Senin, 23 Desember 2013

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


LAPORAN PRAKTIKUM
KONSERVASI TANAH DAN AIR

   Disusun Oleh    :
PETRUS SIMATUPANG (E1J009094)
ROBYARI ARDIANSYAH (E1J009103 )
M. SUKANTO (E1J0090156)





PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah "Konservasi Tanah dan Air" tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya

Bengkulu,    November 2011


Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
DAFTAR ISI  .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........

BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang            ..........  .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........                                                                   
B.     Tujuan Praktikum        .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA      .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
                                   
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.    Waktu dan tempat      .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
B.     Bahan dan Alat           .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
C.     Cara Kerja                   .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
BAB IV. PENGAMATAN BENTUK-BENTUK EROSI
A.    Hasil    .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ........
B.     Pembahasan .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
BAB V.  FAKTOR-FAKTOR EROSI....... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
BAB VI TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR .......... .......... .......... .......... ......
BAB VII. PENGUKURAN KELERENGAN DANBEADA TINGGI
A.    Hasil.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ....
B.     Pembahasan.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ...
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ...
B.     Saran.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ...

DAFTAR PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Erosi tanah merupakan suatu proses berpindahnya, hilangnya sebagianatau seluruh tanah dari lapisan permukaan. Berlangsungnya erosi padatanah-tanah pertanian disebabkan oleh pengaruh alam biasanya dipercepatoleh tangan-tangan manusia itu sendiri (accelerated erssion), karena ituuntuk mencegah dan mengurangi keberlangsungan erosi diperlukanpengendalian serta upaya pencegahan (Arsyad, 1983). Penyebab utamaterjadinya erosi adalah akibat penggunaan lahan yang tidak sesuai dengandengan kemampuannya, pengolahan tanah yang salah, dan tidak dipakainya teknik atau kaidah-kaidah pengawetan (konservasi) tanah danair secara memadai. Kerusakan tanah akibat erosi dapat mengakibatkanmenurunnya kesuburan dan produktivitas tanah, bahaya banjir pada musimhujan atau cekaman kekeringan di musim kemarau, dan terjadinyapengdangkalan sungai-sungai ataupun danau - danau serta makin luasnyalahan-lahan kritis.Keadaan lahan kritis dapat memperbaiki melalui penerapan usahatanikonservasi atau sistem pertanian konservasi ( conservation farming  .Pertanian konservasi pada hakikatnya adalah bentuk budidaya pertanianyang menekankan pemanfaatan lahan semaksimal mungkin sepanjangtahun dengan memperhatikan kaidah-kaidah atau teknik konservasinya.Tujuan utama pertanian konservasi adalah untuk mencegah kerusakantanah, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas maupunkesuburan tanah.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.
Menurut Utomo (1989), proses erosi diawali dengan terjadinyapenghancuran agregat- agregat tanah sebagai akibat pukulan air hujanyang mempunyai energi lebih besar daripada daya tahan tanah. Hancurandari tanah akan menyumbat pori-pori tanah sehingga menyebabkan kapasitas infiltrasi tanah menurun serta dapat menyebabkan terjadinyalimpasan permukaan. Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut partikel - partikel tanah yang telah dihancurkan.Selanjutnya jika energi limpasan permukaan sudah tidak mampu lagimengangkut bahan-bahan hancuran tersebut, maka bahan-bahan inidiendapkan. Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaituaspek energi (hujan, air, limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng),aspek ketahanan (erodibilitas tanah yang ditentukan oleh kondisi beberapasifat fisik dan kimia tanah), dan aspek proteksi (penutupan tanah baik oleh vegetasi atau ada tidaknya tindakan konservasi).

B.     Tujuan Praktikum
1.      Mengetahui  bentuk-  bentuk erosi yang ada
2.      Mengetahui faktor – faktor penyebab erosi
3.      Dapat melakukan tindakan konservasi tanah  dan air
4.      Dapat menghitung kemiringan lereng dan beda tinggi  dengan memakai alat pengukur kemiringan lereng.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Erosi tanah adalah penyingkiran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi dari tapak semula oleh pelaku berupa air mengalir (aliranlimpasan), es bergerak atau angin (Notohadiprawiro, 1985).Erosi adalah pengikisan atau kelongsoran yang sesungguhnya merupakanproses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan angin dan air,baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan atauperbuatan manusia. Pemindahan atau pengangkutan tanah tersebut terjadi olehmedia alami berupa air dan angin. Misalnya erosi di daerah beriklim basah,factor yang berperan penting adalah air sedangkan angin tidak berarti(Kartasapoetra, 2001).Dua sebab utama terjadinya erosi adalah karena sebab alamiah dan aktivitasmanusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena adanya pembentukan tanah danproses yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sedangkan erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupasnyalapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkankaidakaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifatmerusak keadaan fisik tanah (Asdak, 2002).Lebih lanjut tentang terjadinya erosi dikemukakan oleh G.R. foster & L.D.meyer, yaitu menjelaskan bahwa erosi akan meliputi proses-proses:
1. detachment atau pelepasan partikel-partikel tanah
2. transportation atau penghanyutan partikel-partikel tanah
3. pengendapan partikel-partikel tanah yang telah dihanyutkan(Kartasapoetra, 2001).
Pada dasarnya erosi adalah akibat interaksi kerja antara factor iklim,topografi, tumbuh-tumbuhan dan manusia terhadap lahan yang dinyatakandalam persamaan deskriptif berikut:E= f (i, r, v, t, m)Dimana E adalah erosi, i adalah iklim, r adalah topografi atau relief, vadalah vegetasi, t adalah tanah dan m adalah manusia (Arsyad, 2000).
b. konservasi
Tanah menurut pengertian sehari-hari ialah tempat berpijak makhluk hidup di darat, fondasi tempat tinggal, dan sebagainya. Secara ilmiah, tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman. Menurut Simmonson (1957), tanah adalah permukaan lahan yang kontiniu menutpi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak pegunungan, daerah salju abadi. Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1973), tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperluka agar tidakterjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah  mempunyai hubungan yang erat dengan konservasi air.

Tanah sebagai komponen utama usaha tani yang harus dipelihara, dimodifikasi bila perlu, sangat mempengaruhi produksi dan penampilan tanaman. Usaha konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu :
1. Metode vegetatif, menggunakan tanaman sebagai sarana
2. Metode mekanik, menggunakan tanah, batu dan lain-lain sebagai sarana.

Tantangan yang berat di Indonesia adalah luas wilayah Indonesiea yang tidak kurang dari 195 juta hektar, dan diperkirakan 147 juta hektar atau 76 persen merupakan hutan dalam program penghutanan kembali dan rehabilitasi lahan, terdapat tidak kurang dari 80 area watershed, dimana 36 buah diantaranya mendapat prioritas



BAB III.  PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A.     Waktu dan tempat.
Praktikum dilaksanakan pada Hari Sabtu, 14-15 Oktober 2011 . Lokasi praktikum di  ADC (Agriculture Development Center) Kuro Tidur  unit I . Kecamatan Padang Jaya.  Kabupaten Bengkulu Utara.

B.     Bahan dan Alat.
1.      Ondol-ondol                     
2.      Klinometer
3.      Parang
4.      Abneylevel                                   
5.      Kompas                            
6.      Bambu
7.      Cangkul                            
8.      Bor Tanah
9.      Alat Tulis
C.     Cara Kerja
-                      Pengamatan bentuk  Erosi dan faktor erosi
1.                  Mendatangi  lokasi pengamatan terjadinya erosi di lahan miring .
2.                  Mendengarkan penjelasan dari dosen pengampu tentang bentuk dan faktor erosi
3.                  Mengamati beberapa bentuk erosi  selanjutnya .
4.                  Dokumentasi pengambilan gambar dari bentuk erosi yang terjadi pada beberapa lokasi terjadinya erosi.

-                      Pengenalan Alat  pengukur kemiringan lereng
1.                  Mendengarkan penjelasan tentang bentuk dan fungsi  alat – alat yang digunakan  yaitu ondo-ondol huruf A, klinometer, abneylevel, kompas, dan juga bor tanah.
2.                  Memperagakan  cara kerja dari masing-masing alat-alat tersebut.






BAB IV. PENGAMATAN BENTUK-BENTUK EROSI

A.      Hasil
1.     
100_0795

EROSI  PERCIKAN                                                       2. EROSI ALUR       

3.       EROSI LEMBAR                                                   

B.  Pembahasan
Pada praktikum yang dilaksanakan  tentang pengamatan bentuk erosi, bentuk – bentuk erosi yang kami amati adalah erosi percik, erosi alur dan erosi lembar.
1.  Erosi percikan merupakan suatu bentuk erosi dimana terlemparnya butir-butir tanah akibat terkena pukulan butir-butir hujan secara langsung.  Ada tiga proses terjadinya erosi percikan  :
 1) pembasahan butir-butir agregat sehingga gaya kohesi antar butir menurun,
 2)  pelemparan partikel-partikel, 
3) pengendapan partikel-partikel tanah. 
Erosi percikan dipengaruhi oleh kemiringan lereng, besar ukuran butir hujan.  Pada tanah yang miring pelemparan butir tanah lebih jauh ke arah bawah lereng daripada ke atas lereng. 

2.      Erosi alur  merupakan suatu bentuk eosi yang terjadi karena terkonsentrasinya alir
an air pada tempat-tempat teretentu pada permukaan tanah.  Erosi alur terjadi jika air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah,sehingga proses penggerusan banyak terjadi pada tempat tersebut yang kemudian membentuk alur-alur. Alur-alur tersebut akan hilang pada saat dilakukan pengolahan tanah atau penyiangan. Pada mulanya alur-alur terbentuk masih kecil kemudian menjadi lebih besar kearah bawah lereng.  Erosi alur dapat terjadi  akibat penanaman tanaman berbaris menurut arah lereng atau bekas-bekas tempat penarikan balok kayu Alur-alur yang terjadi akibat erosi alur masih tergolong kecil dan mudah dihilangkan melalui pengolahan tanah.

3.                   Erosi Lembar (sheet erosion). Erosi lembar merupakan pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir-butir hujan di permukaan tanah merupakan penyebab utama terjadi erosi ini. Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam. Intensitas dan lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan turbulensi aliran.   Ini juga terjadi pada tanah yang sudah diolah tetapi masih gembur.


Bentuk – bentuk erosi lain yang tidak diamati dilapangan adalah :

1.      Erosi aliran permukaan
Erosi aliran permukaan merupakan erosi yang  terjadi  pada  lapisan permukaan tanah.  Erosi ini dapat terjadi apabila massa tanah telah melampaui titik jenuh dengan kata lain intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi.  Aliran permukaan umumnya jarang yang merata sehingga daya kikisnyapun juga tidak merata disebabkan tidak seragamnya permukaan tanah dan hujan yang jatuh pada permukaan tanah.   Pada tanah yang benar-benar seragam dan curah hujan merata kemungkinan daya kikisnya juga akan seragam, maka bentuk erosi yang terjadi adalah erosi lembar (sheet erosion).  Apabila aliran permukaan tidak seragam dan berbelok-belok yang disebut turbulensi.  Aliran turbulensi mempunyai daya kikis yang lebih kuat dibandingkan aliran permukaan yang merata.  Terbentuknya alur-alur, kelokan-kelokan  pada permukaan tanah membuktikan telah terjadinya aliran turbulensi. 
2.      Erosi aliran bawah permukaan
Erosi aliran bawah peremukaan adalah  erosi  yang  terjadi  akibat adanya aliran air yang terpusat  di terowongan-terowongan atau saluran-saluran air yang ada di bawah permukaan tanah.  Memang masih sedikit pengetahuan tentang adanya erosi di bawah permukaan tanah karena selama ini para ahli lebih terfokus perhatiannya pada erosi aliran permukaan.  Akan tetapi dapat dipahami bahwa tanah merupakan kumpulan dari partikel-partikel primer dan agregat dan terdiri dari berbagai ukuran dan tanah memiliki pori-pori mikro dan makro.  Partikel-partikel tanah yang halus dan zat hara sangat mungkin bergerak atau tercuci malalui gerakan air yang menuju  ke lapisan bawah dan terus mengikuti saluran-saluran atau terowongan-terowongan yang menuju kekaki-kaki lereng atau langsung berhubungan dengan anak sungai. 
Erosi aliran bawah permukaan tanah memang diakui bahwa hancurnya agregat.  dan jumlah tanah yang terangkut sangat sedikit yaitu sekitar 1 % dari total tanah yang terangkut oleh proses erosi, tetapi erosi bawah permukaan tidak boleh dianggap remeh, sebab konsentrasi mineral-mineral yang terangkut melalui erosi ini dua kali lebih besar dari pada yang terkandung dalam erosi aliran permukaan.



3.      Erosi selokan
Erosi selokan merupakan suatu bentuk erosi hampir sama seperti erosi alur,  tetapi alur-alur yang terbentuk lebih dalam.  Penelitian menunjukkan bahwa terbentuknya alur selokan selain karena terkonsentrasinya aliran air, tetapi dapat juga sebagai akibat runtuhnya terowongan-terowongan di bawah permukaan tanah,  cara lain akibat longsor yang bentuknya memanjang. 
            Selokan yang baru terbentuk dengan lebar 40 cm, dalam 25 cm, sedangkan yang telah berkemang memiliki kedalaman 30 cm dengan lebar lebih lebar daripada 40 cm.  Penampang selokan ada yang berbentuk huruf U dan V tergantung kepekaan erosi tanah.  Pada tanah yang peka cenderung berbentuk seperti huruf U yang kurang peka seperti huruf V.  Bentuk huruf  U lebih sukar ditanggulangi daripada bentuk huruf V. 

4.      Erosi gerakan massa
Erosi gerakan massa merupakan suatu bentuk erosi dimana proses perpindahan tanah terjadi 
dalam jumlah volume yang banyak dalam waktu singkat.  Ditinjau dari segi gerakannya ada 4 macam  erosi gerakan massa, yaitu : rayapan (creep), longsoran (land slide),  runtuhan batuan (rock fall), dan  aliran lumpur (mud flow).   Longsor terjadi  sebagai akibat meluncurnya massa tanah di atas lapisan kedap setelah jenuh air.   Longsor  dapat terjadi jikaterpenuhi persyaratan sebagai berikut.
1.      Adanya lereng yang cukup curam sehingga tanah mudah  meluncur  ke arah bawah
2.      Adanya lapisan  bawah permukaan  tanah  agak kedap air yang berfungsi sebagai bidang  peluncur
3.   Adanya  cukup  air untuk penjenuh lapisan   kedap yang  berfungsi sebagai pelumas

 









BAB V.  FAKTOR-FAKTOR EROSI

Begitu besarnya bahaya erosi yang pada akhirnya merugikan kehidupan manusia, oleh karena itu beberapa ahli membagi faktor-faktor yang menjadi penyebab erosi dan berupaya untuk menanggulanginya. Menurut (Rahim, 2000) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi erosi adalah
1.      Energi, yang meliputi hujan, air limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng,
2.      Ketahanan; erodibilitas tanah (ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah), dan
3.      Proteksi, penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya tindakan konservasi.
Morgan (1979) dalam Nasiah (2000) menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah, adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah (Arsyad, 1989) yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
E = f ( i.r.v.t.m )
Dimana :
E = Erosi ; i = Iklim ; v = Vegetasi ; m = Manusia ; f = fungsi   ; r = Topografi ; t = Tanah

a. Iklim
Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi sehubungan dengan fungsinya. Sebagai agen pemecah dan transpor. Faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan (Arsyad 1989). Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan tehadap tanah, jumlah dan kecepatan permukaaan serta besarnya kerusakan erosi. Angin adalah faktor lain yang menentukan kecepatan jatuh butir hujan. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi di beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelambaban dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar kembali kapasitas infiltrasi tanah.


b. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian (Asdak, 1995). Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng (Arsyad, 1989).
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada bagian atas.


c. Vegetasi
Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal, atau hutan yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi (Arsyad, 1989). Asdak (1995) mengemukakan bahwa yang lebih berperan dalam menurunkan besarnya erosi adalah tumbuhan bahwa karena ia merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar kecilnya erosi percikan. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dibagi dalam lima bagian (Arsyad, 1989), yakni:
1. Sebagai intersepsi hujan oleh tajuk tanaman.
2. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.
3. Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetasi dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah.
4. Transpiransi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang sehingga meningkatkan kapasitas infiltrasi.

d. Tanah
Arsyad (1989), menerangkan bahwa berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah.

e.  Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.

BAB VI. TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR

Secara garis besar teknik konservasi dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu teknik konservasi vegetatif dan mekanik (sipil teknis). Untuk mencapai hasil yang maksimum dalam mengendalikan erosi dan
aliran permukaan, aplikasi dari kedua metode ini sebaiknya tidak dipisahkan (Dariah et al., 2004, Santoso et al., 2004). Sebagai contoh, teras (bangku atau gulud) yang tergolong tindakan mekanis, akan dapat
berfungsi secara maksimal bila dilengkapi tanaman penguat teras.

a. Metode Vegetatif
Konservasi tanah vegetatif merupakan semua tindakan konservasi yang menggunakan tumbuh-tumbuhan (vegetasi), baik tanaman legum yang menjalar, semak perdu atau pohon, maupun rumputrumputan dan tumbuh-tumbuhan lainnya, serta sisa-sisa tanaman yang ditujukan untuk mengendalikan erosi dan aliran permukaan. Manfaat lain dari metode konservasi vegetatif adalah dapat mendukung sistem pengelolaan bahan organik, karena semua tindakan konservasi vegetatif  dapat berperan sebagai penghasil bahan organik. Kalaupun tanamankonservasi digunakan sebagai pakan ternak, tidak berarti mengubah fungsinya sebagai penghasil bahan organik bila pupuk kandang dikembalikan ke lahan, bahkan perpanjangan rantai ini akan memperbaiki kualitas bahan organik yang dihasilkan.
Beberapa contoh teknik konservasi yang tergolong sebagai metode konservasi vegetatif adalah pemilihan dan pengaturan pola tanam, penanaman tanaman penutup tanah, penggunaan tanaman/sisa tanaman sebagai mulsa, sistem alley copping (budidaya lorong), strip rumput, dan wanatani (agroforestry). Penanaman penutup tanah/pupuk hijau seperti Cayanus cayan (gude), Mucuna sp. (benguk), kacang tunggak, atau komak sesudah tanaman pangan, merupakan pengaturan pola tanam yang bisa berdampak 140 positif terhadap perbaikan kesuburan kimia dan biologi serta sifat fisik tanah. Hijauan yang dihasilkan tanaman penutup atau tanaman konservasi lainnya seperti tanaman pagar atau strip, serta sisa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, yang mana penggunaan mulsa mempunyai beberapa keuntungan (Undang Kurnia et al., 2004; Rachman; 2004), yaitu (i) melindungi tanah dari pukulan air hujan; (ii) mengurangi penguapan sehingga dapat mempertahankan kelembaban udara dan suhu dalam tanah; (iii) menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi aktivitas mikroorganisme tanah; (iv) setelah bahan mulsa melapuk, akan meningkatkan bahan organik tanah; (v) memperlambat aliran permukaan yang berdampak pada penurunan erosi. Namun demikian Sukmana (1995) menyatakan bahwa dalam hal penanggulangan erosi, penggunaan mulsa harus dikombinasikan dengan teknik konservasi yang lain. Budidaya lorong (alley cropping) dan strip rumput) merupakan teknik konservasi vegetatif yang efektif dalam menekan erosi dan aliran permukaan .

b. Metode sipil teknis (Mekanik)
Semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah, dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningatkan kelas kemampuan tanah disebutsebagai metode konservasi secara sipil teknis/mekanik. metode konservasi mekanik adalah berbagai macam teras (bangku, gulud, kebun, individu), rorak, pembuatan berbagai macam saluran pembuanganair, dan saluran drainase lainnya. Teras bangku merupakan metode konservasi mekanik yang telah banyak diaplikasikan petani di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.Metode ini sangat efektif untuk mencegah erosi dan aliran permukaan.Kelemahannya tidak dapat diterapkan pada semua kondisi lahan,
misalnya pada tanah bersolum dangkal. Teknik konservasi ini juga tergolong mahal, sehingga sulit diterapkan petani tanpa disertai subsidi dalam pembuatannya. Jenis teras yang pembuatannya relatif murah adalah teras gulud, namun efektivitasnya dalam menahan erosi tidak sebaik teras bangku, kecuali bila diperkuat dengan tanaman konservasi. Penanaman tanaman konservasi, baik tanaman legum pohon/semak atau rumput dengan mengikuti kontur, juga dapat membentuk teras secara
bertahap, dan dikenal sebagai teras kredit.
c. Olah tanah Konservasi
Setiap upaya pengolahan tanah akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat
tanah akibat pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap dispersi agregat, erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah (Pankhurst and Lynch, 1993).
Beberapa cara pengolahan tanah yang memenuhi kriteria sebagai OTK di antaranya adalah tanpa olah tanah (Zero tillage), olah tanah seperlunya (reduced tillage), dan olah tanah strip (strip tillage). Aplikasi dari ketiga jenis OTK tersebut harus selalu disertai dengan penggunaan mulsa organik. Selain berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik, struktur tanah (kegemburan dan porositas), aplikasi OTK juga dapat menghemat tenaga kerja. Pengaruh positif dari sistem olah tanah konservasi terhadap sifatsifat tanah, berdampak juga terhadap erosi yang terjadi.

BAB VII. PENGUKURAN KELERENGAN DAN BEDA TINGGI

A.    Hasil
Kemiringan lereng (slope) merupakan suatu unsure topografi dan factor erosi. Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai tempat yang disebabkan oleh gaya-gaya endogen dan eksogen yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi. Mengetahui besar kemiringan lereng adalah penting untuk perencanaaan dan pelaksanaan berbagai kebutuhan pembangunan, terutama dalam bidang konservasi tanah dan air antara lain sebagai suatu factor yang mengendalikan erosi dan menentukan kelas kemampuan lahan. Besar kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat (o) atau persen (%). Untuk menentukan besar kemiringan lereng dapat diukur melalui beberapa metode atau alat antara lain denganmetode : Alat tipe-A (ondol-ondol), abney level, dan clino meter.
1.      Alat tipe A (ondol-ondol)
2.      Abney level









3.      Clino meter

4.      Bor tanah


B.     Pembahasan


1.      Alat tipe-A (Ondol –ondol)
Alat tipe-A yang biasa disebut ondol-ondol merupakan suatu alat pengukur kelerengan sederhana. Alat ini terbuat dari dua potong bambu atau kayu yang diikat longgar pada dua ujungnya sehingga mudaha digerakkan. Dibagian tengah alat dipasang suatu kayu penyangga melintang sehingga bentuknya persis seperti huruf A. Alat ini dilengkapi dengan beberpa lat tambahan seperti benang gandulan sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemiringan lereng suatu tempat.
Cara kerjanya : Pembuatan garis kontur dengan ondol-ondol yaitu dengan menyiapkan ondol-ondol yang sudah dilengkapi dengan bandul (pemberat). menentukan titik acuan yang akan dilintasi garis kontur tertinggi, misal titik A. Tentukan titik B pada bagian lereng yang lebih rendah  sesuai dengan interval vertikal (IV) yang diinginkan. Ondol-ondol diletakkan pada titik B sedangkan kaki lainnya digerakkan ke atas atau ke bawah sedemikan rupa sehingga tali bandul persis pada titik tengah palang yang sudah ditandai. Titik yang baru ini, misalnya titik B1, adalah titik yang sama tinggi dengan titik B. Dari titik B1 tentukan titik B2 dengan cara yang sama sehingga nantinya titik tersebut dengan patok kayu atau bambu pada masing-masing titik yang telah diperoleh.



2.      Abney level
Abney level merupakan suatu alat pengukur kemiringan lereng, bentuknya seperti teropong, panjang kurang lebih 15 cm, berat 150 g. alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu : bodi (logam), tabung kaca berisi air tidak penuhbila digerakkan akan kelihatan gelembung air disebut nivo, skala kemiringan lereng, dan celah bidik.
Cara kerjanya adalah : Alat dipengang, lubang pembidiknya diletakan di depan mata, berdiri di titik awal . Ukur tinggi mata kita, sebagai tinggi alat. Bidikan ke rambu ukur yang dipasang di titik berikutnya/titik yang akan dibidik, atur bacaan bidikan sama tingginga dengan ketinggian alat. Kemudian Baca skala kemiringannya.
3.      Clinometer
Dalam alat ini ada roda yang berputar bebas dan mempunyai dua skala yang berbeda. Skala pada sebelah kanan menunjukkan satuan pengukuran sudut vertikal dalam %, sedang sebelah kiri mencantumkan satuan sudut dalam derajat. Sudut di atas bidang horizontal diberi tanda + , sedang sudut dibawah bidang tersebut diberi tanda – . Pemberian tanda ini merupakan hal penting yang seringkali dilupakan oleh para pengukur pemula.

Satuan sudut vertikal dalam % menggambarkan perbandingan antara jarak vertikal (beda tinggi) dengan jarak datar dalam persen. Contohnya kemiringan 24% berarti perbandingan antara jarak vertikal dengan jarak datar adalah 0.24 . Kalau jarak datar diketahui 100 m, maka beda tingginya 24 m. Sebagaimana derajat, semakin besar persen  kemiringan suatu lereng maka semakin curam lerengnya.Cara menggunakan clinometer adalah dengan dua mata terbuka. Satu mata melihat ke lensa, sedang mata yang lain melihat ke obyek yang dibidik. Otak kita akan menggabungkan skala pada lensa dengan obyek yang dibidik. Sebagai mana pengukuran jarak, kemiringan harus diukur pada tinggi yang sama.
4.      Bor tanah . cara menggunakannya adalah dengan menekan sedikit. Kemudian diputar bor nya searah jarum jam. Jika sudah sedalam  10 cm, angkat tanah nya.  Alat ini berfungsi sebagai mengambil sampel tanah.





BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Bentuk  erosi dapat digolongkan atas 6 bentuk,  seperti berikut :
a.       Erosi percikan (spalsh erosion)
b.      Erosi aliran permukaan (overland erosion)
c.       Erosi bawah aliran permukaan (subsurface flow erosion)
d.      Erosi alur (riil erosion)
e.       Erosi selokan (gully erosion)
f.       Erosi gerakan massa (mass movement erosion)
           Kemampuan  mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah, adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah.
           Konservasi tanah dapat dilakukan dengan cara Metode Vegetatif (Konservasi tanah vegetatif merupakan semua tindakan konservasi yang menggunakan tumbuh-tumbuhan),Metode sipil teknis (Mekanik), olah tanah konservasi.
           Alat  yang digunakan untuk mengukur kemeiringan lereng adalah, ondol-ondol, abney level, dan clino meter.

B.     Saran
Sebelum praktikum dilaksanakan , sebaiknya peserta sudah tahu teori tentang  materi yang dipraktikumkan supaya tidak terjadi kebingungan sendiri pada praktikan. Demikian juga dalam  pengenalan alat praktikum , praktikan harus  secara langsung mempraktekkan  alat yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press. Yogyakarta.
http://samrumi.blogspot.com/2009/01/pengertian-dan-bentuk-bentuk-erosi.html, diakses tanggal 26 oktober 2011
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/lahankering/berlereng1.pdf, diakses tanggal 26 oktober 2011
http://link-geo.blogspot.com/2009/08/erosi-dampak-serta-upaya-mengurangi.html, diakses tanggal 26 oktober 2011
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Program Pasca sarjana, UGM. Yogyakarta.
 Rahim, Sufli Efendi. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara . Jakarta

Saleh , Busri   . 2008. Bahan   ajar  perkuliahan. Konservasi  tanah  dan  air. Fakultas pertanian  Universitas Bengkulu.Bengkulu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar