LAPORAN PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
“TEKNOLOGI KOMPOS”

OLEH :
NAMA
: PETRUS SIMATUPANG
NPM : E1J009094
PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pupuk kompos mempunyai arti
yang sangat penting dalam pengelolaan kesuburan tanah, meningkatkan produksi
tanaman pertanian, dan memelihara kesehatan tanah. Kompos dapat memberikan
sumbangan terhadap sumber daya tanah berupa perbaiakan sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah sehingga tanah menjadi subur dan sehat. Kompos juga dapat
meningkatkan produksi pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung kompos memberikan sumbangan unsur hara dan hormon tumbuh kepada
tanaman, sedangkan secara tidak langsung kompos meningkatkan kualitas kesuburan
tanah baik fisik, kimia dan biologi.
Misalnya fisik tanah yang
subur bila gembur, remah, dan infiltrasi air lancar dari permukaan tanah sampai
dengan lapisan tanah bawah ; kimia tanah yang subur bila tanah mampu menyediakan
unsur hara bagii tanaman dengan jalan perbaikan sifat kimia tanah (pH, redoks
potensial, KPK, kejenuhan basa) ; biologi tanah subur bila tanah mengandung
jasad tanah yang bermanfaat bagt tanaman dan hewan seperti cacing tanah.
B. Tujuan
Praktikum ini adalah
untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa agar dapat
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan kompos dan memonitor
kualitas kompos dengan baik.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanaman yang sehat
membutuhkan semua nutrisi untuk dapat tumbuh dan berproduksi; semua ini
didapatkan dari tanah. Oleh karenanya, tanah yang sehat dan hidup adalah faktor
yang paling penting dalam kesuksesan pertanian dan perkebunan. Jika
dimanfaatkan dengan teknik
dan pengelolaan yang
baik maka kesuburan tanah akan semakin meningkat dari tahun ke
tahun.
Tanah yang sehat dan hidup
haruslah:
·
Diberi
nutrisi alami setiap musimnya
·
Dijaga
dari erosi, untuk membentuk lapisan atas tanah yang berkualitas
·
Dilindungi
dari matahari dan angin untuk menjaga kelembabannya
·
Biota
tanah dapat hidup di dalamnya
Beberapa
manfaat tanah yang sehat dan hidup :
·
Kualitas tanah
yang lebih baik tidak hanya meningkatkan jumlah produksi, akan tetapi juga meningkatkan
kualitas produksi. Hal ini berhubungan langsung kepada gizi yang baik –
Kualitas tanah yang lebih baik berarti kualitas produksi yang lebih baik dengan
gizi yang lebih banyak.
·
Tanaman akan
terhindar dari kekeringan,
penyakit dan hama
karena mereka mendapatkan banyak
air dan unsur
hara yang dibutuhkan
bagi pertumbuhan tanaman yang
kuat dan sehat
·
Membutuhkan pengairan
yang lebih sedikit
karena tanah dapat
menahan dan menampung air lebih banyak dan tanah
lebih mudah menyerap air ketika musim hujan
·
Tanah mempunyai
jutaan “penggarap tanah”
yang mengatur keberadaan
dan penyimpanan unsur hara, serta meningkatkan jumlah udara di dalam
tanah. Cacing adalah pekerja keras
·
Tanah lebih mudah
untuk diolah dan
digarap karena gembur
dan mengandung berbagai macam material
·
Bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk tanah yang sehat dan hidup biasanya didapat dari
sekitarnya dan organik, hal ini bisa menghemat uang
Tanah yang
sehat dan hidup mengandung humus, yang biasanya:
·
Menyediakan
makanan untuk biota tanah, yang
berguna sebagai pengurai tanah dan mengubahnya menjadi makanan untuk
tanaman
·
Menyimpan
unsur hara bagi tanaman, seperti pupuk cair
·
Membantu
menyatukan partikel tanah – Meningkatkan kualitas struktur tanah
·
Menyerap
dan menyimpan air seperti spon
Humus
terbuat dari:
·
Bahan-bahan
organik yang hancur dan terurai
Kompos
·
Mulsa
·
Kotoran
hewan
·
Pengomposan
akar tanaman
·
Pengomposan
bagian-bagian tanaman
Teknik
Yang Digunakan Untuk Mendapatkan Tanah Yang Sehat Dan Hidup
Sebagian besar
teknik tersebut sangatlah
sederhana, mudah pengerjaannya, dan menggunakan bahan-bahan dari sekitar
tempat tinggal.
a.
Menggunakan kompos
organik dan kompos
cair – Kedua
jenis kompos ini mengandung bermacam-macam unsur hara,
murah pembuatannya, meningkatkan jumlah biota, dan memperbaiki kualitas
struktur tanah. Gunakanlah secara
rutin untuk meningkatkan kualitas tanah secara berkesinambungan
b.
Memperbanyak jumlah
biota tanah seperti mikro-organisme, bakteri,
dan jamur di dalam tanah - Hal
ini bisa diwujudkan dengan penggunaan pupuk alami, mulsa dan EM
(Effective Micro-organism). Manfaatnya,
kualitas tanah, segala
bentuk pertanian, dan produksi hewan akan meningkat
c.
Menggunakan
mulsa – Untuk melindungi tanah dari matahari, menghemat air dan meningkatkan
jumlah humus dalam tanah
d.
Mendaur
ulang bahan-bahan organik – Daur ulang tanaman dan kotoran binatang untuk
kembali ke sistem
e.
Menggunakan legum /
tanaman polong - Ada berbagai macam
jenis legum yang dapat
menyediakan nitrogen, mulsa, dan bahan organik bagi tanah, makanan untuk
manusia dan ternak, sebagai penahan
angin dan tanah, menjaga habitat binatang, keanekaragaman, dan masih banyak
lagi
f.
Rotasi
tanaman – Tiap-tiap tanaman membutuhkan unsur hara yang berbeda-beda untuk
tumbuh. Rotasi tanaman dan penanaman secara tumpang sari berguna untuk
menyeimbangkan unsur hara dan mudah untuk ditanam ulang
Ada 6 metode
berbeda tentang pengomposan :
1.
Membuat tumpukan kompos cepat
Dibuat
sekaligus dari berbagai macam bahan, terurai setelah 2
minggu dan siap pakai dalam 1 bulan. Sangat baik untuk kebun keluarga dan
agrikultur yang intensif
2. Membuat
kompos lambat
Terus-menerus dibuat dalam kurun waktu
tertentu dan biasanya dibuat lebih banyak daripada kompos cepat. Sangat baik
untuk pertanian dan pohon-pohon besar
3. Parit
dan keranjang kompos
Merupakan
bagian dari bedeng
kebun atau ditempatkan di sebelah
pohon buah-buahan, dapat ditempatkan di dalam tanah dan juga di atas tanah,
terus-menerus menyediakan pasokan unsur hara bagi tanaman melalui tanah,
sebagaimana layaknya kompos yang diletakkan di atas bedeng
4. Lubang
pisang / lubang kompos
Sebuah lubang besar untuk membuat kompos
lambat. Kompos akan terus-menerus memberi unsur hara kepada pohon pisang atau
pohon apapun yang ditanam di sekitar
lubang, dan jika telah
siap kompos dapat dipindahkan
untuk dimanfaatkan di tempat lain
5.
Pengomposan langsung
Kompos cepat ditempatkan pada lahan dimana
bedeng kebun akan dibuat atau tanaman buah-buahan akan ditanam. Tanah dan
tanaman yang baru akan memperoleh cukup persediaan makanan bagi tanaman dan biota tanah dari kompos
6.
Pupuk cair
Makanan
bagi tanaman dan
bakteri yang baik
dalam bentuk cair. Sangat baik untuk hasil yang cepat dan
lahan yang luas
Tujuan dari pembuatan kompos yang diatur secara cermat
seperti sudah disinggung diatas adalah untuk mendapatkan hasil akhir kompos
jadi yang memiliki standar kualitas tertentu. Diantaranya adalah memiliki nilai
C/N ratio antara 10 – 12. Kelebihan dari cara pembuatan kompos dengan campur
tangan manusia dan menggunakan bahan aktivator adalah proses pembuatan kompos
dapat dipercepat menjadi 2 – 4 minggu. Untuk memperoleh hasil yang baik
dalam proses pembuatan kompos, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu, Memperoleh Campuran Bahan Baku Yang Benar . Salah satu kunci
keberhasilan dalam melakukan proses pembuatan kompos adalah bagaimana
memperoleh kombinasi campuran bahan baku sedemikian rupa sehingga memperoleh
hasil akhir berupa kompos yang memiliki perbandingan C dan N = 10 s/d 12.
Dari hasil penelitian, telah diketahui bahwa terdapat 2 (dua) parameter penting
dalam menentukan pemilihan bahan baku, yaitu:
·
Faktor
kelembaban Bahan Baku
·
Faktor C / N
ratio bahan baku
-
Faktor
Kelembaban Bahan Baku
Kelembaban atau kandungan air sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup mikroorganisme. Sebagian besar mikroorganisme tidak
dapat hidup apabila kekurangan air. Apabila kelembaban dibawah 40%, proses
dekomposisi bahan organik akan melambat. Apabila kelembaban dibawah 30 persen,
proses dekomposisi praktis akan terhenti. Akan tetapi, apabila kelembaban
> 60 persen, maka yang terjadi adalah keadaan anaerob (tanpa
oksigen), yang akan menyebabkan timbulnya aroma tidak sedap (masam).
Umumnya proses komposting menghendaki kelembaban ideal antara 50 – 60
persen. Keadaan ini merupakan keadaan ideal untuk memulai proses
pengomposan.
-
Faktor C/N ratio
Bahan Baku
Dari sekian banyak unsur yang diperlukan oleh
mikroorganisme yang medekomposisi bahan organik, Carbon dan Nitrogen adalah
unsur yang paling penting dan menjadi faktor pembatas (disamping
phospat). Carbon adalah sumber energi dan merupakan 50 persen dari bagian
massa sel microba. Nitrogen merupakan komponen paling penting sebagai penyusun
protein dan bakteri disusun oleh tidak kurang dari 50% dari biomasanya adalah
protein. Jadi bacteri sangat memerlukan Nitrogen untuk mempercepat
pertumbuhannya. Seandainya jumlah Nitrogen terlalu sedikit, maka populasi
bakteri tidak akan optimal dan proses dekomposisi kompos akan melambat.
Kebalikannya, seandainya jumlah N terlalu banyak, akan mengakibatkan
pertumbuhan mikroba sangat cepat dan ini akan menyebabkan masalah pada aroma
kompos, sebagai akibat dari keadaan anaerobik. Dalam keadaan seperti ini
sebagian dari Nitrogen akan berubah menjadi gas amoniak yang menyebabkan bau
dan keadaan ini merugikan, karena menyebabkan Nitrogen yang kita perlukan akan
hilang.
Jadi harus hati-hati dalam menangani bahan baku
kompos, terutama bahan baku yang banyak mengandung Nitrogen (biasa disebut
bahan hijauan, seperti potongan rumput), terutama dalam mengatur proses suplai
oksigennya. Sebaiknya bahan bahan seperti ini diatur pencampurannya dengan
bahan-bahan yang mengandung C (biasa disebut bahan coklatan tinggi, seperti
limbah serutan kayu).
Pencampuran bahan baku yang mengandung C dan N sebesar
30 : 1 (berdasarkan berat), membuat keadaan kandungan unsur-unsur penyusun
proses pembuatan kompos seimbang. Oleh kerena itu untuk mendapatkan hasil akhir
kompos yang mencapai perbandingan C/N ratio 10 s/d 12, dan mempunyai kandungan
unsur hara yang tinggi, maka aturlah kelembaban bahan baku 50 – 60 persen dan
buatlah campuran bahan baku sedemikian rupa sehingga bahan baku kompos
mempunyai nilai C berbanding N adalah 30 berbanding 1.
Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat
dipengaruhi oleh proses pengolahan, sedangkan proses pengolahan kompos sendiri
sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan perbandingan C dan N bahan baku, maka
untuk menentukan standarisasi kompos adalah dengan membuat standarisasi proses
pembuatan kompos serta standarisasi bahan baku kompos, sehingga diperoleh
kompos yang memiliki standar tertentu.
Setelah standar campuran bahan baku kompos dapat
dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50 – 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N
bahan baku 30 : 1, masih terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan
selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan
pengawasan terhadap:
·
Temperatur
·
Kelembaban
·
Odor atau Aroma,
dan
·
pH
Pengamatan Temperatur
Panas ditimbulkan sebagai suatu hasil sampingan
proses yang dilakukan oleh mikroba untuk mengurai bahan organik.
Temperatur ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik sistim pengomposan
ini bekerja, disamping itu juga dapat diketahui sejauh mana dekomposisi
telah berjalan. Sebagai ilustrasi, jika kompos naik sampai
temperatur 40°C – 50°C, maka dapat disimpulkan bahwa campuran bahan baku kompos
cukup mengandung bahan Nitrogen dan Carbon dan cukup mengandung air
(kelembabannya cukup) untuk menunjang pertumbuhan microorganisme.
Pengamatan temperatur harus dilakukan dengan menggunakan alat uji temperatur
yang dapat mencapai jauh ke dalam tumpukan kompos. Tunggu sampai
beberapa saat sampai temperatur stabil. Kemudian lakukan lagi di tempat
yang berbeda. Lakukanlah pengamatan tersebut di beberapa lokasi,
termasuk pada berbagai kedalaman dari tumpukkan kompos. Kompos dapat
memiliki kantong-kantong yang lebih panas dan ada kantong-kantong yang
dingin. Semuanya sangat bergantung kepada kandungan uap air (kelembaban)
dan komposisi kimia bahan baku kompos. Maka akan diperoleh peta gradient
temperatur. Dengan menggambarkan grafik temperatur dan lokasi-lokasinya
sejalan dengan bertambahnya waktu, maka dapat dijelaskan:
Pada proses komposting yang baik, maka temperatur
40°C – 50 0C dapat dicapai dalam 2 – 3 hari. Kemudian dalam
beberapa hari berikutnya temperatur akan meningkat sampai bahan baku yang
didekomposisi oleh mikroorganisme habis. Dari situ barulah temperatur akan
turun.
Dari beberapa kali proses pembuatan kompos dengan
sistim Windrow, dengan memakai campuran bahan baku kompos terdiri dari
kotoran sapi, kotoran ayam, kotoran kambing, dedak dan jerami, perubahan
temperatur mencapai 40°C – 50 °C dapat dicapai dalam waktu 3 (tiga) hari.
Oleh karena itu pembalikan kompos dilakukan pada hari ke 4 (empat).
Setelah pembalikan pertama temperatur akan turun, lalu
naik lagi sampai mencapai 55°C – 60°C pada hari ke 6. Oleh karena itu dilakukan
lagi pembalikan ke dua pada hari ke 6 (enam) atau 3 hari setelah pembalikan
pertama, setelah pembalikkan temperatur akan turun dan naik lagi sampai 55°C –
60°C pada hari ke 9 (sembilan). Pada hari ke 9 (sembilan) ini atau 3 hari
setalah pembalikkan ke dua dilakukan lagi pembalikan ke 3 (tiga).
Apabila komposisi campuran bahan baku tepat,
temperatur akan stabil sampai hari ke 12 (dua belas) dan seterusnya, untuk
kemudian turun dan stabil pada temperatur tertentu.
Pada hari ke 14 tumpukan kompos dapat mulai dibuka untuk didinginkan dan kemudian selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengepakan.
Pada hari ke 14 tumpukan kompos dapat mulai dibuka untuk didinginkan dan kemudian selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengepakan.
Pengamatan Kelembaban
Pembuatan kompos akan berlangsung dengan baik pada
satu keadaan campuran bahan baku kompos yang memiliki kadar uap air antara 40 –
60 persen dari beratnya. Pada keadaan level uap air yang lebih rendah,
aktivitas mikroorganisme akan terhambat atau berhenti sama sekali. Pada
keadaan level kelembaban yang lebih tinggi, maka prosesnya kemungkinan
akan anerobik, yang akan menyebabkan timbulnya bau busuk.
Ketika bahan baku kompos dipilih untuk kemudian
dicampur, kadar uap air dapat diukur atau diperkirakan. Setelah proses
pembuatan kompos berlangsung, pengukuran kelembaban tidak perlu diulangi,
tetapi dapat langsung diamati tingkat kecukupan kandungan uap air tersebut.
Apabila proses pembuatan kompos sedang berjalan, lalu
kemudian muncul bau busuk, sudah dapat dipastikan kompos mengandung kadar air
berlebihan. Kelebihan uap air ini telah mengisi ruang pori, sehingga
menghalangi diffusi oksigen melalui bahan-bahan kompos tersebut. Inilah
yang membuat keadaan menjadi anaerobik. Pencampuran bahan baku dengan
potongan 4 – 10 cm, seperti bahan jerami, potongan kayu, kertas karton, serbuk
gergaji dll dapat mengurangi permasalahan ini.
Apabila melakukan pembuatan kompos dengan memakai
sistim aerated static pile ataupun sistim in Vessel,
berhati-hatilah dalam menambahkan udara (oksigen), jangan sampai menyebabkan
kompos menjadi kering . Indikasinya adalah perhatikan temperatur, jika
temperatur menurun lebih cepat dari biasanya, maka ada kemungkinan kompos
terlalu kering.
Pengamatan Odor / Aroma
Jika proses pembuatan kompos berjalan dengan normal,
maka tidak boleh menghasilkan bau yang menyengat (bau busuk). Walaupun
demikian dalam pembuatan kompos tidak akan terbebas sama sekali dari adanya
bau. Dengan memanfaatkan indra penciuman, dapat dijadikan sebagai alat
untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi selama proses pembuatan kompos.
Sebagai gambaran, jika tercium bau amonia, patut
diduga campuran bahan kompos kelebihan bahan yang mengandung unsur Nitrogen
(ratio C/N terlalu rendah). Untuk mengatasinya tambahkanlah bahan-bahan
yang mengandung C/N tinggi, misalnya berupa:
·
Potongan jerami,
atau
·
Potongan kayu,
atau
·
Serbuk gergaji,
atau
·
Potongan kertas
koran dan atau karton dll
Jika tercium bau busuk, mungkin campuran kompos
terlalu banyak mengandung air. Apabila ini terjadi, lakukanlah pembalikan
(pada sistim windrow), tambahkan oksigen pada sistim Aerated Static
Pile atau In Vessel.
Pengamatan pH
Pengamatan pH kompos berfungsi sebagai indikator
proses dekomposisi kompos. Mikroba kompos akan bekerja pada keadaan pH netral
sampai sedikit masam, dengan kisaran pH antara 5.5 sampai 8.
Selama tahap awal proses dekomposisi, akan terbentuk
asam-asam organik. Kondisi asam ini akan mendorong pertumbuhan jamur dan
akan mendekomposisi lignin dan selulosa pada bahan kompos. Selama proses
pembuatan kompos berlangsung, asam-asam organik tersebut akan menjadi netral
dan kompos menjadi matang biasanya mencapai pH antara 6 – 8.
Jika kondisi anaerobik berkembang selama proses pembuatan kompos, asam-asam organik akan menumpuk. Pemberian udara atau pembalikan kompos akan mengurangi kemasaman ini. Penambahan kapur dalam proses pembuatan kompos tidak dianjurkan. Pemberian kapur (Kalsium Karbonat, CaCo3) akan menyebabkan terjadinya kehilangan nitrogen yang berubah menjadi gas Amoniak. Kehilangan ini tidak saja menyebabkan terjadinya bau, tetapi juga menimbulkan kerugian karena menyebabkan terjadinya kehilangan unsur hara yang penting, yaitu nitrogen. Nitrogen sudah barang tentu lebih baik disimpan dalam kompos untuk kemudian nanti digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya.
Jika kondisi anaerobik berkembang selama proses pembuatan kompos, asam-asam organik akan menumpuk. Pemberian udara atau pembalikan kompos akan mengurangi kemasaman ini. Penambahan kapur dalam proses pembuatan kompos tidak dianjurkan. Pemberian kapur (Kalsium Karbonat, CaCo3) akan menyebabkan terjadinya kehilangan nitrogen yang berubah menjadi gas Amoniak. Kehilangan ini tidak saja menyebabkan terjadinya bau, tetapi juga menimbulkan kerugian karena menyebabkan terjadinya kehilangan unsur hara yang penting, yaitu nitrogen. Nitrogen sudah barang tentu lebih baik disimpan dalam kompos untuk kemudian nanti digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya.
Ciri-Ciri Kompos Jadi
Setelah semua proses pembuatan kompos dilakukan, mulai
dari pemilihan bahan, pengadaan bahan, perlakuan bahan, penyusunan bahan,
pencampuran bahan, pengamatan proses, pembalikan kompos sampai dengan jadi
kompos. Selanjutnya adalah pengetesan sederhana terhadap kompos. Apakah kompos
yang dibuat tersebut sudah jadi dengan baik ?. Apa saja ciri-cirinya ?
Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah:
·
Warna; warna
kompos biasanya coklat kehitaman
·
Aroma; kompos
yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma
lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan
·
Apabila dipegang
dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan
kompos akan hancur dengan mudah.
Keunggulan dan Kekurangan Kompos
Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun
juga memiliki kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimi (anorganik).
Kekurangan
·
Kandungan unsur
hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak
bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
·
Karena jumlahnya
banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan
dan implementasinya.
·
Dalam
jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara,
pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi
beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap
pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan.
Keunggulan
·
Pupuk organik
mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara
mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik).
·
Pupuk organik
mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormon dan
enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna baik bagi
tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme.
·
Pupuk organik
mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat
baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.
·
Memperbaiki dan
menjaga struktur tanah.
·
Menjadi
penyangga pH tanah.
·
Menjadi
penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
·
Membantu menjaga
kelembaban tanah
·
Aman dipakai
dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun
Tidak merusak lingkungan
III.
BAHAN DAN METODE
A.
Bahan Dan Alat
-
Alat yang digunakan
Alat
ukur yang digunakan berupa termometer, moisturemeter, platecounter, pH meter.
Alat pertukangan yang digunakan berupa gergaji, palu, mistar siku, mistar
panjang dan paku. Alat operasional berupa cangkul, sekop, ember atau gembor
air.
-
Bahan yang digunakan
1)
Bak
papan : disiapkan bak penampung dari papan berisi bahan segar untuk pembuatan
kompos dengan ukuran panjang 6 m X lebar 2 m X tinggi 75 cm
2)
Bahan
segar untuk kompos terdiri atas : kelompok pertama adalah larutan EM4 – 5 liter
(5 botol), gula pasir 5 kg, pupuk urea 5 kg, dan air ; kelompok kedua adalah pupuk kandang
sapi (100
Kg), yang telah
matang, jerami (100 kg) ,sekam padi (100 kg), dedaunan kering (100 kg) , dan leguminosae (100 kg ), tusuk
konde 100 kg . dengan perbandinganny 5 : 1 : 1 : 1 :1 :1
3)
Bahan
terpal untuk menutup bahan pembuatan kompos.
B.
Prosedur Kerja
1. Disiapkan bak papan untuk bak penampung bahan segar
yang akan dikomposkan.
2. Bahan segar kelompok pertama dicampur dengan seksama
dan dilarutkan dalam air yang diletakkan di dalam ember bervolume 10 sampai 15
liter.
3. Bahan segar kelompok kedua masing-masing dipilih dan
dicacah dengan rincian sebagai berikut : Pupuk kandang dipilih yang telah matang
(biasanya berumur 1-2 tahun); jerami padi dipotong-potong dengan panjang kurang
lebih 10 cm, sekam padi dipilih yang telah lapuk (ingat : jangan digunakan yang
masih segar atau baru); dedaunan dapat dipilih dari reruntuhan daun berdaun
lebar (ingat: jangan daun berdaun jarum); dan leguminosae dipotong-potong
sampai berukuran 15 cm.
4. Masing-masing bahan segar ditimbang sesuai dengan
perbandingannya (5:1:1:1:1:1) bila dibuat 1000 kg maka dibutuhkan 500 kg pupuk
kandang, dan 100 kg masing-masing untuk bahan lain.
5. Bahan-bahan segar dicampur merata di dalam bak papan
dengan menggunakan cangkul atau sekop
6. Bahan segar yang telah dicampur merata disiram dengan
larutan bahan segar kelompok pertama
7. Disiram dengan air sebayak mungkin sampai lantai bak papan
penampung basah
8. Ditutup dengan terpal rapat-rapat dan setiap ujung
terpal diikatkan ke pengait yang dibuat dan besi yang ditancapkan ke tanah.
9. Pengamatan dilakukan setiap minggu berupa pengukuran
temperatur, kelembaban/kadar air, jumlah jamur dipermukaan, pH, redoks
potensial, keadaan fisik bahan.
10. Data dicatat pada lembar pengamatan dan dimintakan
pengesahan kepada dosen pengasuh atau Co-Ass setiap minggu pengamatan.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Berikut adalah hasil pengamatan pembuatan kompos
selama
1. VARIABEL : Temperatur
( 0C)
Minggu
ke
|
Bagian
Atas
( 0C)
|
Bagian
Tengah
( 0C)
|
Bagian
Bawah
( 0C)
|
Rata-rata
( 0C)
|
1
|
34,
3
|
44
|
37,9
|
38,73
|
2
|
38
|
39,7
|
38,0
|
38,56
|
3
|
34,5
|
34,4
|
33,8
|
34,06
|
4
|
31,9
|
32,9
|
33,2
|
32,6
|
5
|
30,9
|
33,4
|
33,1
|
32,46
|
6
|
31,7
|
33,4
|
32,6
|
32,36
|
1.
VARIABEL : Kadar Air (%)
Minggu ke
|
Bagian
Atas
(%)
|
Bagian
Tengah
(%)
|
Bagian
Bawah
(%)
|
Rata-rata
(%)
|
1
|
2
|
0
|
0
|
0,67
|
2
|
10
|
2
|
10
|
7,3
|
3
|
20
|
25
|
30
|
25
|
4
|
20
|
15
|
20
|
18,3
|
5
|
15
|
20
|
25
|
20
|
6
|
20
|
15
|
20
|
18,3
|
1.
VARIABEL : Jumlah Jamur (%)
Minggu
ke
|
Bagian
Atas
(%)
|
Bagian
Tengah
(%)
|
Bagian
Bawah
(%)
|
Rata-rata
(%)
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
5
|
0
|
0
|
1,67
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
2
|
0
|
0
|
0,6
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1.
VARIABEL : Tekstur (Kasar /
halus)
Minggu ke
|
Bagian
Atas
|
Bagian
Tengah
|
Bagian
Bawah
|
Rata-rata
|
1
|
Kasar
|
kasar
|
Kasar
|
Kasar
|
2
|
Kasar
|
kasar
|
kasar
|
Kasar
|
3
|
Kasar
|
kasar
|
kasar
|
Kasar
|
4
|
Kasar
|
kasar
|
kasar
|
Kasar
|
5
|
Kasar
|
kasar
|
kasar
|
Kasar
|
6
|
Kasar
|
kasar
|
kasar
|
Kasar
|
2.
VARIABEL : pH
Minggu ke
|
Bagian
Atas
|
Bagian
Tengah
|
Bagian
Bawah
|
Rata-rata
|
1
|
7
|
5,5
|
8
|
6,8
|
2
|
6
|
7
|
6
|
6,3
|
3
|
5
|
6
|
6
|
5,6
|
4
|
7
|
6
|
6
|
6,3
|
5
|
6
|
7
|
7
|
6,6
|
6
|
7
|
7
|
7
|
7
|
B.
Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan
selama enam minggu , didapatlah tabel hasil pengamatan seperti tertera diatas, dimana dapat kita lihat bahwa terjadi perubahan ,
baik dari variabel temperatur, kadar air, jumlah jamur, ph, maupun struktur
dari kompos tersebut. Pembuatan kompos merupakan untuk memberikan nutrisi bagi tanaman secara stabil
dengan memanfaatkan limbah. Limbah tersebut dapat berupa limbah ternak,
limbah pertanian ataupun limbah-limbah lainnya seperti limbah tumbuhan /
pepohonan agar dapat dimanfaatkan di lahan-lahan pertanian.
Pembuatan kompos merupakan suatu usaha yang dilakukan petani petani untuk
memberikan nutrisi bagi tanaman secara stabil dengan memanfaatkan limbah.
Limbah tersebut dapat berupa limbah ternak, limbah pertanian ataupun
limbah-limbah lainnya agar dapat dimanfaatkan di lahan-lahan pertanian. Untuk
memanfaatkan limbah bukan berarti tidak memiliki masalah. Kandungan air yang
tinggi ini dapat memperberat kerja pengolahannya. Sebagai contoh limbah kotoran
sapi. Kotoran sapi memiliki kandungan air yang sangat besar, dapat mencapai 60
– 85 persen. Disamping itu limbah sapi memiliki C/N ratio yang relatif rendah
untuk dapat menghasilkan kompos yang baik.
Dahulu dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman, pemecahan masalah ini masih sulit dilakukan, tetapi sekarang dengan
semakin diketahuinya pengetahuan tentang perbandingan bahan baku dan pengaturan
kelembaban untuk pemrosesan kompos, ternyata, pemecahan dari permasalahan ini
dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan
seperti serbuk gergaji, serutan kayu atau jerami, untuk menyerap kelebihan air
maupun mengatur keseimbangan C/N.
Pada pengamatan yang dilakukan selama enam minggu ,
didapat nilai pengamatan yang akan dibahas tiap variabel :
1. Variabel
temperatur. Berdasarkan nilai pengamatan selama enam minggu, temperatur dari
mingu keminggu berangsur turun. Rata
–rata temperatur awalnya tinggi dan pada
minggu akhir pengamatan berangsur stabil. Ini mengartikan bahwa
mikroorganisme yang dibuat pada proses pembuatan kompos dari minggu ke minggu
semakin tidak aktif. Jika mikroorganisme pada kompos tidak aktif lagi,maka
kompos kemungkinan besar sudah matang dan sudah siap diaplikasikan.
2. Varibel kadar air. Persentase Rata –rata kadar air
(tumpukan atas, tengah, dan bawah) dari minggu pertama hingga minggu ke akhir mengalami peningkatan. Ini kemungkinan
diakibatkan karena pada saat pengamatan , penutupan tumpukan kompos kompos
tidak baik, akibatnya pada saat hujan turun, tumpukan kompos tersebut langsung
basah. Kadar air yang tinggi kemungkinan akan anaerobik sehingga menimbulkan
bau busuk, sedangkan kadar air yang
rendah, aktivitas mikroorganisme akan rendah dan dapat memperlambat dekomposisi
proses pembuatan kompos tersebut.
3. Variabel jumlah jamur. Persentase jamur pada
pengamatan sangat kecil dan jamur tumbuh pada bagian/tumpukan atas saja.tetapi
hanya ada pada minggu ke-2 dan minggu ke-4. Ini kemungkinan disebabkan oleh
faktor kelembaban yang tinggi pada tumpukan kompos tersebut. Jamur sangat
menyukai kelembaban yang tinggi. Adanya jamur pada bak kompos ini kemungkinan
akan bersimbiosis yang tidak menguntungkan bagi bakteri pendekomposer.
4. Variabel tekstur. Tekstur kompos pada tiap minggu
pengamatan dikategorikan kasar tetapi
jika dikepal akan menggumpal, gumpalan kompos yang sudah jadi akan mudah hancur.hal
ini terlihat pada pembuatan kompos pada praktikum ini.
5. Variabel pH.
Dari pengamatan tentang pH tiap
minggu pengamatan , didapat rata-rata
tiap minggu pengamatan dari pH 6,8 -7. Pengamatan pH kompos berfungsi sebagai
indikator proses dekomposisi kompos. Selama proses pembuatan kompos
berlangsung, asam-asam organik tersebut akan menjadi netral dan kompos menjadi
matang biasanya mencapai pH antara 6-8.
V. KESIMPULAN
1. Terdapat 2
(dua) parameter penting dalam menentukan pemilihan bahan baku kompos, yaitu:
·
Faktor
kelembaban Bahan Baku
·
Faktor C / N
ratio bahan baku
2. Setelah standar campuran bahan baku kompos dapat
dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50 – 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N
bahan baku 30 : 1, masih terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan
selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan
pengawasan terhadap:
·
Temperatur
·
Kelembaban
·
Odor atau Aroma,
dan
·
pH
3. Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah:
·
Warna; warna
kompos biasanya coklat kehitaman
·
Aroma; kompos
yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma
lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan
·
Apabila dipegang
dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan
kompos akan hancur dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Nurhayati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung.
Munawar, Ali. 2012
.
Petunjuk Praktikum Kesuburan Tanah Dan pemupukan. Bengkulu :
Laboratorium Ilmu Tanah Program Studi Ilmu Tanah Universitas Bengkulu.
Suhardi. 1997. Kontrak
Perkuliahan Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu : Universitas Bengkulu.
Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri
Tanah. Saduran dari The Nature and
Properties of Soil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar