LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK KULTUR JARINGAN
“STERILISASI RUANG, ALAT,
DAN MEDIA KULTUR IN VITRO”
OLEH :
NAMA : PETRUS SIMATUPANG
NPM : E1J009094
CO.ASS : RUTH SIREGAR
PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Dasar Teori
Umumnya penggunaan operasional di lab perbanyakan tanaman
dengan kultur jaringan dapat dipelajari dengan mudah. Hal yang paling perlu
diperhatikan adalah akurasi, kebersihan dan keamanan saat bekerja dengan teknik
kultur jaringan. Penimbangan Pada saat pembuatan media, semua bahan yang
ditimbang harus dilakukan dengan hati-hati meskipun untuk pembuatan media dalam
skala komersial. Setiap penggunaan timbangan atau alat-alat lain harus
memperhatikan instruksi dari pabrikannya.
Jenis timbangan yang sering digunakan di lab antara lain
top-loading balance dan analytical balance yang memungkinkan akurasi
penimbangan hingga skala milligram. Beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan agar diperoleh penimbangan yang akurat adalah (i) timbangan harus
ditempatkan pada tempat yang keras, stabil, permukaannya rata yang bebas
getaran dan kebocoran, (ii) daerah sekitar penimbangan harus terjaga
kebersihannya, (iii) yang terpenting lagi, penimbangan jangan sampai pernah
overload, (iv) penimbangan disarankan menggunakan wadah atau alas yang ringan
atau kertas daripada menempatkan bahan yang ditimbang secara langsung di atas
piring timbangan.
Pengukuran cairan/larutan Peralatan gelas yang mempunyai
ukuran seperti gelas piala, erlenmeyer dan pipet diperlukan untuk pembuatan
media. Gelas ukur kapasitas 10, 25, 100 dan 1000 ml banyak digunakan untuk
mengukur volume, tetapi pengukuran yang lebih akurat diperlukan labu ukur dan
pipet. Pengukuran larutan dengan menggunakan pipet dan labu ukur hanya akan
akurat apabila bagian dasar dari cekungan antara air dan udara berada tepat
pada tanda pengukuran. Penggunaan pipet harus dibantu dengan alat penghisap
larutan (pipetor). Jangan pernah menggunakan mulut untuk memipet. Jenis-jenis
pipetor yang umum digunakan antara lain (i) tipe bola penghisap yang dilengkapi
dengan beberapa katup pengontrol, (ii) pipet penghisap yang dioperasikan
menggunakan roda kecil pada bagian atas alat penghisap, (iii) alat penghisap
dengan bantuan pompa udara secara elektrik. Cairan dihisap kedalam pipet dengan
menekan tombol bagian atas dan melepaskan cairan dengan menekan tombol bagian
bawah, (iv) pipet mikro, biasanya untuk pengambilan larutan dengan volume yang
sangat kecil (mikro liter).
Membersihkan peralatan gelas Metoda konvensional pencucian
peralatan gelas dilakukan dengan merendam gelas dalam larutan asam kromat yang
diikuti pembilasan dengan air kran dan air destilasi. Karena asam kromat dapat
menyebabkan korosif, maka cara ini banyak ditinggalkan kecuali untuk peralatan
gelas yang terkontaminasi tinggi. Pencucian yang lebih aman adalah dengan air
panas (>70oC) + sabun, diikuti dengan pembilasan dengan air panas dan air
destilasi. Peralatan gelas yang telah dicuci, dikeringkan dalam oven pada suhu
150oC dibungkus dengan aluminium foil, kemudian disimpan dalam lemari tertutup.
B.
Tujuan
Memberikan pengetahuan
dan ketrampilan pada mahasiswa agar mahasiswa terampil melakukan sterilisasi
ruang, peralatan dan media yang digunakan dalam kultur jaringan.
BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sterilisasi Bagian yang sangat penting dalam teknik in vitro
adalah sterilisasi bahan tanaman dan media dan menjaga kondisi aseptik yang
telah dicapai. Bakteri dan jamur adalah dua kontaminan yang paling banyak
dijumpai dalam kultur. Spora jamur sangat ringan dan ada disekeliling
lingkungan. Apabila spora jamur kontak dengan media kultur dan kondisinya
optimal untuk perkecambahan jamur, maka akan terjadi kontaminasi.
a.
Sterilisasi Ruang Kultur dan Transfer
Sterilisasi ruang kultur yang paling baik adalah dilakukan
dengan penggunaan sinar ultraviolet (UV). Waktu sterilisasi bervariasi
tergantung dari ukuran ruang transfer itu sendiri dan harus dilakukan apabila
tidak ada kegiatan dalam ruang tersebut. Radiasi UV sangat berbahaya bagi mata
dan kulit. Ruang transfer dapat juga disterilisasi dengan mencuci/mengepel 1-2
kali setiap bulan dengan bahan anti jamur (fungisida) komersial. Ruang kerja
dalam laminar flow biasanya sudah dilengkapi dengan lampu UV, sehingga
sterilisasinya dilakukan dengan UV dan diikuti dengan membasuh/melap permukaan
tempat bekerja dalam laminar dengan alkohol 95% sebelum mulai bekerja. Ruang
kultur harus dibersihkan dengan sabun kemudian dilap dengan Na-hypoklorit 2%
(merek komersial seperti Sunclin, Bayclin atau pembersih lantai lain yang
mengandung disinfektan) atau alkohol 95%. Lantai ruangan dan dinding harus
dibesihkan seminggu sekali dengan bahan yang sama.
b.
Sterilisasi Peralatan
Gelas dan Peralatan Lain.
Peralatan yang terbuat dari metal, gelas, aluminium foil,
dll., dapat disterilsasi dengan cara pengeringan dalam oven pada suhu
130o-170oC selama 2-4 jam. Semua peralatan tersebut harus dibungkus sebelum di
oven, tetapi jangan menggunakan kertas karena akan akan terdekomposisi pada
suhu 170oC. Sterilisasi dengan menggunakan autoclave tidak dsarankan untuk
bahan yang erbuat dari metal karena akan menyebabkan karat. Untuk peralatan
diseksi yang akan digunakan pada ruang transfer atau laminar, setelah
disterilisasi dalam oven harus direndam dahulu dalam alkohol 96% kemudian dibakar
di atas lampu bunsen. Teknik ini disebut sterilisasi pembakaran (flame
sterilization). Teknik ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena
alkohol sangat mudah terbakar. Autoclave adalah metoda sterilisasi dengan
menggunakan tekanan uap air. Bahan-bahan atau alat yang dapat disterilisasi
dengan cara autoclave ini antara lain kapas penutup tabung, saringan dari
nylon, pakaian lab, tutup plastik, peralatan gelas, pipet, air, dan media
kultur. Hampir semua mikroba dapat mati bila diautoclave pada suhu 121oC dengan
tekanan 15 psi selama 15-20 menit.
c.
Sterilisasi
Media
Ada dua metoda untuk sterilisasi media yang umum digunakan,
yaitu dengan autoclave dan filter membran. Media kultur, air destilasi dan
campuran yang stabil dapat disterilisasi dalam autoclave dengan menggunakan
wadah yang ditutup dengan kapas, aluminium foil atau plastik. Akan tetapi,
larutan dari bahan-bahan yang bersifat tidak stabil (heat-labile) harus
menggunakan filter. Umumnya media diautoclave pada tekanan 15 psi dengan suhu 121oC.
Untuk volume larutan per wadah yang sedikit (< 100 ml), waktu yang
dibutuhkan adalah 15-20 menit, tetapi untuk jumlah yang besar (2-4 liter)
selama 30-40 menit. Tekanan jangan melebhi dari 20 psi karena dapat
mengakibatkan dekomposisi karbohidrat dan bahan lain dalam media yang bersifat
thermolabile.
Beberapa senyawa yang tergolong dalam kelompok protein,
vitamin, asam amino, ekstrak tanama, hormon dan karbohidrat ada yang bersifat
thermolabile yang mungkin akan mengakibatkan dekomposisi bila disterilisasi
dengan autoclave, sehingga harus disterilisasi dengan filter. Filter Millipore
yang mempunyai porositas ± 0.2 mikron (µm) merupakan salah satu filter yang
banyak digunakan untuk sterilisasi bahan yang bersifat thermolabile. Peralatan
gelas yang akan menampung media yang disterilisasi dengan filter harus sudah
disterilisasi dahulu dengan autoclave.
Media yang sebagian mengandung komponen thermolabile, dapat
dibuat dengan cara: (i) larutan yang mengandung komponen heat-stable
disterilisasi dengan autoclave, kemudian didinginkan sampai suhu 50o-60oC pada
kondisi steril (biasanya dalam laminar), (ii) pada bagian lain dalam kondisi
yang steril, larutan yang mengandung komponen besifat thermolabile
disterilisasi dengan filter, (iii) kedua larutan yang sudah disterilisasi
dengan metoda yang berbeda tersebut digabungkan dalam kondisi aseptik. d
d.
Sterilisasi Bahan
Tanaman
Mendapatkan bahan tanaman yang steril merupakan hal yang
sulit. Meskipun bermacam tindakan pencegahan sudah dilakukan, 95% kultur akan
mengalami kontaminasi apabila eksplan tidak didisinfeksi. Organ atau jaringan
tanaman harus disterilisasi dengan larutan disinfektan, karena sebagai bahan
biologis tidak dapat dilakukan dengan cara pemanasan yang ekstrim.
Tidak ada metoda yang baku untuk sterilisasi eksplan,
sehingga waktu perendaman dalam larutan disinfektan merupakan kisaran karena
tergantung pada jenis bahan dan tanaman yang akan disterilisasi. Larutan yang
digunakan harus yang aman bagi jaringan/eksplan tetapi bersifat dapat membunuh
kontaminan baik bakteri maupun jamur. Untuk tanaman berkayu, umbi dll. biasanya
sebelum disterilisasi dengan larutan disinfektan harus dibersihkan dahulu
dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir, tetapi tidak untuk tanaman jenis
herbaceous. Semua permukaan eksplan yang disteriliasi harus terendam dalam
sterilan, dan setelahnya harus dibilas dengan akuades steril sekurang-kurangnya
tiga kali.
BAB III
METODE
PELAKSANAAN
A. Bahan dan Alat
-
Autoclave
-
Peralatan gelas
kaca/Glass were (botol kultur, petridish, Erlenmeyer)
-
Peralatan penanaman/
Dissecting kit (pinset, gunting, scalpel)
-
Plastik, karet gelang,
kertas pembngkus, alumunium foil, plastic seal
-
Bahan kimia formalin
-
Alkohol
B. Cara Kerja
·
Sterilisasi Lingkungan
Kerja
Kebersihan lingkngan kerja secara keseluruhan
dilakukan dengan cara membersihkan semua debu dan kotoran yang ada, selanjutnya
dilakukan kegiatan fumigasi dengan menggunakan disinfektan ataupun senyawa
formalin yang dilakukan secara periodic. Disamping itu, lingkungan kerja
terutama pada ruang transfer harus selalu dalam kondisi yang steril dari
kontaminan. Pada ruang transfer biasanya dilengkapi dengan laminar air flow (LAC). Proses transfer atau penanaman eksplan
dilakukan secara aseptic didalam LAC, karena dilengkapi dengan:
1. Filter
HEPA (High Emergency Particulate Air)
2. Ultraviolet
lamp (UV Lamp)
3. Blower
·
Sterilisasi Air Dan
Media Tanam
1. Botol
yang telah diisi dengan air dan botol kultur yang telah berisi media kultur
ditutup rapat dengan menggunakan allumunium disterilisasi dengan menggunakan
autoclave pada suhu 121o C selama 15 menit pada tekanan 15 psi (pound per square inch)
2. Selama
proses sterilisasi berlangsung, autoclave ditutup rapat sehingga tekanan
didalam autoclave naik.
3. Setelah
proses sterilisasi selesai, suhu dan tekanan autoclave kembali ke posisi 0,
keluarkan botol kultur dari dalam autoclave
4. Inkubasi
di dalam ruang kultur selama ± 1 minggu
·
Sterilisasi botol kultur yang
terkontaminasi:
1.
Botol kultur yang terkontaminasi
dikelurkan dari ruang kultur
2.
Sterilisasi langsung dengan menggunakan
autoclave pada suhu 121o C selama 30 menit pada tekanan 15 psi
3. Selama
proses sterilisasi berlangsung, autoclave ditutup rapat sehingga tekanan
didalam autoclave naik.
4. Setelah
proses sterilisasi selesai, suhu dan tekanan autoclave kembali ke posisi 0,
keluarkan botol kultur dari dalam autoclave
5. Buang
semua sisa media yang terkontaminasi pada tempat yang sudah disiapkan
6. Rendam
dalam larutan sodium hypochlorite (dapat menggnakan byclin) dengan konsentrasi
50% selama minimal 1 jam.
7. Cuci
dengan detergen
8. Bilas
dengan air yang mengalir
9. Tempatkan
di dalam oven pada suhu 70-80o C. Atau simpan kembali di tempat yang
bersih.
·
Sterilisasi Glass Were
Dan Dissecting Kit
1. Cuci
bersih glass ware dan dissecting kit yang akan disterillkan.
2. Bungkus
dengan menggunakan allumunium foil atau kertas yang bersih
3. Autoclave
pada suhu 121 C pada tekanan 15 psi selama 30 menit
4. Suhu
autoclave kembali ke posisi 0, keluarkan alat-alat dari autoclave
5. Simpan
dalam oven atau dalam LAC dengan lampu UV tetap menyala.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini membahas
tentang bagaimana melakukan sterilisasi ruang alat dan media kultur, adapun
jenis jenis sterilisasi yang digunakan adalah:
-
Sterilisasi lingkungan
kerja
-
Sterilisasi air dan media
tanam
-
Sterilisasi boltor
kultur yang terkontaminan
-
Sterilisasi glass ware
dan dissecting kit
Pada prosedur pelaksanaan sterilisasi ruang
dapat melakukan beberapa cara sebagai berikut;
-
Dapat menhidupkan UV Lamp selama 1 jam
-
Melakukan pembersihan terhadap
semua kotoran dan debu
-
Dan dapat juga
melakukan kegiata fumigasi dengan larutan disinfectant dan formalin
Adapun bahan kimia yang digunakan
untuk sterilisasi ruang adalah formalin, alcohol dan disinfectant.
Selain membahas tentang sterilisasi
ruang disini juga akan membahas tentang prosedur sterilisasi alat. Pada
peralatan yang terbuat dari metal, gelas, aluminium foil, dll., dapat
disterilsasi dengan cara pengeringan dalam oven pada suhu 130o-170oC
selama 2-4 jam. Semua peralatan tersebut harus dibungkus sebelum di oven,
tetapi jangan menggunakan kertas karena akan akan terdekomposisi pada suhu
170oC. Sterilisasi dengan menggunakan autoclave tidak dsarankan untuk bahan
yang erbuat dari metal karena akan menyebabkan karat. Untuk peralatan diseksi
yang akan digunakan pada ruang transfer atau laminar, setelah disterilisasi
dalam oven harus direndam dahulu dalam alkohol 96% kemudian dibakar di atas
lampu bunsen. Teknik ini disebut sterilisasi pembakaran (flame sterilization).
Teknik ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena alkohol sangat mudah
terbakar. Autoclave adalah metoda sterilisasi dengan menggunakan tekanan uap
air. Bahan-bahan atau alat yang dapat disterilisasi dengan cara autoclave ini
antara lain kapas penutup tabung, saringan dari nylon, pakaian lab, tutup
plastik, peralatan gelas, pipet, air, dan media kultur. Hampir semua mikroba
dapat mati bila diautoclave pada suhu 121oC dengan tekanan 15 psi selama 15-20
menit. Setelah selesai, selanjutnya alat tersebut di masukan ke dalam LAC atau
oven.
Pada sterilisasi media dan air dapat menggunakan dua metoda untuk
sterilisasi media yang umum digunakan, yaitu dengan autoclave dan filter
membran. Media kultur, air destilasi dan campuran yang stabil dapat
disterilisasi dalam autoclave dengan menggunakan wadah yang ditutup dengan
kapas, aluminium foil atau plastik. Akan tetapi, larutan dari bahan-bahan yang
bersifat tidak stabil (heat-labile) harus menggunakan filter. Umumnya media
diautoclave pada tekanan 15 psi dengan suhu 121oC. Untuk volume larutan per
wadah yang sedikit (< 100 ml), waktu yang dibutuhkan adalah 15-20 menit,
tetapi untuk jumlah yang besar (2-4 liter) selama 30-40 menit. Tekanan jangan
melebhi dari 20 psi karena dapat mengakibatkan dekomposisi karbohidrat dan
bahan lain dalam media yang bersifat thermolabile.
Beberapa senyawa yang tergolong dalam kelompok protein,
vitamin, asam amino, ekstrak tanama, hormon dan karbohidrat ada yang bersifat
thermolabile yang mungkin akan mengakibatkan dekomposisi bila disterilisasi
dengan autoclave, sehingga harus disterilisasi dengan filter. Filter Millipore
yang mempunyai porositas ± 0.2 mikron (µm) merupakan salah satu filter yang
banyak digunakan untuk sterilisasi bahan yang bersifat thermolabile. Peralatan
gelas yang akan menampung media yang disterilisasi dengan filter harus sudah
disterilisasi dahulu dengan autoclave.
Media yang sebagian mengandung komponen thermolabile, dapat
dibuat dengan cara: (i) larutan yang mengandung komponen heat-stable disterilisasi
dengan autoclave, kemudian didinginkan sampai suhu 50o-60oC pada kondisi steril
(biasanya dalam laminar), (ii) pada bagian lain dalam kondisi yang steril,
larutan yang mengandung komponen besifat thermolabile disterilisasi dengan
filter, (iii) kedua larutan yang sudah disterilisasi dengan metoda yang berbeda
tersebut digabungkan dalam kondisi aseptik.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan:
ü Sterilisasi perlu dilakukan karena itu adalah hal
terpenting untuk keberhasilan dalam kultur jaringan.
ü adapun
jenis jenis sterilisasi yang digunakan adalah:
o Sterilisasi
lingkungan kerja
o Sterilisasi
air dan media tanam
o Sterilisasi
boltor kultur yang terkontaminan
o Sterilisasi
glass ware dan dissecting kit
ü Dengan menggunakan
autoclave, sterilisasi digunskan pada
suhu 121o C selama 15 menit pada tekanan 15 psi (pound per square inch)
DAFTAR PUSTAKA
Marlin, dkk. 2012.
Penuntun Praktikum Kultur Jaringan. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu,
Bengkulu.
Nugroho, A dan H. Sugianto. 1997. Pedoman
Pelaksanaan Tehnik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wattimena, G. A. 1992. Bioteknologi Tanaman. IPB,
Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar