Senin, 23 Desember 2013

LAPORAN KULTUR JARINGAN AKLIMATISASI TANAMAN ANGGREK


LAPORAN PRAKTIKUM
TEHNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN

“AKLIMATISASI TANAMAN ANGGREK”












Oleh
NAMA       : PETRUS SIMATUPANG  
NPM           : E1J009094
CO.ASS     : RUTH SIREGAR




PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012



AKLIMATISASI TANAMAN
ANGGREK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia. Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek larat / Dendrobium phalaenopis, anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah
Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek mempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut. Bila mendengar kata anggrek, seorang penduduk daerah beriklim sedang akan membayangkan bunga indah yang aneh dan bermekaran di hutan hujan tropik yang basah, atau bunga yang dipamerkan di dalam kotak kaca dingin oleh para perangkai bunga, atau bunga yang disuntingkan seorang pemuda pada pakaian pacarnya dalam suatu acara pesta dansa.
Namun dunia anggrek (orchidaceae) lebih daripada itu. Bila kita makan es krim vanili, sebetulnya kita makan sebagian dari salah satu anggrek, sebab vanili dihasilkan oleh suatu jenis anggrek. Jenis suku anggrek-anggrekkan berjumlah 15.000 buah, sehingga suku tersebut merupakan salah satu suku tumbuhan berbunga yang terbesar.
Kebanyakan anggrek tumbuh di daerah tropis dan tumbuh sebagai tumbuhan epifit. Jenis anggrek tropik menghasilkan bunga yang sangat indah, berwarna warni, dan tetap tidak rontok lama seseudah dipetik. Tetatpi anggrek dari daerah beriklim sedang tumbuh di tanah dan tidak begitu indah. Tumbuhannya yang berdaun tebal dan keras tampak tidak sangat beraneka ragam, tidak seperti bunganya. Memang sebenarnya variasi bunga anggrek adalah lebih banyak daripada bunga tumbuhan lainnya. Namun yang menjadi ciri umum bunga anggrek ialah bahwa anggrek memiliki tiga lembar daun bunga dan tiga lembar kelopak bunga yang mirip dengan daun bunga. Satu diantara daun bunga itu disebut bibir dan lebih lebar daripada daun bunga selebihnya, terletak paling bawah pada bunga bibir ini berfungsi sebagai landasan bagi serangga penyerbuk.
Karena ukuran, bentuk, warna, bau dan musim berbunga warga suku anggrek-anggrekan itu berbeda-beda maka serangga penyerbuknya pun berbeda-beda pula. Dari sebab itu pulalah tak ada jenis anggrek yang terkena penyerbukan secara sialng, namun penyerbukan silang dapat terjadi secara buatan seperti yang dilakukan para pekebun. Penyerbukan silang antara dua jenis anggrek yang berbeda terbukti menghasilkan anggrek yang indah.
Pada pembudidayaan tanaman anggrek, yang menjadi kendala utama adalah sulitnya melakukan perbanyakan tanaman anggrek karena hampir semua jenis tanaman anggrek tidak dapat berkembangbiak secara generatif meskipun bunga menghasilkan polong. Hal ini disebabkan karena adanya polong yang dihasilkan berisi biji berupa serbuk serperti tepung yang sangat mudah melayang. Perkembangan tanaman anggrek secara vegetatif juga sulit dilakukan karena kemungkinan hidup tunas tanaman sangat rendah. Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah perbanyakan tanaman anggrek melalui kultur jaringan dengan bahan tanam berupa polong anggrek yang sudah matang dan dilakukan di dalam laboratorium.

I.2 TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah :
  1. Mengetahui cara mempersiapkan tanaman untuk di aklimatisasikan.
  2. Mengetahui cara mengaklimatisasikan tanaman hasil kultur dalam media aklimatisasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dendrobium adalah anggrek yang paling banyak dibudidayakan. Dendrobium memiliki organ yang dapat menyimpan air dengan baik, yang disebut "canes" untuk dapat tumbuh dan subur. Ada banyak Jenis Dendrobium yang dikembangkan. Namun, silangan Dendrobium Phalaenopsis adalah yang paling banyak ditemui. Untuk setiap jenis yang berbeda, Dendrobium dibudidayakan secara berbeda pula. Beberapa memiliki fase perdumbuhan dan kemudian berhenti dalam satu tahun, dan harus tetap disiram dan dijaga suhu udaranya untuk menyeimbangkan periode antara pertumbuhan dan istirahatnya. Bunga dapat bertahan selama satu hari sampai beberapa minggu tergantung dari jenisnya. Tanaman Anggrek Denrobium merupakan salah satu jenis tanaman anggrek yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Selain dijadikan tanaman hias, anggrek juga dibudidayakan pada usaha bunga potong atau bunga rangkai dengan harga jual yang relatif mahal.
Anggek Denrobium merupakan salah satu jenis tanaman yang sulit berkembangbiak secara vegetatif maupun secara generatif. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan untuk perbanyakan tanaman anggrek Denrobium adalah dengan melalui tekhnik kultur jaringan. Pada kultur jaringan anggrek Denrobium pengambilan eksplan dapat dilakukan dengan tiga cara. Menurut Soeryowinoto, S.M dan M. Soeryowinoto (1995) ketiga cara tersebut adalah :
[  Pengambilan eksplan dari tunas anggrek Denrobium.
[  Pengambilan tunas dari kelki Denrobium. Kelki adalah tunas dari tanaman anggrek yang keluar pada bagian bulm (cane) yaitu pseudobulm tanaman anggrek memanjang yang bentuknya seperti tebu.
[  Ekplan dari protocorn. Ekplan dari penyebaran biji yang kemudian melambung hijau dan mulai bertunas daun, tumbuh protocorn like body (Plb) dan kemudian berkembang.
Langkah yang biasa diterapkan pada kultur jaringan anggrek Denrobium menurut Gunawan, W.L (1985) adalah sebagai berikut :
Y  Media tumbuh.
Penyiapan media tumbuh dilakukan seminggu sebelum dilakukan penanaman. Media terdiri dari komposisi vacin dan went cair dengan penambahan air kelapa sebanyak 150 cc.
Y  Menyediakan alat-alat tanaman dan aaquades steril.
Alat-alat tanam yang harus disiapkan dalah petridish, pinset, scapel, gunting.
Y  Penyediaan bahan tanam (ekplan) dan sterilisasi ekplan.
Tunas baru atau kelki dapat dijadikan sebagai ekplan. Tunas dipotong kemudian disterilisasi.
Y  Penanaman eksplan
Menanam potongan ekplan yang memiliki mata tunas ke dalam media dengan menggunakan pinset, lalu ditutup dengan aluminium foil dan disemprot dengan menggunakan alcohol 70 %.


BAB III
METODOLOGI
3.1         BAHAN DAN ALAT
            Bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah planlet Anggrek Denrobium hasil kultur pada media MS, pakis, aquades steril dan pupuk daun.
            Sedangkan alat yang dipakai antara lain : gelas plastic aqua, spet, pinset, hand spayer.

3.2        CARA KERJA
Untuk mensubkulturkan anggrek Dendrobium yang telah dikulturkan maka langkah-langkah yang kami kerjakan adalah sebagai berikut:
3.3  Mempersiapkan planlet anggrek, keluarkan planlet dari botol kultur secara hati-hati dengan manggunakan pinset.
3.4  Mencuci planlet pada air yang mengalir sehingga tidak ada lagi agar yang menempel di akarnya.
3.5  Menamkan planlet pada media pakis yang telah dimasukkan dalam gelas plastic aqua dan tutup kembali dengan gela aqua lainnya.
3.6  Meletakkan gelas-gelas aqua yang berisi planlet tersebut pada rak-rak yang telah dipersiapkan.
3.7  Mengamati pertumbuhannya (jumlah daun, tunas, tinggi tunas, warna daun, jumlah cabangdan anakan).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1         HASIL PENGAMATAN
Data Tabel Hasil Pengamatan Anggrek Dendrobium Setelah di Aklimatisasi
Peubah
Minggu Setelah Tanam (MST)
I
II
III
IV
Jumlah tunas
Jumlah daun
Tinggi tanaman
2
3
5 cm
1
2
5 cm
-
-
-
-
-
-

Ø  Tanggal penanaman      : 14 Desember 2009
Waktu pengamatan       : Pengamatan dilakukan selama empat minggu setelah tanam (4 mst).

4.2        PEMBAHASAN
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Aklimatisasi marupakan tahapan yang paling akhir dari suatu suatu kultur jaringan tanaman. Tahapan ini memang sebenarnya sangat sulit dilakukan karena tanaman hasil kultur di upayakan agar bisa beradaptasi pada lingkungan baru di luar botol kultur. Hal ini tentu akan sangat menyulitkan karena selama ini tanaman terbiasa dengan keondisi di dalam botol kultur yaitu hara dan nutrisi tersedia, suhu relative konstan, tidak terdapat sumber penyakit/kontaminan dan lain sebagainya. Namun setelah tanaman diaklimatisasikan maka tanaman baru ini akan sanagt stress karena perubahan yang sangat ekstrim dan tiba-tiba.
Berdasarkan hal diatas maka aklimatisasi tanaman dalam hal ini tanaman anggrek sangat riskan pada kontaminan dan perubahan yang terjadi selama di aklimatisasi. Selain itu banyak hal yang sangat mempengaruhi dalam mengaklimatisasi suatu tanaman yaitu kondisi lingkungan yang berbeda dapat membuat suatu tanaman akan mati bila kita tidak benar-benar menjaga kondisi yang diinginkan bagi tanaman kentang. Factor media tanam juga sangat berpengaruh karena dengan media yang sesuai maka tanaman hasil kultur kita akan mudah beradaptasi dan dapat menyerap nutrisi yang di berikan tetapi jika media yang kita gunakan tidak mendukung pertumbuhan tanaman maka kemungkinan besar tanaman yang kita aklimatisasi akan kesulitan dalam menyerap hara sehingga tanaman kita akan mati.
Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya. Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua persyaratan untuk pertumbuhan tanaman anggrek.
Untuk pertumbuhan tanaman anggrek, kemasaman media (pH) yang baik berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara lain : moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.
Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot anggrek, karena dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan dengan pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot, karena mempunyai kemampuan drainase dan aerasi yang baik Moss yang mengandung 2–3% unsur N sudah lama digunakan untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula. Pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya. Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan airnya sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah didapat dan murah harganya. Dalam menggunakan serabut kelapa sebagai media tumbuh, sebaiknya dipilih serabut kelapa yang sudah tua.
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat bahwa aklimatisasi anggrek pada awalnya tumbuh baik hingga minggu pertama namun pada minggu ke dua tanaman ini mudai mengalami kemunduran. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tunas semakin sedkit karena tanaman mulai mati dan jumlah daun juga demikian. Sedangkan jumlha akar tetap tidak berubah. Artinya tanaman anggrek ini hanya dapat bertahan selama 1 minggu sedangka pada minggu ketiga tanaman sudah mati. Kondisi ini memang tidak baik karena tanaman anggrek tidak bisa hidup. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk aklimatisasi atau karena kondisi tanaman anggrek sendiri yang belum seharusnya diaklimatisasi karena saat anggrek diaklimatisasi hanya sedikit sekali akar tanaman anggrek jadi kemungkinan tanaman ini mati karena belum dapat meneyarp hara yang diberikan.

BAB V
PENUTUP
5.1         KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami buat disini adalah :
*               Aklimatisasi merupakan kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng, tahapan ini merupakan tahapan yang paling sulit dilakukan karena memindahkan tanaman pada kondisi yang baru.
*               Dalam mengaklimatisasi tanaman anggrek banyak hal yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman ini diantaranya kondisi tanaman itu saat diaklimatisasi, kondisi lingkungan, dan perawatan yang intensif serta media yang digunakan.
*               Pada praktikum ini sebanarnya awal pertumbuhan tanaman anggrek sudah baik namun setelah minggu kedua tanaman mulai mengalami kemunduran pertumbuhan bahkan pada minggu ketiga tanaman sudah mati.








DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Cara Budidaya Anggrek. Download : 27 Desember 2007. http:// www. bptp-jakarta@litbang.deptan.go.id; ardjkt@indo.net.id

Guanwan, W.L. 1985. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marlin, Usman K J, Atra R. 2009. Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan Tanaman. Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Soeryowinoto, S.M., dan M. Soeryowinoto. 1995. Perbanyakan Vegetatif  pada Anggrek. Kanisius. Yogyakarta.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar