LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN
KULTUR JARINGAN TANAMAN ANGGUR

NAMA :
PETRUS SIMATUPANG
NPM :
E1J009094
CO.ASS : RUTH SIREGAR
PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
I.
PENDAHULUAN
a.
Dasar Teori
Tanaman anggur dapat tumbuh
baik di daerah dataran rendah, terutama di tepi-tepi pantai, dengan musim
kemarau panjang berkisar 4-7 bulan. Angin yang terlalu kencang kurang baik bagi
anggur. Curah hujan rata-rata 800 mm per tahun. Dan keadaan hujan yang terus
menerus dapat merusak premordia/ bakal perbungaan yaitu tengah berlangsung
serta dapat menimbulkan serangan hama
dan penyakit. Sebaiknya sinar matahari yang banyak/udara kering sangat baik
bagi pertumbuhan vegetatif dan pembuahannya. Suhu rata-rata maksimal siang hari 31 derajat C dan suhu rata-rata
minimal malam hari 23 derajat C
dengan kelembaban udara 75-80 %.
Dalam
dunia perangguran dikenal 2 golongan angur, yaitu buah yang tidak dapat dimakan
dan dapat dimakan. Golongan yang pertama biasanya untuk bahan baku obat-obatan,
sedangkan golongan yang kedua selain senagai buah meja juga untuk minuman. Yang
termasuk vitis vinifera dan vitis labrusca.
Varietas
vitis vinifera anatara lain adalah
anggur bali Gros Colman, Probolinggo Biru dan Putih, Situbondo Kuning, Alphonso
Lavalle dan Golden Champion. Sedang varietas vitis labrusca di antranya adalah Isabella, Brilliant, Delaware ,
Carman, Beacon.
Keragaman
genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk merakit varietas
unggul baru. Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan dengan memanfaatkan
plasma nutfah yang tersedia di alam dan dapat pula dengan melakukan
persilangan. Sifat-sifat tertentu sering tidak ditemukan pada sumber gen yang ada sehingga teknologi lainnya perlu
diterapkan. Salah satu teknologi pilihan yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan keragaman genetik tanaman adalah melalui teknologi kultur in
vitro. Kultur in vitro biasanya merupakan sumber terkaya dalam
memproduksi variasi genetik.
Dalam
beberapa publikasi penggunaan regeneran dinamakan sesuai dengan asal regenerasi
tanaman baru tersebut. Misalnya tanaman yang berasal dari kalus disebut calliclones
(Skirvin dan Janik 1976), sedang tanaman yang berasal dari protoplas disebut protoclones
(Shepard et al. 1980). Larkin dan Scowcroft (1981) menghasilkan
berbagai variasi somaklonal yang tersebar secara luas dan disebutkan bahwa
tanaman yang berasal dari berbagai bentuk kultur sel disebut somaclones dan
variasi genetik yang terjadi termasuk variasi/keragaman soma klonal. Salah satu
metode keragaman somaklonal yang banyak dimanfaatkan adalah seleksi in
vitro. Dengan memanfaatkan metode
ini diharapkan dapat memcipatakan budidaya anggur yang efektif dan efisien.
b.
Tujuan Praktikum
Mengetahui
cara kultur pada tanaman anggur dan untuk memproduksi PLB (protocorm Like
Body).
II.
BAHAN DAN ALAT
Bahan
yang digunakan pada kegiatan ini adalah ekplan anggur berupa fotocorn like
body, alcohol aquades steril dan spritus, media MS, penambahan pisang ambon 1
bh/L, CAP 1 ppm, air kelapa muda 150 ml/L, arang aktif 2 gr/L, gula 30 gr/L,
agar 7 gr/L dan pH 6,0.
Sedangkan
alat yang dipakai antara lain : petridish, LAC, handsprayer, peralatan tanam
(pinset, gunting, scapel + mata scapel), botol kultur, aluminium foil dan ruang
kultur (rak kultur, thermometer, dan AC).
III.
CARA KERJA
Untuk mengkulturkan
anggur maka langkah-langkah yang kami kerjakan adalah sebagai berikut:
Ø Pembuatan Media Tanam dan Sterilisasinya.
1.
Pembuatan Media MS padat dengan
penambahan NAA dan BAP sesuai dengan perlakuan. Cara pembuatan sesuai dengan
cara pembuatan media tanam.
2.
Media tanam harus disterilisasi
dan diinkubasi selama 1 minggu.
Ø Sterilisasi dan Penanaman Bahan Tanam.
1.
Mempersiapkan bahan tanam
(ekplan) yang diambil dari fotocorn like body.
2.
Mempersiapkan bahan tanam
dengan aquades steril dan alcohol.
3.
Mempersiapkan media (Media MS1).
4.
Mempersiapkan peralatan tanam
dan mensterilkan alat-alat tersebut dengan menggunakan alcohol dan membakar
pada lampu spiritus.
5.
Melakukan penanaman dalam media
kultur MS1. setiap botol ditanam dengan satu eksplan anggur
6.
Menutup botol kultur dengan
menggunakan aluminiun foil secara rapat supaya botol kultur tetap steril.
7.
Melakukan kegiatan 1 – 6 di
dalam LAC yang telah disemprot alcohol.
8.
Menyimpan botol kultur yang
sudah ditanam pada rak dalam raung kultur.
Ø Pengamatan.
1.
Pengamatan dilakukan setiap
hari untuk saat tumbuh kalus dan PLB, pengamatan mingguan terhadap diameter
kalus, jumlah PLB, tunas akar dan jumlah daun.
2.
Pengamatan Visual terhadap
warna kalus dan PLB.
IV.
HASIL PENGAMATAN
Minggu ke
|
Tanggal
|
Keterangan
|
I
|
|
·
Bahan tanam hidup
·
Sudah keluar akar 2 helai
·
Akar berwarna keputihan
·
Biji tetap berwarna coklat
kehitaman
|
II
|
|
·
Masih hidup
·
Akar 3 helai
·
Akar berwarna putih
·
Biji tetap berwarna coklat
kehitaman
|
III
|
|
·
Tanaman mati
·
Terserang jamur
·
Bahan tanam berubah warna
menjadi coklat
|
V.
PEMBAHASAN
Perbanyakan
tanaman anggur dengn teknik kultur jaringan kali ini dilakukan dengan
menggunakan bahan tanam berupa biji dari tanaman anggur secara langsung. Eksplan
berupa biji ini diperoleh langsung setelah buah anggur dimanfaatkan untuk
dikonsumsi, biji lalu dikumpulkan pada satu wadah dan direndam dalam bayclean kemudian
distirrer selama lebih kurang 20-30 menit. Kemudian dilakukan penanaman pada
botol kultur di dalam LAC dalam kondisi aseptik sesuai dengan anjuran.
Pengamatan
dilakukan setiap minggu samapi minggu ke tiga. Pada minggu pertama diindikasikan
bahwa penanaman eksplan berhasil dilakukan. Hal ini ditandai dengan hidupnya eksplan
anggur di dalam media. Akar pertama telah muncul dari biji sebanyak 2 helai.
Akar ini sangat berfungsi dalam menyerap unsur hara dari media yang ada untuk
perkembangan dan pertumbuhan tanaman anggur selanjutnya.
Pada
minggu ke dua, diharapkan telah muncul tunas dari biji eksplan anggur. Hal ini
disebabkan karena pada tanaman lain telah muncul tunas tanaman muda pada minggu
ke dua ini. Akan tetapi pada pengamatan ternyata belum muncul tunas yang
diharapkan. Pertumbuhan tanaman hanya ditandai dengan bertambahnya satu helai
akar sehingga berjumlah 3 helai. Seharusnya turut pula ditandai dengan
kemunculan tunas. Hal ini diduga karena biji anggur memiliki lapisan biji yang tebal
sehingga sulit ditembus oleh kemunculan tunas baru. Terlebih lagi jika biji
ternyata masih dalam keadaan dormansi. Hal ini akan sangat mempengaruhi
pertumbuhan eksplan di dalam media kultur.
Sebagai
langkah pemecahannya, sebelum disterilisasi seharusnya bahan tanam (biji)
dipecahkan dulu masa dormansinya. Misalnya dengan jalan direndam dalam larutan
kimia semacam HCl, kemudian setelah itu baru dilakukan sterilisasi dan
distirrer untuk kemudian ditanam dalam botol kultur. Dengan cara ini
kemungkinan masalah keterlambatan dalam pemunculan tunas dapat dihindari atau
minimal diperkecil kemungkinan kegagalannya.
Pada
minggu ketiga pengamatan, eksplan biji anggur mengalami kontaminasi, sehingga
tanaman mati. Kontaminasi terjadi karena eksplan anggur terserang jamur yang
berwarna coklat. Jamur ini menutupi seluruh permukaan biji anggur termasuk akar
dari anggur. Kontaminasi disebabkan karena kelembaban yang kurang mendukung.
Selama 2 minggu listrik padam terjadi pada Laboratorium Agronomi termasuk pada
Ruangan Kultur Jaringan. Dengan demikian lingkungan tidak lagi cocok untuk
pertumbuhan eksplan, sebaliknya cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur
dan patogen. Masuknya patogen atau jamur ini kemungkinan juga disebabkan kerena
cara sterilisasi yang kurang tepat. Sehingga kemungkinan masih ada
kotoran-kotoran yang melekat pada eksplan, media, atau bahkan peralatan kultur.
VI.
KESIMPULAN
1.
Perbanyakan tanaman anggur
dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan melalui eksplan berupa biji.
2.
Pertumbuhan eksplan dari biji
ini tergolong sulit karena beberapa faktor penghambat, seperti tingkat
kesterilan, serta faktor dormansi.
3.
Jika biji masih dalam kondisi
yang dorman, maka akan sulit berkembang membentuk tunas tanaman baru.
4.
Lendir yang ada pada biji
anggur harus dihilangkan sedapat mungkin untuk menghindari melekatnya
kotoran-kotoran sehingga tidak terbawa masuk ke dalam LAC.
5.
Kontaminasi pada eksplan anggur
dapat terjadi karena cara sterilisasi yang belum tepat, peralatan yang kurang
aseptik, dan lingkungan ruang kultur yang kurang terjaga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. 2000. Anggur. http://www.ristek.go.id. 22
Desember 2008.
Maharijaya,
Awang. 2008. Beberapa kemajuan penerapan bidang bioteknologi pada tanaman. http://awangmaharijaya.wordpress.com/2008/02/28/kemajuan-penerapan-bidang-bioteknologi-pada-tanaman/.
22 Desember 2008.
Marlin,
Usman. K.J.S, dan Atra Romeida. 2008. Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan
Tanaman. Bengkulu, UNIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar