbuh,
sebaiknya dipilih serabut kelapa yang sudah tua.
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat bahwa
aklimatisasi anggrek pada awalnya tumbuh baik hingga minggu pertama namun pada
minggu ke dua tanaman ini mudai mengalami kemunduran. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah tunas semakin sedkit karena tanaman mulai mati dan jumlah daun juga
demikian. Sedangkan jumlha akar tetap tidak berubah. Artinya tanaman anggrek
ini hanya dapat bertahan selama 1 minggu sedangka pada minggu ketiga tanaman
sudah mati. Kondisi ini memang tidak baik karena tanaman anggrek
tidak bisa hidup. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang
tidak sesuai untuk aklimatisasi atau karena kondisi tanaman anggrek sendiri
yang belum seharusnya diaklimatisasi karena saat anggrek diaklimatisasi hanya
sedikit sekali akar tanaman anggrek jadi kemungkinan tanaman ini mati karena
belum dapat meneyarp hara yang diberikan.
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat kami buat disini adalah :



DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2007. Cara Budidaya Anggrek. Download : 27 Desember 2007. http:// www. bptp-jakarta@litbang.deptan.go.id; ardjkt@indo.net.id
Guanwan,
W.L. 1985. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta .
Marlin, Usman K J, Atra R. 2009. Penuntun Praktikum
Teknik Kultur Jaringan Tanaman. Departemen Pendidikan Nasional. Universitas
Bengkulu, Bengkulu.
Soeryowinoto,
S.M., dan M. Soeryowinoto. 1995. Perbanyakan Vegetatif pada Anggrek. Kanisius. Yogyakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar