Minggu, 29 Desember 2013

LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN “PENGENALAN JENIS TANAH DILAPANGAN”



LAPORAN PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
PENGENALAN JENIS TANAH DILAPANGAN


 
 







OLEH :
PETRUS SIMATUPANG
E1J009094


PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012






I.                  PENDAHULUAN

  1. Landasan Teori
Ekosistem tanah merupakan bagian ekosistem pertanian yang sangat penting bagi kehidupan ( manusia, tanaman, hewan dan termasuk jasad renik tanah ). Ekosistem tanah dibagi kedalam tiga bagian utama, yaitu ekosistem hutan, pertanian, dan ekosistem tanah terdegradasi.(Penuntun pratikum kesehatan dan kesuburan tanah, 2009)
Jenis tanah dapat dipilahkan menjadi tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi, atau tanah yang marginal. Tanah yang subur artinya tanah yang mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan tanaman atau hewan (mikro maupun makro) secara optimal dengan kecukupan unsur hara dan air bagi organisme tersebut. Tanah yang tidak subur seperti tanah padang pasir atau tanah berbatu artinya kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, atau hewan tidak optimal, sedangkan tanah yang terdegradasi atau tanah yang marginal artinya tanah yang mengalami erosi maupun abrasi (termasuk tanah yang terkena gempa, tsunami atau lumpur panas) kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman maupun hewan secara optimal.
Tanah yang umum digunakan sebagai lahan usaha pertanian sebagian besar merupakan tanah mineral.  Menurut para ahli ilmu tanah pertanian, tanah mineral yang optimum untuk digunakan sebagai lahan usaha pertanian adalah tanah yang mempunyai susunan sebagai berikut :
Kandungan bahan mineral  45%
Kandungan bahan organik  5%
Kandungan air  25%
Kandungan udara  25%
  1. Tujuan praktikum
Tujuan praktikum ini untuk mengenalkan kepada mahasiswa morfologi dan fisik tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi, maupun tanah yang marginal serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya jenis tanah tersebut.



II.               TINJAUAN PUSTAKA

Kalau kita perhatikan hutan-hutan yang masih asli yang belum terjamah oleh kegiatan manusia, biasanya dipenuhi oleh berbagai pepohonan yang tumbuh dengan kokoh dan subur.  Padahal kita sepakat bahwa setiap mahluk hidup untuk dapat tumbuh dengan baik memerlukan lingkungan yang cocok dan makanan yang cukup. Dari manakah pepohonan tersebut mendapat makanan yang cukup? Apakah manusia melakukan pemupukan terhadap peohonan yang tumbuh di hutan-hutan?  Sudah Pasti hal itu tidak pernah dilakukan.( Dasar-dasar ilmu tanah, 1986)
Jauh sebelum manusia dapat membuat pupuk buatan atau sering disebut dengan pupuk anorganik atau pupuk kimia, pepohonan di hutan sudah dapat tumbuh dengan baik. Dalam hutan asli seperti itu telah terjadi siklus makanan secara tertutup dan selalu terjadi keseimbangan, pertama unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pepohonan di hutan  adalah sebagian disuplai dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil pelapukan dari batuan induk menjadi bahan induk dan akhirnya menjadi bahan mineral yang kaya akan unsur hara tergantung dari jenis batuan induk asalnya. Sebagian lagi disupplai dari udara dan air hujan yang juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. (pengelolahan kesuburan dan kesehatan tanah,1994)
Setelah pepohonan itu tumbuh dewasa, dimana ada bagian-bagian pepohonan seperti daun yang menjadi tua dan kering, batang dan ranting yang patah atau pun buah-buah yang menjadi matang jatuh ke tanah atau pun dimakan oleh hewan-hewan yang ada di hutan yang kemudian kotoran hewan tersebut akan jatuh ke tanah dan semuanya akan mengalami pelapukan yang akhirnya akan menjadi bahan organik yang dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selanjutnya.  Daun, batang, ranting bahkan buah atau pun bangkai-bangkai hewan  yang ada di hutan kemudian melapuk dalam tanah, sering  kita sebut sebagai humus yang kaya akan unsur hara alami.( Konversi sumber daya tanah dan air, 1987)
 Ekosistem hutan dicirikan dengan lantai hutan yang mengandung bahan organik berasal dari reruntuhan daun, ranting, dan cabang pohon. Dedaunan di kanopi membuat lapisan dasar dari hutan hujan umumnya gelap dan lembab. Bagaimanapun, terlepas dari bayang-bayang konstanya, permukaan tanah dari hutan hujan adalah bagian yang penting dari ekosistem hutan.
Lantai hutan adalah dimana terjadinya pembusukan (decomposation). Dekomposasi atau pembusukan adalah proses ketika makhluk-makhluk pembusuk seperti jamur dan mikro organism mengurai tumbuhan dan hewan yang mati dan mendaur ulang material-material serta nutrisi-nutrisi yang berguna.( Dasar-dasar ilmu tanah, 1997)
Ekosistem pertaniian dicirikan dengan bahan organik yang berasal dari budidaya tanaman yang terdapat diatas permukaan tanah, biasanya bahan organik yang dikandungnya lebih tipis dan masih mentah atau setengah matang. Karakter tanah pertanian berbeda dengan  tanah untuk perumahan maupun bangunan.  Tanah pertanian pemanfaatannya untuk pertanian, perkebunan, perikanan, tempat penggembalaan ternak (tanah angonan), tanah belukar bekas ladang dan hutan yang menjadi tempat pencaharian bagi yang berhak. Lebih lanjut tanah pertanian dibedakan menjadi tanah sawah dan tanah kering/ darat.
Ekosistem tanah yang terdegradasi telah rusak karena erosi tanah. Biasanya dicirikan oleh tanah bawah permukaan yang berwarna merah, kuning, dan sangat tipis bahan organik yang dikandungnya bahkan tidak mengandung bahan organik.(Sifat dan ciri tanah, 1997)




III.           METODELOGI

  1. Bahan dan Alat
-          Alat
Seperangkat alat survei tanah : bor tanah, pisau, kompas, soil testkit (pH, salinitas, redoks potensial, tekstur tanah, penetrometer, kerapatan jenis tanah, kadar air), buku warna tanah, dan lembaran pengamatan (sheet).
-          Bahan yang digunakan
1.      Air bebas ion
2.      KCl 1 N, dan 0.01 N
3.      Hidroquinon
4.      Buffer pH 4 dan pH 7
5.      H2O2 30% dan 10%
6.      Bahan kimia lain (soil testkit)
7.      pH stik 5 warna skala 0 sd 14

  1. Cara Kerja
1.      Mahasiswa dibawa ke lapangan (lahan tanah sawah, lahan tanah gundul, dan lahan tanah hutan).
2.      Masing-masing mahasiswa mengamati jenis tanah sawah, tanah gundul, dan tanah hutan dengan mencatat warna tanah, tekstur tanah, kekerasan tanah, kerapatan tanah (BV), kemiringan lahan, dan kesuburan tanahnya di lembar pengamatan.
3.      Masing-masing contoh tanah diambil kira-kira 1 kg untuk diamati pH tanah, redoks potensial (Eh) tanah, dan kadar  C-total, N-total, Fosfor (P), Kalium (K) tanah,  dan jumlah  seresah tanaman per M2 di permukaan tanah/lantai hutan.Semua hasil pengamatan dicatat di lembar pengamatan.
4.      Data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dimintakan pengesahan kepada dosen pengasuh atau Co Assisten yang hadir.

                                                                                                                                   

IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Pengamatan
-          Tanah Terdegradasi
           
Lapisan tanah
PH
Warna
Top Soil
5,5
2,5 Yr 5/8 Creab
Sub Soil
4,5
10    r 8/2 Verry pall Brown

-          Tanah Hutan
           
Lapisan tanah
PH
Warna
Top Soil
5,,5
7,5 Yr 2,5/3 Verry drack brown
Sub Soil
5
7,5 Yr 7/6 Reddish Yellow

-          Tanah Sawah

Lapisan tanah
PH
Warna
Top Soil
5,,5
7,5 Yr 2,5/3 5 Yr 4/4 Creddish browan
Sub Soil

5 Yr 6/4 Light Reddish Brown

  1. Pembahasan

Pada pratikum pengenalan ekosistem tanah ini yaitu mengenalkan sebuah pendekatan prakiraan kesuburan dan kesehatan tanah pada beberapa jenis penggunaan lahan, seperti hutan, perkebunan, tanaman semusim, dan tanah terdegradasi, sehingga mahasiswa dapat mempunyai apresiasi kesuburan dan kesehatan tanah pada beberapa ekosistem tanah yang berbeda.
Pada pembahasan ini yang akan dibahas yaitu:
  1. Tanah hutan
Tanah hutan ini mengandung bahan organik yang berasal dari dedaunan, ranting, dan cabang pohon. Tanah hutan ini mempunyai lantai hutan berkisar antara 2cm, lantai tanah ini sangat subur.
Kalau kita perhatikan hutan-hutan yang masih asli yang belum terjamah oleh kegiatan manusia, biasanya dipenuhi oleh berbagai pepohonan yang tumbuh dengan kokoh dan subur.  Padahal kita sepakat bahwa setiap mahluk hidup untuk dapat tumbuh dengan baik memerlukan lingkungan yang cocok dan makanan yang cukup. Dari manakah pepohonan tersebut mendapat makanan yang cukup? Apakah manusia melakukan pemupukan terhadap peohonan yang tumbuh di hutan-hutan?  Sudah Pasti hal itu tidak pernah dilakukan.
            Jauh sebelum manusia dapat membuat pupuk buatan atau sering disebut dengan pupuk anorganik atau pupuk kimia, pepohonan di hutan sudah dapat tumbuh dengan baik.
Dalam hutan asli seperti itu telah terjadi siklus makanan secara tertutup dan selalu terjadi keseimbangan, pertama unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pepohonan di hutan  adalah sebagian disuplai dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil pelapukan dari batuan induk menjadi bahan induk dan akhirnya menjadi bahan mineral yang kaya akan unsur hara tergantung dari jenis batuan induk asalnya
 Sebagian lagi disupplai dari udara dan air hujan yang juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.  Setelah pepohonan itu tumbuh dewasa, dimana ada bagian-bagian pepohonan seperti daun yang menjadi tua dan kering, batang dan ranting yang patah atau pun buah-buah yang menjadi matang jatuh ke tanah atau pun dimakan oleh hewan-hewan yang ada di hutan yang kemudian kotoran hewan tersebut akan jatuh ke tanah dan semuanya akan mengalami pelapukan yang akhirnya akan menjadi bahan organik yang dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selanjutnya. 
Daun, batang, ranting bahkan buah atau pun bangkai-bangkai hewan  yang ada di hutan kemudian melapuk dalam tanah, sering  kita sebut sebagai humus yang kaya akan unsur hara alami.

  1. tanah pertanian
Lahan pertanian kita terus terancam oleh degradasi dari segala arah, yang jauh dari kemampuan petani untuk menangkalnya. Dampak dari konversi lahan sangat luar biasa, yaitu menyebabkan penurunan produksi pertanian nasional, dan hilangnya potensi pertanian dari lahan yang terkonversi tersebut.
Karakter tanah pertanian berbeda dengan  tanah untuk perumahan maupun bangunan.  Tanah pertanian pemanfaatannya untuk pertanian, perkebunan, perikanan, tempat penggembalaan ternak (tanah angonan), tanah belukar bekas ladang dan hutan yang menjadi tempat pencaharian bagi yang berhak.
Kekhususan tanah subur pertanian ini seharusnya membutuhkan peraturan khusus mengenai peralihannya yang mensyaratkan secara khusus pula, baik subyek, obyek dan sistem pengusahaannya untuk dapat menjamin keberlanjutannya. Perbuatan-perbuatan hukum peralihan tersebut dapat berupa waris usaha tanah pertanian, jual-beli, sewa tanah pertanian,dll. 
3.      Tanah terdegradasi
Tanah terdegradasi sering terjadi karena beberapa faktor diantaranya:
         Faktor alami
      Areal berlereng curam, tanah mudah rusak,erosi,kebakaran hutan,curah hujan intensif.
         Faktor Manusia
Perubahan populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, deforetasi, dan pengembangan pertanian yang tidak tepat.

         Kebakaran hutan disebabkan oleh :
- Kecerobohan manusia seperti membuang rokok di hutan & lupa          mematikan api unggun
- Suhu yang naik terus menerus
- Lava gunung berapi
- Membuka lahan perumahan dengan cara  membakar area hutan

      Kebakaran huatan      
Sistem ini pada beberapa daerah marjinal dan tekanan populasi terhadap lahan cukup tinggi, kebutuhan ekonomi makin meningkat mengakibatkan masa bera makin singkat sangat merusak dan menyebabkan degradasi tanah dan lingkungan menyatakan kondisi tanah menentukan lamanya masa bera.



















V.              PENUTUP

-          pH tanah merupakan sifat tanah yang sangat penting karena sampai batas tertentu pH tanah menjadi penentu/pengendali sifat-sifat tanah dan berpengaruh terhadap prilaku komponen-komponen tanah yang lain, termasuk ketersediaan unsur-unsur hara bagi tanaman dan aktivitas jasad renik di dalam tanah.
-          Faktor degradasi tanah dapat terjadi secara alami dan dipercepat akibat aktivitas manusia seperti deforestasi, perladangan berpindah, kebakaran hutan, tambang.
-          Hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tanah terdegradasi adalah dengan penambahan bahan organik


DAFTAR PUSTAKA



Anonim. 2012 Penuntun Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan . Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.
Indranada, H, K.   1994.  Pengelolaan Kesuburan Tanah.  Bumi Aksara. Jakarta.
Rosmarkam, A. Dan Nasih W.Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisus: Yogyakarta.
Seto Kusuma Ananto. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Jakarta : Kalam Mulia..
Suhardi. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Laboratorium Ilmu Tanah Faperta UNIB. Bengkulu
Titiek, Klami, dkk. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman . Ikip semarang Press: Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar