LAPORAN PRAKTIKUM
KONSERVASI TANAH DAN AIR

Disusun Oleh :
PETRUS SIMATUPANG
(E1J009094)
ROBYARI
ARDIANSYAH (E1J009103 )
M. SUKANTO
(E1J0090156)
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2011
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah "Konservasi Tanah dan Air"
tepat pada waktunya.
Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya
Bengkulu, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......... .......... .......... .......... .......... ..........
.......... .......... ..........
DAFTAR ISI .......... ..........
.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
BAB I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
B.
Tujuan Praktikum .......... .......... ..........
.......... .......... .......... .......... ..........
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan tempat .......... .......... .......... .......... .......... ..........
.......... ..........
B.
Bahan
dan Alat ..........
.......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
C.
Cara
Kerja ..........
.......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
BAB IV. PENGAMATAN BENTUK-BENTUK EROSI
A. Hasil .......... .......... .......... .......... ..........
.......... .......... .......... .......... .......... ........
B. Pembahasan
.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
.......... ..........
BAB V. FAKTOR-FAKTOR EROSI....... .......... .......... .......... .......... ..........
.......... ..........
BAB VI TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
.......... .......... .......... .......... ......
BAB VII. PENGUKURAN KELERENGAN DANBEADA TINGGI
A. Hasil.......... ..........
.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
.......... ....
B. Pembahasan..........
.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
.......... ...
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan .......... .......... .......... .......... .......... ..........
.......... .......... .......... .......... ...
B.
Saran.......... .......... .......... .......... .......... ..........
.......... .......... .......... .......... .......... ...
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Erosi tanah merupakan suatu proses
berpindahnya, hilangnya sebagianatau seluruh tanah dari lapisan permukaan.
Berlangsungnya erosi padatanah-tanah pertanian disebabkan oleh pengaruh alam
biasanya dipercepatoleh tangan-tangan manusia itu sendiri (accelerated
erssion), karena ituuntuk mencegah dan mengurangi keberlangsungan erosi
diperlukanpengendalian serta upaya pencegahan (Arsyad, 1983). Penyebab utamaterjadinya
erosi adalah akibat penggunaan lahan yang tidak sesuai dengandengan
kemampuannya, pengolahan tanah yang salah, dan tidak dipakainya teknik atau
kaidah-kaidah pengawetan (konservasi) tanah danair secara memadai. Kerusakan
tanah akibat erosi dapat mengakibatkanmenurunnya kesuburan dan produktivitas
tanah, bahaya banjir pada musimhujan atau cekaman kekeringan di musim kemarau,
dan terjadinyapengdangkalan sungai-sungai ataupun danau - danau serta makin
luasnyalahan-lahan kritis.Keadaan lahan kritis dapat memperbaiki melalui
penerapan usahatanikonservasi atau sistem pertanian konservasi ( conservation
farming .Pertanian konservasi pada
hakikatnya adalah bentuk budidaya pertanianyang menekankan pemanfaatan lahan
semaksimal mungkin sepanjangtahun dengan memperhatikan kaidah-kaidah atau
teknik konservasinya.Tujuan utama pertanian konservasi adalah untuk mencegah
kerusakantanah, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas maupunkesuburan
tanah.
Erosi sebenarnya merupakan proses
alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah
oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan,
kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi /
pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang
digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang
jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi
ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang
kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang
lebih lemah.
Menurut Utomo (1989), proses erosi
diawali dengan terjadinyapenghancuran agregat- agregat tanah sebagai akibat
pukulan air hujanyang mempunyai energi lebih besar daripada daya tahan tanah.
Hancurandari tanah akan menyumbat pori-pori tanah sehingga menyebabkan
kapasitas infiltrasi tanah menurun serta dapat menyebabkan terjadinyalimpasan
permukaan. Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut
partikel - partikel tanah yang telah dihancurkan.Selanjutnya jika energi
limpasan permukaan sudah tidak mampu lagimengangkut bahan-bahan hancuran
tersebut, maka bahan-bahan inidiendapkan. Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh
tiga faktor utama, yaituaspek energi (hujan, air, limpasan, angin, kemiringan
dan panjang lereng),aspek ketahanan (erodibilitas tanah yang ditentukan oleh
kondisi beberapasifat fisik dan kimia tanah), dan aspek proteksi (penutupan tanah
baik oleh vegetasi
atau ada tidaknya tindakan konservasi).
B.
Tujuan Praktikum
1.
Mengetahui bentuk-
bentuk erosi yang ada
2.
Mengetahui
faktor – faktor penyebab erosi
3.
Dapat
melakukan tindakan konservasi tanah dan
air
4.
Dapat
menghitung kemiringan lereng dan beda tinggi
dengan memakai alat pengukur kemiringan lereng.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
Erosi tanah adalah penyingkiran dan pengangkutan
bahan dalam bentuk larutan atau suspensi dari tapak semula oleh pelaku berupa
air mengalir (aliranlimpasan), es bergerak atau angin (Notohadiprawiro,
1985).Erosi adalah pengikisan atau kelongsoran yang sesungguhnya
merupakanproses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan angin dan
air,baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan
atauperbuatan manusia. Pemindahan atau pengangkutan tanah tersebut terjadi
olehmedia alami berupa air dan angin. Misalnya erosi di daerah beriklim
basah,factor yang berperan penting adalah air sedangkan angin tidak
berarti(Kartasapoetra, 2001).Dua sebab utama terjadinya erosi adalah karena
sebab alamiah dan aktivitasmanusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena adanya
pembentukan tanah danproses yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan
tanah secara alami. Sedangkan erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupasnyalapisan
tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkankaidakaidah
konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifatmerusak keadaan fisik
tanah (Asdak, 2002).Lebih lanjut tentang terjadinya erosi dikemukakan oleh G.R.
foster & L.D.meyer, yaitu menjelaskan bahwa erosi akan meliputi
proses-proses:
1. detachment atau pelepasan partikel-partikel tanah
2. transportation atau penghanyutan
partikel-partikel tanah
3. pengendapan partikel-partikel tanah yang telah
dihanyutkan(Kartasapoetra, 2001).
Pada dasarnya erosi adalah akibat interaksi kerja
antara factor iklim,topografi, tumbuh-tumbuhan dan manusia terhadap lahan yang
dinyatakandalam persamaan deskriptif berikut:E= f (i, r, v, t, m)Dimana E
adalah erosi, i adalah iklim, r adalah topografi atau relief, vadalah vegetasi,
t adalah tanah dan m adalah manusia (Arsyad, 2000).
b.
konservasi
Tanah menurut pengertian sehari-hari ialah tempat
berpijak makhluk hidup di darat, fondasi tempat tinggal, dan sebagainya. Secara
ilmiah, tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman. Menurut Simmonson (1957),
tanah adalah permukaan lahan yang kontiniu menutpi kerak bumi kecuali di
tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak pegunungan, daerah salju abadi.
Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1973), tanah adalah kumpulan tubuh alami
pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari
penyusun-penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan
akar tanaman.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah
adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperluka agar tidakterjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah mempunyai hubungan yang erat dengan
konservasi air.
Tanah sebagai komponen utama usaha tani yang harus
dipelihara, dimodifikasi bila perlu, sangat mempengaruhi produksi dan
penampilan tanaman. Usaha konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode yaitu :
1.
Metode vegetatif, menggunakan tanaman sebagai sarana
2.
Metode mekanik, menggunakan tanah, batu dan lain-lain sebagai sarana.
Tantangan
yang berat di Indonesia adalah luas wilayah Indonesiea yang tidak kurang dari
195 juta hektar, dan diperkirakan 147 juta hektar atau 76 persen merupakan
hutan dalam program penghutanan kembali dan rehabilitasi lahan, terdapat tidak
kurang dari 80 area watershed, dimana 36 buah diantaranya mendapat prioritas
BAB III.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan tempat.
Praktikum
dilaksanakan pada Hari Sabtu, 14-15 Oktober 2011 . Lokasi praktikum di ADC (Agriculture Development Center) Kuro
Tidur unit I . Kecamatan Padang Jaya. Kabupaten Bengkulu Utara.
B.
Bahan
dan Alat.
1. Ondol-ondol
2. Klinometer
3. Parang
4. Abneylevel
5. Kompas
6. Bambu
7. Cangkul
8. Bor
Tanah
9. Alat
Tulis
C.
Cara
Kerja
-
Pengamatan
bentuk Erosi dan faktor erosi
1.
Mendatangi lokasi
pengamatan terjadinya erosi di lahan miring .
2.
Mendengarkan penjelasan dari dosen pengampu tentang
bentuk dan faktor erosi
3.
Mengamati beberapa bentuk erosi selanjutnya .
4.
Dokumentasi pengambilan gambar dari bentuk erosi yang
terjadi pada beberapa lokasi terjadinya erosi.
-
Pengenalan
Alat pengukur kemiringan lereng
1.
Mendengarkan penjelasan tentang bentuk dan fungsi alat – alat yang digunakan yaitu ondo-ondol huruf A, klinometer, abneylevel,
kompas, dan juga bor tanah.
2.
Memperagakan cara
kerja dari masing-masing alat-alat tersebut.
BAB IV. PENGAMATAN
BENTUK-BENTUK EROSI
A.
Hasil
1.
EROSI PERCIKAN 2. EROSI ALUR
![]() |
EROSI PERCIKAN 2. EROSI ALUR

![]() |
3.
EROSI LEMBAR
B.
Pembahasan
Pada praktikum yang dilaksanakan tentang pengamatan bentuk erosi, bentuk –
bentuk erosi yang kami amati adalah erosi percik, erosi alur dan erosi lembar.
1. Erosi
percikan merupakan
suatu bentuk erosi dimana terlemparnya butir-butir tanah akibat terkena pukulan
butir-butir hujan secara langsung. Ada
tiga proses terjadinya erosi percikan :
1) pembasahan butir-butir agregat sehingga
gaya kohesi antar butir menurun,
2)
pelemparan partikel-partikel,
3)
pengendapan partikel-partikel tanah.
Erosi percikan dipengaruhi oleh kemiringan
lereng, besar ukuran butir hujan. Pada
tanah yang miring pelemparan butir tanah lebih jauh ke arah bawah lereng
daripada ke atas lereng.
2.
Erosi alur merupakan suatu bentuk eosi
yang terjadi karena terkonsentrasinya alir
an
air pada tempat-tempat teretentu pada permukaan tanah. Erosi alur terjadi jika air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat
tertentu di permukaan tanah,sehingga proses penggerusan banyak terjadi pada
tempat tersebut yang kemudian membentuk alur-alur. Alur-alur tersebut akan
hilang pada saat dilakukan pengolahan tanah atau penyiangan. Pada mulanya alur-alur terbentuk masih kecil kemudian
menjadi lebih besar kearah bawah lereng.
Erosi alur dapat terjadi akibat
penanaman tanaman berbaris menurut arah lereng atau bekas-bekas tempat
penarikan balok kayu Alur-alur yang terjadi akibat erosi alur masih tergolong
kecil dan mudah dihilangkan melalui pengolahan tanah.
3.
Erosi Lembar (sheet erosion). Erosi lembar merupakan pengangkutan
lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan
jatuh butir-butir hujan di permukaan tanah merupakan penyebab utama terjadi
erosi ini. Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan
tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang
seragam. Intensitas dan lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Oleh
karena itu, laju erosi permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan turbulensi
aliran. Ini juga terjadi pada tanah yang sudah diolah
tetapi masih gembur.
Bentuk – bentuk erosi lain yang tidak diamati dilapangan
adalah :
1.
Erosi aliran permukaan
Erosi aliran
permukaan merupakan erosi yang
terjadi pada lapisan permukaan tanah. Erosi ini dapat terjadi apabila massa tanah
telah melampaui titik jenuh dengan kata lain intensitas hujan melampaui
kapasitas infiltrasi. Aliran permukaan
umumnya jarang yang merata sehingga daya kikisnyapun juga tidak merata
disebabkan tidak seragamnya permukaan tanah dan hujan yang jatuh pada permukaan
tanah. Pada tanah yang benar-benar
seragam dan curah hujan merata kemungkinan daya kikisnya juga akan seragam,
maka bentuk erosi yang terjadi adalah erosi lembar (sheet
erosion). Apabila aliran permukaan tidak
seragam dan berbelok-belok yang disebut turbulensi. Aliran turbulensi mempunyai daya kikis yang
lebih kuat dibandingkan aliran permukaan yang merata. Terbentuknya alur-alur, kelokan-kelokan pada permukaan tanah membuktikan telah
terjadinya aliran turbulensi.
2.
Erosi aliran bawah permukaan
Erosi aliran bawah peremukaan adalah erosi
yang terjadi akibat adanya aliran air yang terpusat di terowongan-terowongan atau saluran-saluran
air yang ada di bawah permukaan tanah.
Memang masih sedikit pengetahuan tentang adanya erosi di bawah permukaan
tanah karena selama ini para ahli lebih terfokus perhatiannya pada erosi aliran
permukaan. Akan tetapi dapat dipahami
bahwa tanah merupakan kumpulan dari partikel-partikel primer dan agregat dan
terdiri dari berbagai ukuran dan tanah memiliki pori-pori mikro dan makro. Partikel-partikel tanah yang halus dan zat
hara sangat mungkin bergerak atau tercuci malalui gerakan air yang menuju ke lapisan bawah dan terus mengikuti
saluran-saluran atau terowongan-terowongan yang menuju kekaki-kaki lereng atau
langsung berhubungan dengan anak sungai.
Erosi aliran bawah permukaan tanah memang diakui bahwa
hancurnya agregat. dan jumlah tanah yang
terangkut sangat sedikit yaitu sekitar 1 % dari total tanah yang terangkut oleh
proses erosi, tetapi erosi bawah permukaan tidak boleh dianggap remeh, sebab
konsentrasi mineral-mineral yang terangkut melalui erosi ini dua kali lebih
besar dari pada yang terkandung dalam erosi aliran permukaan.
3.
Erosi selokan
Erosi selokan merupakan suatu bentuk erosi hampir sama
seperti erosi alur, tetapi alur-alur
yang terbentuk lebih dalam. Penelitian
menunjukkan bahwa terbentuknya alur selokan selain karena terkonsentrasinya
aliran air, tetapi dapat juga sebagai akibat runtuhnya terowongan-terowongan di
bawah permukaan tanah, cara lain akibat
longsor yang bentuknya memanjang.
Selokan yang baru terbentuk dengan
lebar 40 cm, dalam 25 cm, sedangkan yang telah berkemang memiliki kedalaman 30
cm dengan lebar lebih lebar daripada 40 cm.
Penampang selokan ada yang berbentuk huruf U dan V tergantung kepekaan
erosi tanah. Pada tanah yang peka
cenderung berbentuk seperti huruf U yang kurang peka seperti huruf V. Bentuk huruf
U lebih sukar ditanggulangi daripada bentuk huruf V.
4.
Erosi gerakan massa
Erosi gerakan
massa merupakan suatu bentuk erosi dimana proses perpindahan tanah terjadi
dalam
jumlah volume yang banyak dalam waktu singkat.
Ditinjau dari segi gerakannya ada 4 macam erosi gerakan massa, yaitu : rayapan (creep),
longsoran (land slide), runtuhan batuan (rock
fall), dan aliran lumpur (mud
flow). Longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya massa tanah di
atas lapisan kedap setelah jenuh air.
Longsor dapat terjadi
jikaterpenuhi persyaratan sebagai berikut.
1.
Adanya lereng yang cukup curam sehingga tanah mudah meluncur
ke arah bawah
2.
Adanya lapisan bawah
permukaan tanah agak kedap air yang berfungsi sebagai
bidang peluncur
3. Adanya
cukup air untuk penjenuh
lapisan kedap yang berfungsi sebagai pelumas
BAB V. FAKTOR-FAKTOR EROSI
Begitu besarnya bahaya erosi yang
pada akhirnya merugikan kehidupan manusia, oleh karena itu beberapa ahli
membagi faktor-faktor yang menjadi penyebab erosi dan berupaya untuk
menanggulanginya. Menurut (Rahim, 2000) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi erosi
adalah
1.
Energi, yang meliputi hujan, air
limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng,
2.
Ketahanan; erodibilitas tanah
(ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah), dan
3.
Proteksi, penutupan tanah baik oleh
vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya tindakan konservasi.
Morgan (1979) dalam Nasiah (2000)
menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari tanah,
kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah merupakan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah, adalah akibat interaksi
kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan
manusia terhadap tanah (Arsyad, 1989) yang dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut :
E = f ( i.r.v.t.m )
Dimana :
E = Erosi ; i = Iklim ; v = Vegetasi ; m = Manusia ; f = fungsi ; r =
Topografi ; t = Tanah
a. Iklim
Iklim merupakan faktor terpenting
dalam masalah erosi sehubungan dengan fungsinya. Sebagai agen pemecah dan
transpor. Faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan (Arsyad 1989). Banyaknya
curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan tehadap
tanah, jumlah dan kecepatan permukaaan serta besarnya kerusakan erosi. Angin
adalah faktor lain yang menentukan kecepatan jatuh butir hujan. Angin selain
sebagai agen transport dalam erosi di beberapa kawasan juga bersama-sama dengan
temperatur, kelambaban dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap
evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti
memperbesar kembali kapasitas infiltrasi tanah.
b. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah
dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai.
Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor
tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian (Asdak, 1995).
Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng
(Arsyad, 1989).
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada bagian atas.
c. Vegetasi
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada bagian atas.
c. Vegetasi
Vegetasi penutup tanah yang baik
seperti rumput yang tebal, atau hutan yang lebat akan menghilangkan pengaruh
hujan dan topografi terhadap erosi (Arsyad, 1989). Asdak (1995) mengemukakan
bahwa yang lebih berperan dalam menurunkan besarnya erosi adalah tumbuhan bahwa
karena ia merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar
kecilnya erosi percikan. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi
dibagi dalam lima bagian (Arsyad, 1989), yakni:
1. Sebagai intersepsi hujan oleh
tajuk tanaman.
2. Mengurangi kecepatan aliran
permukaan dan kekuatan perusak air.
3. Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang
berhubungan dengan pertumbuhan vegetasi dan pengaruhnya terhadap stabilitas
struktur dan porositas tanah.
4. Transpiransi yang mengakibatkan kandungan air tanah
berkurang sehingga meningkatkan kapasitas infiltrasi.
d. Tanah
Arsyad (1989), menerangkan bahwa
berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah (1) sifat-sifat tanah
yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas menahan air, dan (2)
sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi
dan pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan
organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah.
e. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya
laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia
banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan,
eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan
dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.
BAB VI. TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Secara garis besar teknik konservasi dapat dibagi dalam 2
kelompok, yaitu teknik konservasi vegetatif dan mekanik (sipil teknis). Untuk
mencapai hasil yang maksimum dalam mengendalikan erosi dan
aliran
permukaan, aplikasi dari kedua metode ini sebaiknya tidak dipisahkan (Dariah et
al., 2004, Santoso et al., 2004). Sebagai contoh, teras (bangku atau
gulud) yang tergolong tindakan mekanis, akan dapat
berfungsi
secara maksimal bila dilengkapi tanaman penguat teras.
a. Metode
Vegetatif
Konservasi tanah vegetatif merupakan semua tindakan
konservasi yang menggunakan tumbuh-tumbuhan (vegetasi), baik tanaman legum yang
menjalar, semak perdu atau pohon, maupun rumputrumputan dan tumbuh-tumbuhan
lainnya, serta sisa-sisa tanaman yang ditujukan untuk mengendalikan erosi dan
aliran permukaan. Manfaat lain dari metode konservasi vegetatif adalah dapat mendukung
sistem pengelolaan bahan organik, karena semua tindakan konservasi
vegetatif dapat berperan sebagai
penghasil bahan organik. Kalaupun tanamankonservasi digunakan sebagai pakan
ternak, tidak berarti mengubah fungsinya sebagai penghasil bahan organik bila
pupuk kandang dikembalikan ke lahan, bahkan perpanjangan rantai ini akan
memperbaiki kualitas bahan organik yang dihasilkan.
Beberapa contoh teknik konservasi yang tergolong sebagai
metode konservasi vegetatif adalah pemilihan dan pengaturan pola tanam,
penanaman tanaman penutup tanah, penggunaan tanaman/sisa tanaman sebagai mulsa,
sistem alley copping (budidaya lorong), strip rumput, dan wanatani (agroforestry).
Penanaman penutup tanah/pupuk hijau seperti Cayanus cayan (gude), Mucuna
sp. (benguk), kacang tunggak, atau komak sesudah tanaman pangan, merupakan
pengaturan pola tanam yang bisa berdampak 140
positif terhadap perbaikan kesuburan kimia dan biologi serta sifat fisik
tanah. Hijauan yang dihasilkan tanaman penutup atau tanaman konservasi lainnya
seperti tanaman pagar atau strip, serta sisa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai
mulsa, yang mana penggunaan mulsa mempunyai beberapa keuntungan (Undang Kurnia et
al., 2004; Rachman; 2004), yaitu (i) melindungi tanah dari pukulan air
hujan; (ii) mengurangi penguapan sehingga dapat mempertahankan kelembaban udara
dan suhu dalam tanah; (iii) menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi
aktivitas mikroorganisme tanah; (iv) setelah bahan mulsa melapuk, akan
meningkatkan bahan organik tanah; (v) memperlambat aliran permukaan yang
berdampak pada penurunan erosi. Namun demikian Sukmana (1995) menyatakan bahwa
dalam hal penanggulangan erosi, penggunaan mulsa harus dikombinasikan dengan
teknik konservasi yang lain. Budidaya lorong (alley cropping) dan strip
rumput) merupakan teknik konservasi vegetatif yang efektif dalam menekan erosi
dan aliran permukaan .
b. Metode
sipil teknis (Mekanik)
Semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap
tanah, dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan
dan erosi serta meningatkan kelas kemampuan tanah disebutsebagai metode
konservasi secara sipil teknis/mekanik. metode konservasi mekanik adalah
berbagai macam teras (bangku, gulud, kebun, individu), rorak, pembuatan
berbagai macam saluran pembuanganair, dan saluran drainase lainnya. Teras
bangku merupakan metode konservasi mekanik yang telah banyak diaplikasikan
petani di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.Metode ini sangat efektif untuk
mencegah erosi dan aliran permukaan.Kelemahannya tidak dapat diterapkan pada
semua kondisi lahan,
misalnya
pada tanah bersolum dangkal. Teknik konservasi ini juga tergolong mahal,
sehingga sulit diterapkan petani tanpa disertai subsidi dalam pembuatannya.
Jenis teras yang pembuatannya relatif murah adalah teras gulud, namun
efektivitasnya dalam menahan erosi tidak sebaik teras bangku, kecuali bila
diperkuat dengan tanaman konservasi. Penanaman tanaman konservasi, baik tanaman
legum pohon/semak atau rumput dengan mengikuti kontur, juga dapat membentuk
teras secara
bertahap,
dan dikenal sebagai teras kredit.
c. Olah
tanah Konservasi
Setiap upaya pengolahan tanah akan menyebabkan terjadinya
perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan
oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat
tanah akibat
pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka,
terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap dispersi
agregat, erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah (Pankhurst
and Lynch, 1993).
Beberapa cara pengolahan tanah yang memenuhi kriteria
sebagai OTK di antaranya adalah tanpa olah tanah (Zero tillage), olah
tanah seperlunya (reduced tillage), dan olah tanah strip (strip
tillage). Aplikasi dari ketiga jenis OTK tersebut harus selalu disertai
dengan penggunaan mulsa organik. Selain berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah
seperti kandungan bahan organik, struktur tanah (kegemburan dan porositas),
aplikasi OTK juga dapat menghemat tenaga kerja. Pengaruh positif dari sistem
olah tanah konservasi terhadap sifatsifat tanah, berdampak juga terhadap erosi
yang terjadi.
BAB VII. PENGUKURAN
KELERENGAN DAN BEDA TINGGI
A.
Hasil
Kemiringan lereng
(slope) merupakan suatu unsure topografi dan factor erosi. Kemiringan lereng
terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai tempat yang disebabkan oleh
gaya-gaya endogen dan eksogen yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan
letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi. Mengetahui besar
kemiringan lereng adalah penting untuk perencanaaan dan pelaksanaan berbagai
kebutuhan pembangunan, terutama dalam bidang konservasi tanah dan air antara
lain sebagai suatu factor yang mengendalikan erosi dan menentukan kelas
kemampuan lahan. Besar kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat (o) atau
persen (%). Untuk menentukan besar kemiringan lereng dapat diukur melalui
beberapa metode atau alat antara lain denganmetode : Alat tipe-A (ondol-ondol),
abney level, dan clino meter.
1.
Alat tipe A (ondol-ondol)

2.
Abney
level

3.
Clino meter

4.
Bor tanah

B.
Pembahasan
1.
Alat
tipe-A (Ondol –ondol)
Alat tipe-A yang biasa disebut ondol-ondol merupakan
suatu alat pengukur kelerengan sederhana. Alat ini terbuat dari dua potong
bambu atau kayu yang diikat longgar pada dua ujungnya sehingga mudaha digerakkan.
Dibagian tengah alat dipasang suatu kayu penyangga melintang sehingga bentuknya
persis seperti huruf A. Alat ini dilengkapi dengan beberpa lat tambahan seperti
benang gandulan sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemiringan lereng suatu
tempat.
Cara kerjanya : Pembuatan garis kontur dengan
ondol-ondol yaitu dengan menyiapkan ondol-ondol yang sudah dilengkapi dengan
bandul (pemberat). menentukan titik acuan yang akan dilintasi garis kontur
tertinggi, misal titik A. Tentukan titik B pada bagian lereng yang lebih rendah
sesuai dengan interval vertikal (IV) yang diinginkan. Ondol-ondol
diletakkan pada titik B sedangkan kaki lainnya digerakkan ke atas atau ke bawah
sedemikan rupa sehingga tali bandul persis pada titik tengah palang yang sudah
ditandai. Titik yang baru ini, misalnya titik B1, adalah titik yang sama tinggi
dengan titik B. Dari titik B1 tentukan titik B2 dengan cara yang sama sehingga
nantinya titik tersebut dengan patok kayu atau bambu pada masing-masing titik
yang telah diperoleh.
2.
Abney
level
Abney level
merupakan suatu alat pengukur kemiringan lereng, bentuknya seperti teropong,
panjang kurang lebih 15 cm, berat 150 g. alat ini terdiri atas beberapa bagian,
yaitu : bodi (logam), tabung kaca berisi air tidak penuhbila digerakkan akan
kelihatan gelembung air disebut nivo, skala kemiringan lereng, dan celah bidik.
Cara kerjanya adalah : Alat dipengang,
lubang pembidiknya diletakan di depan mata, berdiri di
titik awal . Ukur tinggi mata kita, sebagai tinggi alat. Bidikan ke
rambu ukur yang dipasang di titik berikutnya/titik yang akan dibidik, atur bacaan bidikan sama tingginga dengan
ketinggian alat. Kemudian Baca skala kemiringannya.
3. Clinometer
Dalam alat ini ada roda yang
berputar bebas dan mempunyai dua skala yang berbeda. Skala pada sebelah kanan
menunjukkan satuan pengukuran sudut vertikal dalam %, sedang sebelah kiri
mencantumkan satuan sudut dalam derajat. Sudut di atas bidang horizontal diberi
tanda + , sedang sudut dibawah bidang tersebut diberi tanda – . Pemberian tanda
ini merupakan hal penting yang seringkali dilupakan oleh para pengukur pemula.
Satuan sudut vertikal dalam %
menggambarkan perbandingan antara jarak vertikal (beda tinggi) dengan jarak
datar dalam persen. Contohnya kemiringan 24% berarti perbandingan antara jarak
vertikal dengan jarak datar adalah 0.24 . Kalau jarak datar diketahui 100 m,
maka beda tingginya 24 m. Sebagaimana derajat, semakin besar persen kemiringan suatu lereng maka semakin curam
lerengnya.Cara menggunakan clinometer adalah dengan dua mata terbuka. Satu mata
melihat ke lensa, sedang mata yang lain melihat ke obyek yang dibidik. Otak
kita akan menggabungkan skala pada lensa dengan obyek yang dibidik. Sebagai
mana pengukuran jarak, kemiringan harus diukur pada tinggi yang sama.
4.
Bor tanah . cara
menggunakannya adalah dengan menekan sedikit. Kemudian diputar bor nya searah
jarum jam. Jika sudah sedalam 10 cm,
angkat tanah nya. Alat ini berfungsi
sebagai mengambil sampel tanah.
BAB VIII.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Bentuk erosi dapat digolongkan atas 6 bentuk, seperti berikut :
a.
Erosi percikan (spalsh erosion)
b.
Erosi aliran permukaan (overland erosion)
c.
Erosi bawah aliran permukaan (subsurface flow erosion)
d.
Erosi alur (riil erosion)
e.
Erosi selokan (gully erosion)
f.
Erosi gerakan massa (mass movement erosion)
Kemampuan mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari
tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah
merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah, adalah akibat
interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan
(vegetasi), dan manusia terhadap tanah.
Konservasi
tanah dapat dilakukan dengan cara Metode Vegetatif (Konservasi tanah vegetatif merupakan semua tindakan konservasi yang menggunakan
tumbuh-tumbuhan),Metode sipil teknis (Mekanik), olah tanah konservasi.
Alat
yang digunakan untuk mengukur kemeiringan lereng adalah, ondol-ondol,
abney level, dan clino meter.
B.
Saran
Sebelum praktikum dilaksanakan , sebaiknya peserta sudah
tahu teori tentang materi yang dipraktikumkan
supaya tidak terjadi kebingungan sendiri pada praktikan. Demikian juga
dalam pengenalan alat praktikum ,
praktikan harus secara langsung
mempraktekkan alat yang digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. UGM Press. Yogyakarta.
http://samrumi.blogspot.com/2009/01/pengertian-dan-bentuk-bentuk-erosi.html,
diakses tanggal 26 oktober
2011
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/lahankering/berlereng1.pdf,
diakses tanggal 26 oktober
2011
http://link-geo.blogspot.com/2009/08/erosi-dampak-serta-upaya-mengurangi.html,
diakses tanggal 26 oktober 2011
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk
Prioritas Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II
Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Program Pasca sarjana, UGM. Yogyakarta.
Rahim, Sufli
Efendi. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan
Hidup. Bumi Aksara . Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar