LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIOLOGI
TANAMAN
ACARA 3
“Jaringan Pengangkutan Air”
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
Nama : Petrus
Simatupang
NIM : E1J009094
Co.ass :
Ruth melani
Fika syerena
Dosen : Catur H.
Purwanto
PROGRAM
STUDI AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2010
I.
TUJUAN
PRAKTIKUM
Tujuan :
Mengamati jaringan pengangkut air pada tanaman tingkat tinggi.
II.
BAHAN
DAN ALAT
Bahan praktikum:
·
Cabang tanaman Alamanda cathartica.
Alat praktikum :
·
Botol,
·
Pisau,
·
Vaselin,
·
Penutup botol,dan
·
Kapas.
III.
CARA KERJA
v Memilih
ujung-ujung cabang tanaman yang disediakan yang kira-kira sama besarnya. Cabang
ini dimasukkan kedalam botol sehingga pangkalnya 1 cm diatas dasar botol.
v Kulit
batang sepanjang kira-kira 3 cm dari pangkal batang dikupas, pengupasan
dilakukan didalam air.
v Sebagian
batang xylemnya ditutup dengan vaselin, phloemnya dibiarkan terbuka dan segera
dimasukkan kembali kedalam botol yang telah diisi dengan air suling.
v Sebagian
lainnya phloemnya ditutup dan xylemnya dibiarkan terbuka, segera dimasukkan
kembali kedalam botol yang telah diisi air suling.
v Pada
awal percobaan tinggi permukaan air didalam botol ditandai. Pada hari ke-4 dan
ke-10 mengamati tinggi permukaan air. Bila berkurang, menambahkan dengan air
suling mencapai batas semula.
IV.
TINJAUAN PUSTAKA
Gejala yang timbul akibat
interaksi antara permukaan padat dengan benda cair yang menyebabkan gangguan
terhadap bentuk permukaan cairan yang semula datar yaitu Kapilaritas. Hal ini disebabkan karena cairan ditarik oleh bagian
dalam dinding pipa oleh gaya adhesi. Pada abab ke-19 diyakini bahwa pergerakan
vertikal air dari akar kedaun adalah karena adanya peranan sel-sel khusus yang
berfungsi memompa akar keatas. Sel-sel ini diperkirakan berada pada setiap
interval jarak tertentu dan pada posisi yang berurutan secara suksesif ( Benyamin
Lakitan. 2004 ).
Proses penarikan air dari xilem
menyebabkan tegangan atau tekanan negatif berkembang dalam air dan ini
berpengaruh terhadap penurunan potensial air. Konsep dasar
mengenai teori kohesi yaitu bahwa penaikkan cairan dapat diterangkan dengan
aspek-aspek fisik saja, ditunjang oleh kenyataan bahwa perilaku-perilaku
tumbuhan hidup dapat disimulasi dengan suatu model yang tak hidup. Jika sebuah
potongan pucuk dihubungkan dengan sebuah tabung penuh air yang ujung bawahnay
dimasukkan kedalam air raksa dan tumbuhan tersebut bertranspirasi dengan laju
tinggi, maka air raksa tersebut akan ditarik keatas sampai ketinggian lebih
dari 77 cm. Jika sebuah pot yang sarang dan terisi air dijadikan pengganti
pucuk tumbuhan yang sedang bertranspirasi dalam alat tersebut, air raksa juga
akan tertarik keatas sebagai akibat evaporasi yang terjadi dari pot yang sarang
ke udara sekitarnya. Dengan demikian model yang tak hiduppun berperilaku
seperti apa yang dirumuskan oleh teori kohesi ( Loveless. 2002 ).
Dwidjoseputro (1989), menyatakan bahwa transpirasi
mempunyai arti penting bagi tanaman. Transpirasi pada dasarnya suatu penguapan
air yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi jiga
bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar matahari, kenaikan temperatur
yang diterima tanaman digunakan untuk penguapan air.Transpirasi dibedakan
menjadi tiga macam berdasarkan tempatnya, yaitu transpirasi kutikula,
transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang
melalui transpirasi stomata. (Heddy,1990).
Pada kondisi tanah
tanah kering dan/atau kelembaban udara rendah, yakni pada saat laju transpirasi
tinggi. Fenomena tekanan akar tidak terlihat. Hal ini disebabkan karena air
didalam pembuluh xilemnya tidak dalam keadaan menerima tekanan, tetapi
sebaliknay sedang mengalami tarikan (tension). Selain itu beberapa jenis
tanaman, termasuk jenis-jenis pohon berdaun jarumgejala tekanan akat tidak
terjadi pada kondisi tanah dan lingkungan yang bagaimanapun. Jadi dapat disimpulkan,
bahwa tekanan air adalah relatif rendah dan tidak terjadi pada semua spesies
tanaman dan juga hanya terjadi pada kondisi lingkungan yang menghambat laju
transpirasi. Dengan demikian tekanan akar merupakan mekanisme yang andal untuk
menjelaskan pergerakan vertikal air didalam pembuluh xilem.(Salibury.2001).
V. HASIL PENGAMATAN
Perlakuan
|
Rata-rata air diserap hari ke
|
Catatan Morfologi
|
||
4
|
9
|
|||
Xylem ditutup
|
Daun bagian bawah
menguning, diatas tetap tegak, batang tetap tegak tetapi tampak tanaman mulai
layu.
|
Sebagian daun
gugur dan tanaman layu,
batang mulai rebah.
|
||
Floem ditutup
|
Daun kuning pucat dan batang tetap
tegak.
|
Daun bagian bawah
sudah menguning dan batang tetap tegak/tumbuh.
|
||
Kontrol
|
Tanaman kurang segar
|
Tanaman kurang segar.
|
V.
PEMBAHASAN
Dari hasil
percobaan yang dilakukan kelompok
3 pada ketiga perlakuan yakni
xylem ditutup, floem ditutup, dan Kontrol mengamati ke tiga cabang Alamanda
cathartica mulai pada hari ke –IV sampai pada hari ke-X namun pada laporan
hanya memakai hasil pengamatan pada hari ke-IX dan ke –X ,yang mengamatin seberapa
banyak air yang
terserap cabang
tanaman Alamanda cathartica dari dalam botol pada hari ke-9 dan ke-10. Dan diperoleh pada
hari ke-9 air yang
paling banyak terserap oleh tanaman dengan perlakuan kontrol dibandingkan
dengan perlakuan xylem ditutup dan floem ditutup. Hal ini disebabkan karena
pada perlakuan kontrol air dalam botol tersebut diangkut oleh xylem dan
floemnya. Sehingga tanaman masih tumbuh segar dan daunnya tetap hijau. Tetapi
pada perlakuan xylem ditutup airnya sedikit diserap karena floem tidak dapat
menggantikan xylem tetapi xylem melalui pori-pori vaselin dapat ditembusnya
maka air masih dapat diserap, serta dibantu adanya transpirasi walaupun lajunya
sedikit. Sehingga pada hari ke-4 daunnya sudah mulai menguning dan tanaman
mulai layu. Sedangkan pada perlakuan floem ditutup air dalam botol tersebut
tidak diangkut floem tetapi xylem yang mengangkutnya dari bawah keatas (daun)
yang kemudian terjadi laju transpirasi hanya sedikit yang mengakibatkan daun
pada bagian bawah mulai menguning tapi batang tetap tegak. Dengan adanya
berbagai perlakuan dalam pengangkutan air maka pada tanaman nampak
gejala-gejala yang ditimbulkannya. Pada kontrol air yang diserap tanaman banyak
karena floem dan xylemnnya tidak ditutup. Sedangkan pada floem yang ditutup air
yang diserap tanaman lebih banyak dari pada xylem yang ditutup. Pada cara
pengangkutan air ini dibantu dengan adanya laju transpirasi walaupun sedikit
yang menyebabkan tanaman tetap tegak,dan daun sedikit yang gugur, namun tidak dapat lagi
menghasilkan bunga.
VI.
KESIMPULAN
Dari hasil
praktikum dan percobaan jaringan
pengangkut air yang telah dilakukan maka dapat
menyimpulkan bahwa :
- Pada perlakuan Kontrol tanaman cenderung masih lebih baik dalam meyerap air hal ini dikarnakan jaringan xylem dan floemnya tidak ditutup dengan Vaselin.
- Jaringan floem berfungsi sebagai pengangkut hasil fotosintesis pada tanaman tingkat tinggi.
- Jaringan xylem berfungsi sebagai pengangkut air dan zat lain yang dibutuhkan pada tanaman tingkat tinggi.
- Pada cabang tanaman Alamanda cathartica yang perlakuannya xylem ditutup menghasilkan daun cepat rontok/gugur.
SARAN
Setiap
praktikan seharusnya tepat waktu dan tertib.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Lakitan Benyamin.
2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Anonim. 2010. Penuntun
Praktikum Fisiologi Tanaman. Bengkulu : Laboratorium Agronomi
UNIB.
Loveless, AR. 2002. Prinsip-Prinsip
Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta : PT. Gramedia.
Salibury. B, dan Cleon W. 2001. Ross. Fisiologi
Tumbuhan. Bandung : ITB.
Heddy, S.1990.
Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar