Minggu, 29 Desember 2013

LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN “TEKNOLOGI KOMPOS



LAPORAN PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
TEKNOLOGI KOMPOS


Unib.jpg
OLEH :
                            NAMA       : PETRUS SIMATUPANG
                            NPM           : E1J009094
                           


PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012





I.                  PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pupuk kompos mempunyai arti yang sangat penting dalam pengelolaan kesuburan tanah, meningkatkan produksi tanaman pertanian, dan memelihara kesehatan tanah. Kompos dapat memberikan sumbangan terhadap sumber daya tanah berupa perbaiakan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga tanah menjadi subur dan sehat. Kompos juga dapat meningkatkan produksi pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung kompos memberikan sumbangan unsur hara dan hormon tumbuh kepada tanaman, sedangkan secara tidak langsung kompos meningkatkan kualitas kesuburan tanah baik fisik, kimia dan biologi.
Misalnya fisik tanah yang subur bila gembur, remah, dan infiltrasi air lancar dari permukaan tanah sampai dengan lapisan tanah bawah ; kimia tanah yang subur bila tanah mampu menyediakan unsur hara bagii tanaman dengan jalan perbaikan sifat kimia tanah (pH, redoks potensial, KPK, kejenuhan basa) ; biologi tanah subur bila tanah mengandung jasad tanah yang bermanfaat bagt tanaman dan hewan seperti cacing tanah.
B.     Tujuan
 Praktikum  ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa agar dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan kompos dan memonitor kualitas kompos dengan baik.

II.               TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman yang sehat membutuhkan semua nutrisi untuk dapat tumbuh dan berproduksi; semua ini didapatkan dari tanah. Oleh karenanya, tanah yang sehat dan hidup adalah faktor yang paling penting dalam kesuksesan pertanian dan perkebunan.  Jika  dimanfaatkan  dengan  teknik  dan  pengelolaan  yang  baik maka  kesuburan  tanah akan semakin meningkat dari tahun ke tahun.  
Tanah yang sehat dan hidup haruslah:
·           Diberi nutrisi alami setiap musimnya
·           Dijaga dari erosi, untuk membentuk lapisan atas tanah yang berkualitas
·           Dilindungi dari matahari dan angin untuk menjaga kelembabannya
·           Biota tanah dapat hidup di dalamnya
Beberapa manfaat tanah yang sehat dan hidup :
·           Kualitas  tanah  yang  lebih baik  tidak hanya meningkatkan  jumlah produksi, akan tetapi juga meningkatkan kualitas produksi. Hal ini berhubungan langsung kepada gizi yang baik – Kualitas tanah yang lebih baik berarti kualitas produksi yang lebih baik dengan gizi yang lebih banyak.
·           Tanaman  akan  terhindar  dari  kekeringan,  penyakit  dan  hama  karena  mereka mendapatkan  banyak  air  dan  unsur  hara  yang  dibutuhkan  bagi  pertumbuhan tanaman yang kuat dan sehat
·           Membutuhkan  pengairan  yang  lebih  sedikit  karena  tanah  dapat  menahan  dan menampung air  lebih banyak dan  tanah  lebih mudah menyerap air ketika musim hujan
·           Tanah  mempunyai  jutaan  “penggarap  tanah”  yang  mengatur  keberadaan  dan penyimpanan unsur hara, serta meningkatkan jumlah udara di dalam tanah. Cacing adalah pekerja keras
·           Tanah  lebih mudah  untuk  diolah  dan  digarap  karena  gembur  dan mengandung berbagai macam material
·           Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk tanah yang sehat dan hidup biasanya didapat dari sekitarnya dan organik, hal ini bisa menghemat uang
Tanah yang sehat dan hidup mengandung humus, yang biasanya:
·           Menyediakan makanan untuk biota  tanah, yang berguna  sebagai pengurai  tanah dan mengubahnya menjadi makanan untuk tanaman
·           Menyimpan unsur hara bagi tanaman, seperti pupuk cair
·           Membantu menyatukan partikel tanah – Meningkatkan kualitas struktur tanah
·           Menyerap dan menyimpan air seperti spon
Humus terbuat dari:
·           Bahan-bahan organik yang hancur dan terurai
Kompos
·           Mulsa
·           Kotoran hewan
·           Pengomposan akar tanaman
·           Pengomposan bagian-bagian tanaman

Teknik Yang Digunakan Untuk Mendapatkan Tanah Yang Sehat Dan Hidup
Sebagian  besar  teknik  tersebut  sangatlah  sederhana,  mudah  pengerjaannya,  dan menggunakan bahan-bahan dari sekitar tempat tinggal.
a.         Menggunakan  kompos  organik  dan  kompos  cair    Kedua  jenis  kompos  ini mengandung bermacam-macam unsur hara, murah pembuatannya, meningkatkan jumlah biota, dan memperbaiki  kualitas  struktur  tanah. Gunakanlah  secara  rutin untuk meningkatkan kualitas tanah secara berkesinambungan
b.        Memperbanyak  jumlah  biota  tanah  seperti mikro-organisme,  bakteri,  dan  jamur di dalam tanah - Hal ini bisa diwujudkan dengan penggunaan pupuk alami, mulsa dan  EM  (Effective  Micro-organism).  Manfaatnya,  kualitas  tanah,  segala  bentuk pertanian, dan produksi hewan akan meningkat
c.         Menggunakan mulsa – Untuk melindungi tanah dari matahari, menghemat air dan meningkatkan jumlah humus dalam tanah
d.        Mendaur ulang bahan-bahan organik – Daur ulang tanaman dan kotoran binatang untuk kembali ke sistem
e.         Menggunakan  legum /  tanaman polong - Ada berbagai macam  jenis  legum yang dapat menyediakan nitrogen, mulsa, dan bahan organik bagi tanah, makanan untuk manusia dan ternak,  sebagai penahan angin dan tanah, menjaga habitat binatang, keanekaragaman, dan masih banyak lagi
f.         Rotasi tanaman – Tiap-tiap tanaman membutuhkan unsur hara yang berbeda-beda untuk tumbuh. Rotasi tanaman dan penanaman secara tumpang sari berguna untuk menyeimbangkan unsur hara dan mudah untuk ditanam ulang
Ada  6 metode  berbeda  tentang  pengomposan :
1. Membuat  tumpukan kompos  cepat
 Dibuat  sekaligus  dari  berbagai macam bahan, terurai setelah 2 minggu dan siap pakai dalam 1 bulan. Sangat baik untuk kebun keluarga dan agrikultur yang intensif
2. Membuat kompos lambat
 Terus-menerus dibuat dalam kurun waktu tertentu dan biasanya dibuat lebih banyak daripada kompos cepat. Sangat baik untuk pertanian dan pohon-pohon besar
3.  Parit  dan  keranjang  kompos
  Merupakan  bagian  dari  bedeng  kebun  atau ditempatkan di sebelah pohon buah-buahan, dapat ditempatkan di dalam tanah dan juga di atas tanah, terus-menerus menyediakan pasokan unsur hara bagi tanaman melalui tanah, sebagaimana layaknya kompos yang diletakkan di atas bedeng
4. Lubang pisang / lubang kompos
 Sebuah lubang besar untuk membuat kompos lambat. Kompos akan terus-menerus memberi unsur hara kepada pohon pisang atau pohon apapun  yang ditanam di  sekitar  lubang, dan  jika  telah  siap  kompos dapat dipindahkan untuk dimanfaatkan di tempat lain
5. Pengomposan langsung
 Kompos cepat ditempatkan pada lahan dimana bedeng kebun akan dibuat atau tanaman buah-buahan akan ditanam. Tanah dan tanaman yang baru akan memperoleh cukup persediaan makanan bagi  tanaman dan biota tanah dari kompos
6. Pupuk  cair
 Makanan  bagi  tanaman  dan  bakteri  yang  baik  dalam  bentuk  cair. Sangat baik untuk hasil yang cepat dan lahan yang luas
Tujuan dari pembuatan kompos yang diatur secara cermat seperti sudah disinggung diatas adalah untuk mendapatkan hasil akhir kompos jadi yang memiliki standar kualitas tertentu. Diantaranya adalah memiliki nilai C/N ratio antara 10 – 12. Kelebihan dari cara pembuatan kompos dengan campur tangan manusia dan menggunakan bahan aktivator adalah proses pembuatan kompos dapat dipercepat menjadi 2 –  4 minggu. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam proses pembuatan kompos, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu, Memperoleh Campuran Bahan Baku Yang Benar . Salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan proses pembuatan kompos adalah bagaimana memperoleh kombinasi campuran bahan baku sedemikian rupa sehingga memperoleh hasil akhir berupa kompos yang memiliki perbandingan C dan N = 10 s/d 12.  Dari hasil penelitian, telah diketahui bahwa terdapat 2 (dua) parameter penting dalam menentukan pemilihan bahan baku, yaitu:
·         Faktor kelembaban Bahan Baku
·         Faktor C / N ratio bahan baku
-          Faktor Kelembaban Bahan Baku
Kelembaban atau kandungan air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mikroorganisme. Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat hidup apabila kekurangan air. Apabila kelembaban dibawah 40%, proses dekomposisi bahan organik akan melambat. Apabila kelembaban dibawah 30 persen, proses dekomposisi praktis akan terhenti. Akan tetapi, apabila kelembaban > 60 persen, maka yang terjadi adalah keadaan anaerob (tanpa oksigen), yang akan menyebabkan timbulnya aroma tidak sedap (masam).  Umumnya proses komposting menghendaki kelembaban ideal antara  50 – 60 persen.  Keadaan ini merupakan keadaan ideal untuk memulai proses pengomposan.
-          Faktor C/N ratio Bahan Baku
Dari sekian banyak unsur yang diperlukan oleh mikroorganisme yang medekomposisi bahan organik, Carbon dan Nitrogen adalah unsur yang paling penting dan menjadi faktor pembatas (disamping phospat).  Carbon adalah sumber energi dan merupakan 50 persen dari bagian massa sel microba. Nitrogen merupakan komponen paling penting sebagai penyusun protein dan bakteri disusun oleh tidak kurang dari 50% dari biomasanya adalah protein. Jadi bacteri sangat memerlukan Nitrogen untuk mempercepat pertumbuhannya. Seandainya jumlah Nitrogen terlalu sedikit, maka populasi bakteri tidak akan optimal dan proses dekomposisi kompos akan melambat. Kebalikannya, seandainya jumlah N terlalu banyak, akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba sangat cepat dan ini akan menyebabkan masalah pada aroma kompos, sebagai akibat dari keadaan anaerobik. Dalam keadaan seperti ini sebagian dari Nitrogen akan berubah menjadi gas amoniak yang menyebabkan bau dan keadaan ini merugikan, karena menyebabkan Nitrogen yang kita perlukan akan hilang. 
Jadi harus hati-hati dalam menangani bahan baku kompos, terutama bahan baku yang banyak mengandung Nitrogen (biasa disebut bahan hijauan, seperti potongan rumput), terutama dalam mengatur proses suplai oksigennya. Sebaiknya bahan bahan seperti ini diatur pencampurannya dengan bahan-bahan yang mengandung C (biasa disebut bahan coklatan tinggi, seperti limbah serutan kayu). 
Pencampuran bahan baku yang mengandung C dan N sebesar 30 : 1 (berdasarkan berat), membuat keadaan kandungan unsur-unsur penyusun proses pembuatan kompos seimbang. Oleh kerena itu untuk mendapatkan hasil akhir kompos yang mencapai perbandingan C/N ratio 10 s/d 12, dan mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi, maka aturlah kelembaban bahan baku 50 – 60 persen dan buatlah campuran bahan baku sedemikian rupa sehingga bahan baku kompos mempunyai nilai C berbanding N adalah 30 berbanding 1.
Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan, sedangkan proses pengolahan kompos sendiri sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan perbandingan C dan N bahan baku, maka untuk menentukan standarisasi kompos adalah dengan membuat standarisasi proses pembuatan kompos serta standarisasi bahan baku kompos, sehingga diperoleh kompos yang memiliki standar tertentu. 
Setelah standar campuran bahan baku kompos dapat dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50 – 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N bahan baku 30 : 1, masih terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan pengawasan terhadap:
·         Temperatur
·         Kelembaban
·         Odor atau Aroma, dan
·         pH
Pengamatan Temperatur
Panas ditimbulkan sebagai suatu hasil sampingan  proses yang dilakukan oleh mikroba untuk mengurai bahan organik.  Temperatur ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik sistim pengomposan ini bekerja,  disamping itu juga dapat diketahui sejauh mana dekomposisi telah berjalan.  Sebagai ilustrasi,  jika kompos naik sampai temperatur 40°C – 50°C, maka dapat disimpulkan bahwa campuran bahan baku kompos cukup mengandung bahan Nitrogen dan Carbon  dan cukup mengandung air (kelembabannya cukup) untuk menunjang pertumbuhan microorganisme.  Pengamatan temperatur harus dilakukan dengan menggunakan alat uji temperatur yang  dapat mencapai jauh ke dalam tumpukan kompos.  Tunggu sampai beberapa saat sampai temperatur stabil. Kemudian lakukan lagi di  tempat yang berbeda.   Lakukanlah pengamatan tersebut di beberapa lokasi, termasuk pada berbagai kedalaman dari tumpukkan kompos.  Kompos dapat memiliki kantong-kantong  yang lebih panas dan ada kantong-kantong yang dingin.  Semuanya sangat bergantung kepada kandungan uap air (kelembaban) dan komposisi kimia bahan baku kompos.  Maka akan diperoleh peta gradient temperatur.  Dengan menggambarkan grafik temperatur dan lokasi-lokasinya sejalan dengan bertambahnya waktu, maka dapat dijelaskan:
Pada proses komposting yang baik, maka temperatur 40°C  – 50 0C dapat dicapai dalam 2 – 3 hari.  Kemudian dalam beberapa hari berikutnya temperatur akan meningkat sampai bahan baku yang didekomposisi oleh mikroorganisme habis. Dari situ barulah temperatur akan turun. 
Dari beberapa kali proses pembuatan kompos dengan sistim Windrow, dengan memakai campuran bahan baku kompos terdiri dari kotoran sapi, kotoran ayam, kotoran kambing, dedak dan jerami,  perubahan temperatur mencapai 40°C – 50 °C dapat dicapai dalam waktu 3 (tiga) hari.  Oleh karena itu pembalikan kompos dilakukan pada hari ke 4 (empat). 
Setelah pembalikan pertama temperatur akan turun, lalu naik lagi sampai mencapai 55°C – 60°C pada hari ke 6. Oleh karena itu dilakukan lagi pembalikan ke dua pada hari ke 6 (enam) atau 3 hari setelah pembalikan pertama, setelah pembalikkan temperatur akan turun dan naik lagi sampai 55°C – 60°C pada hari ke 9 (sembilan).  Pada hari ke 9 (sembilan) ini atau 3 hari setalah pembalikkan ke dua dilakukan lagi pembalikan ke 3 (tiga). 
Apabila komposisi campuran bahan baku tepat, temperatur akan stabil sampai hari ke 12 (dua belas) dan seterusnya, untuk kemudian turun dan stabil pada temperatur tertentu.
Pada hari ke 14 tumpukan kompos dapat mulai dibuka untuk didinginkan dan kemudian selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengepakan.
Pengamatan Kelembaban
Pembuatan kompos akan berlangsung dengan baik pada satu keadaan campuran bahan baku kompos yang memiliki kadar uap air antara 40 – 60  persen dari beratnya.  Pada keadaan level uap air yang lebih rendah, aktivitas mikroorganisme akan terhambat atau berhenti sama sekali.  Pada keadaan level  kelembaban yang lebih tinggi, maka prosesnya kemungkinan akan anerobik, yang akan menyebabkan timbulnya bau busuk.
Ketika bahan baku kompos dipilih untuk kemudian dicampur, kadar uap air dapat diukur atau diperkirakan. Setelah proses pembuatan kompos berlangsung, pengukuran kelembaban tidak perlu diulangi,  tetapi dapat langsung diamati tingkat kecukupan kandungan uap air tersebut.
Apabila proses pembuatan kompos sedang berjalan, lalu kemudian muncul bau busuk, sudah dapat dipastikan kompos mengandung kadar air berlebihan.  Kelebihan uap air ini telah mengisi ruang pori, sehingga menghalangi diffusi  oksigen melalui bahan-bahan kompos tersebut. Inilah yang membuat keadaan  menjadi anaerobik. Pencampuran bahan baku dengan potongan 4 – 10 cm, seperti bahan jerami, potongan kayu, kertas karton, serbuk gergaji dll dapat mengurangi permasalahan ini.
Apabila melakukan pembuatan kompos dengan memakai sistim aerated static pile ataupun sistim in Vessel, berhati-hatilah dalam menambahkan udara (oksigen), jangan sampai menyebabkan kompos menjadi kering .  Indikasinya adalah perhatikan temperatur, jika temperatur menurun lebih cepat dari biasanya, maka ada kemungkinan kompos terlalu kering.
Pengamatan Odor / Aroma
Jika proses pembuatan kompos berjalan dengan normal, maka tidak boleh menghasilkan bau yang menyengat (bau busuk).  Walaupun demikian dalam pembuatan kompos tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau.  Dengan memanfaatkan indra penciuman, dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi selama proses pembuatan kompos.
Sebagai gambaran, jika tercium bau amonia, patut diduga campuran bahan kompos kelebihan bahan yang mengandung unsur Nitrogen (ratio C/N terlalu rendah).  Untuk mengatasinya tambahkanlah bahan-bahan yang mengandung  C/N tinggi, misalnya berupa:
·         Potongan jerami, atau
·         Potongan kayu, atau
·         Serbuk gergaji, atau
·         Potongan kertas koran dan atau karton dll
Jika tercium bau busuk, mungkin campuran kompos terlalu banyak mengandung air.  Apabila ini terjadi, lakukanlah pembalikan (pada sistim windrow), tambahkan oksigen pada sistim Aerated Static Pile atau In Vessel.
Pengamatan pH
Pengamatan pH kompos berfungsi sebagai indikator proses dekomposisi kompos. Mikroba kompos akan bekerja pada keadaan pH netral sampai sedikit masam, dengan kisaran pH antara 5.5 sampai 8.
Selama tahap awal proses dekomposisi, akan terbentuk asam-asam organik. Kondisi asam ini akan mendorong  pertumbuhan jamur dan akan mendekomposisi lignin dan selulosa pada bahan kompos. Selama proses pembuatan kompos berlangsung, asam-asam organik tersebut akan menjadi netral dan kompos menjadi matang biasanya mencapai pH antara 6 – 8.
Jika kondisi anaerobik berkembang  selama proses  pembuatan kompos, asam-asam organik akan menumpuk. Pemberian udara atau pembalikan kompos  akan mengurangi  kemasaman ini.  Penambahan kapur dalam proses pembuatan kompos tidak dianjurkan. Pemberian kapur (Kalsium Karbonat, CaCo3) akan menyebabkan terjadinya kehilangan nitrogen yang berubah menjadi gas Amoniak. Kehilangan ini tidak saja menyebabkan terjadinya bau, tetapi juga menimbulkan kerugian karena menyebabkan terjadinya kehilangan unsur hara yang penting, yaitu nitrogen. Nitrogen sudah barang tentu lebih baik disimpan dalam kompos untuk kemudian nanti digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya.

Ciri-Ciri Kompos Jadi
Setelah semua proses pembuatan kompos dilakukan, mulai dari pemilihan bahan, pengadaan bahan, perlakuan bahan, penyusunan bahan, pencampuran bahan, pengamatan proses, pembalikan kompos sampai dengan jadi kompos. Selanjutnya adalah pengetesan sederhana terhadap kompos. Apakah kompos yang dibuat tersebut sudah jadi dengan baik ?.  Apa saja ciri-cirinya ?
Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah:
·         Warna; warna kompos biasanya coklat kehitaman
·         Aroma; kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan
·         Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.



Keunggulan dan Kekurangan Kompos
Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimi (anorganik).
Kekurangan
·         Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
·         Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.
·         Dalam jangka  pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik  yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan.
Keunggulan
·         Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik).
·         Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormon dan enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme.
·         Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.
·         Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.
·         Menjadi penyangga pH tanah.
·         Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
·         Membantu menjaga kelembaban tanah
·         Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun
Tidak merusak lingkungan

III.           BAHAN DAN METODE

A.       Bahan Dan Alat
-          Alat yang digunakan
            Alat ukur yang digunakan berupa termometer, moisturemeter, platecounter, pH meter. Alat pertukangan yang digunakan berupa gergaji, palu, mistar siku, mistar panjang dan paku. Alat operasional berupa cangkul, sekop, ember atau gembor air.

-          Bahan yang digunakan
1)      Bak papan : disiapkan bak penampung dari papan berisi bahan segar untuk pembuatan kompos dengan ukuran panjang 6 m X lebar 2 m X tinggi 75 cm
2)      Bahan segar untuk kompos terdiri atas : kelompok pertama adalah larutan EM4 – 5 liter (5 botol), gula pasir 5 kg, pupuk urea 5 kg, dan air ; kelompok kedua adalah pupuk kandang sapi (100 Kg), yang telah matang, jerami (100 kg) ,sekam padi (100 kg), dedaunan kering (100 kg) , dan leguminosae (100 kg ), tusuk konde  100 kg .  dengan perbandinganny 5 : 1 : 1 : 1 :1 :1
3)      Bahan terpal untuk menutup bahan pembuatan kompos.

B.       Prosedur Kerja
1.      Disiapkan bak papan untuk bak penampung bahan segar yang akan dikomposkan.
2.      Bahan segar kelompok pertama dicampur dengan seksama dan dilarutkan dalam air yang diletakkan di dalam ember bervolume 10 sampai 15 liter.
3.      Bahan segar kelompok kedua masing-masing dipilih dan dicacah dengan rincian sebagai berikut : Pupuk kandang dipilih yang telah matang (biasanya berumur 1-2 tahun); jerami padi dipotong-potong dengan panjang kurang lebih 10 cm, sekam padi dipilih yang telah lapuk (ingat : jangan digunakan yang masih segar atau baru); dedaunan dapat dipilih dari reruntuhan daun berdaun lebar (ingat: jangan daun berdaun jarum); dan leguminosae dipotong-potong sampai berukuran 15 cm.
4.      Masing-masing bahan segar ditimbang sesuai dengan perbandingannya (5:1:1:1:1:1) bila dibuat 1000 kg maka dibutuhkan 500 kg pupuk kandang, dan 100 kg masing-masing untuk bahan lain.
5.      Bahan-bahan segar dicampur merata di dalam bak papan dengan menggunakan cangkul atau sekop
6.      Bahan segar yang telah dicampur merata disiram dengan larutan bahan segar kelompok pertama
7.      Disiram dengan air sebayak mungkin sampai lantai bak papan penampung basah
8.      Ditutup dengan terpal rapat-rapat dan setiap ujung terpal diikatkan ke pengait yang dibuat dan besi yang ditancapkan ke tanah.
9.      Pengamatan dilakukan setiap minggu berupa pengukuran temperatur, kelembaban/kadar air, jumlah jamur dipermukaan, pH, redoks potensial, keadaan fisik bahan.
10.  Data dicatat pada lembar pengamatan dan dimintakan pengesahan kepada dosen pengasuh atau Co-Ass setiap minggu pengamatan.












IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Pengamatan
       Berikut adalah hasil pengamatan pembuatan kompos selama
1.      VARIABEL   : Temperatur (  0C)
Minggu ke
Bagian Atas
(  0C)
Bagian Tengah
(  0C)
Bagian Bawah
(  0C)
Rata-rata
(  0C)
1
34, 3
44
37,9
38,73
2
38
39,7
38,0
38,56
3
34,5
34,4
33,8
34,06
4
31,9
32,9
33,2
32,6
5
30,9
33,4
33,1
32,46
6
31,7
33,4
32,6
32,36

1.      VARIABEL   : Kadar Air (%)
Minggu ke
Bagian Atas
(%)
Bagian Tengah
(%)
Bagian Bawah
(%)
Rata-rata
(%)
1
2
0
0
0,67
2
10
2
10
7,3
3
20
25
30
25
4
20
15
20
18,3
5
15
20
25
20
6
20
15
20
18,3


1.      VARIABEL   : Jumlah Jamur (%)
Minggu ke
Bagian Atas
(%)
Bagian Tengah
(%)
Bagian Bawah
(%)
Rata-rata
(%)
1
0
0
0
0
2
5
0
0
1,67
3
0
0
0
0
4
2
0
0
0,6
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0

1.      VARIABEL   : Tekstur (Kasar / halus)
Minggu ke
Bagian Atas
Bagian Tengah
Bagian Bawah
Rata-rata
1
Kasar
kasar
Kasar
Kasar
2
Kasar
kasar
kasar
Kasar
3
Kasar
kasar
kasar
Kasar
4
Kasar
kasar
kasar
Kasar
5
Kasar
kasar
kasar
Kasar
6
Kasar
kasar
kasar
Kasar

2.      VARIABEL   : pH
Minggu ke
Bagian Atas
Bagian Tengah
Bagian Bawah
Rata-rata
1
7
5,5
8
6,8
2
6
7
6
6,3
3
5
6
6
5,6
4
7
6
6
6,3
5
6
7
7
6,6
6
7
7
7
7

B.       Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama enam minggu , didapatlah tabel hasil pengamatan seperti tertera diatas, dimana dapat kita lihat bahwa terjadi perubahan , baik dari variabel temperatur, kadar air, jumlah jamur, ph, maupun struktur dari kompos tersebut. Pembuatan kompos merupakan untuk memberikan nutrisi bagi tanaman secara stabil dengan memanfaatkan limbah.  Limbah tersebut dapat berupa limbah ternak, limbah pertanian ataupun limbah-limbah lainnya seperti limbah tumbuhan / pepohonan agar dapat dimanfaatkan di lahan-lahan pertanian.
Pembuatan kompos merupakan suatu  usaha yang dilakukan petani petani untuk memberikan nutrisi bagi tanaman secara stabil dengan memanfaatkan limbah.  Limbah tersebut dapat berupa limbah ternak, limbah pertanian ataupun limbah-limbah lainnya agar dapat dimanfaatkan di lahan-lahan pertanian.  Untuk memanfaatkan limbah bukan berarti tidak memiliki masalah. Kandungan air yang tinggi ini dapat memperberat kerja pengolahannya. Sebagai contoh limbah kotoran sapi. Kotoran sapi memiliki kandungan air yang sangat besar, dapat mencapai 60 – 85 persen. Disamping itu limbah sapi memiliki C/N ratio yang relatif rendah untuk dapat menghasilkan kompos yang baik.
Dahulu dengan segala keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, pemecahan masalah ini masih sulit dilakukan, tetapi sekarang dengan semakin diketahuinya pengetahuan tentang perbandingan bahan baku dan pengaturan kelembaban untuk pemrosesan kompos, ternyata, pemecahan dari permasalahan ini dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan seperti serbuk gergaji, serutan kayu atau jerami, untuk menyerap kelebihan air maupun mengatur keseimbangan C/N. 
Pada pengamatan yang dilakukan selama enam minggu , didapat nilai pengamatan yang akan dibahas tiap variabel :
1.       Variabel temperatur. Berdasarkan nilai pengamatan selama enam minggu, temperatur dari mingu keminggu berangsur turun.  Rata –rata temperatur awalnya tinggi dan pada  minggu akhir pengamatan berangsur stabil. Ini mengartikan bahwa mikroorganisme yang dibuat pada proses pembuatan kompos dari minggu ke minggu semakin tidak aktif. Jika mikroorganisme pada kompos tidak aktif lagi,maka kompos kemungkinan besar sudah matang dan sudah siap diaplikasikan.
2.      Varibel kadar air. Persentase Rata –rata kadar air (tumpukan atas, tengah, dan bawah) dari minggu pertama hingga minggu ke akhir  mengalami peningkatan. Ini kemungkinan diakibatkan karena pada saat pengamatan , penutupan tumpukan kompos kompos tidak baik, akibatnya pada saat hujan turun, tumpukan kompos tersebut langsung basah. Kadar air yang tinggi kemungkinan akan anaerobik sehingga menimbulkan bau busuk, sedangkan  kadar air yang rendah, aktivitas mikroorganisme akan rendah dan dapat memperlambat dekomposisi proses pembuatan kompos tersebut.
3.      Variabel jumlah jamur. Persentase jamur pada pengamatan sangat kecil dan jamur tumbuh pada bagian/tumpukan atas saja.tetapi hanya ada pada minggu ke-2 dan minggu ke-4. Ini kemungkinan disebabkan oleh faktor kelembaban yang tinggi pada tumpukan kompos tersebut. Jamur sangat menyukai kelembaban yang tinggi. Adanya jamur pada bak kompos ini kemungkinan akan bersimbiosis yang tidak menguntungkan bagi bakteri pendekomposer.
4.      Variabel tekstur. Tekstur kompos pada tiap minggu pengamatan dikategorikan  kasar tetapi jika dikepal akan menggumpal, gumpalan kompos yang sudah jadi akan mudah hancur.hal ini terlihat pada pembuatan kompos pada praktikum ini.
5.      Variabel pH.  Dari pengamatan tentang pH  tiap minggu pengamatan , didapat  rata-rata tiap minggu pengamatan dari pH 6,8 -7. Pengamatan pH kompos berfungsi sebagai indikator proses dekomposisi kompos. Selama proses pembuatan kompos berlangsung, asam-asam organik tersebut akan menjadi netral dan kompos menjadi matang biasanya mencapai pH antara 6-8.


V.  KESIMPULAN
1.      Terdapat  2 (dua) parameter penting dalam menentukan pemilihan bahan baku kompos, yaitu:
·           Faktor kelembaban Bahan Baku
·           Faktor C / N ratio bahan baku
2.      Setelah standar campuran bahan baku kompos dapat dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50 – 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N bahan baku 30 : 1, masih terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan pengawasan terhadap:
·           Temperatur
·           Kelembaban
·           Odor atau Aroma, dan
·           pH
3.      Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah:
·           Warna; warna kompos biasanya coklat kehitaman
·           Aroma; kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan
·           Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.

DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Nurhayati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung.
Munawar, Ali. 2012 . Petunjuk Praktikum Kesuburan Tanah Dan pemupukan. Bengkulu : Laboratorium Ilmu Tanah Program Studi Ilmu Tanah Universitas Bengkulu.
Suhardi. 1997. Kontrak Perkuliahan Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu : Universitas Bengkulu.
Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Saduran dari The Nature and Properties of Soil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar